Kaskus

Entertainment

kemalmahendraAvatar border
TS
kemalmahendra
Jakarta Semakin Macet
Hari-hari ini masyarakat Jakarta dihadapkan kepada kemacetan yang semakin menjadi-jadi. Sterilisasi terhadap jalur busway membuat semua kendaraan non-TransJakarta harus berebut di jalur arteri. Apalagi musim sedang tidak bersahabat di mana hujan turun dengan lebatnya, sehingga menimbulkan genangan yang mempersulit kendaraan untuk bisa melewatinya.

Semua ini merupakan konsekuensi dari pembangunan yang tidak seimbang kita lakukan. Di satu sisi kita berupayamendorong pertumbuhan tinggi, demi menyerap angkatan kerja. Di Amerika Serikat sekali pun, ketika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, yang paling cepat adalah dengan memacu industri otomotif dan properti.

Hanya saja yang menjadi perbedaan, Amerika Serikat mengantisipasi terjadinya bottlenecking atau penyumbatan dengan membangun infrastruktur. Sebelum kedua sektor itu menimbulkan masalah, pemerintah sudah lebih cepat membangun infrastruktur penunjang.

Kalau kita berbicara infrastruktur penunjang, itu bukan hanya sekadar membangun jalan. Yang tidak kalah penting diperhatikan untuk mengantisipasi pertumbuhan kota yang pesat adalah membangun transportasi umum yang memungkinkan masyarakat mempunyai banyak pilihan ketika harus bepergian.

Kita begitu agresif mendorong sektor otomotif dan properti, tetapi tidak diikuti pembangunan infrastruktur. Kita terlambat untuk melakukan tindakan antisipatif. Akibatnya, ketika semua sudah terlanjur menjadi masalah, kita baru mencoba mengurai masalah tersebut.

Paling mudah untuk membandingkan kita tidak antisipatif dibandingkan dengan negara lain adalah dalam pembangunan fasilitas di Bandar Udara. Singapura atau Dubai sudah membangun terminal baru, ketika terminal yang ada belum terpakai penuh. Mereka melihat bahwa tren kedatangan penumpang di bandara akan berkali lipat dalam waktu yang pendek, sehingga jauh-jauh hari harus dipersiapkan terminal yang baru.

Bandara Soekarno-Hatta ketika dibangun tahun 1979, didesain untuk menampung 20 juta penumpang setahun. Sekarang ini jumlah penumpang yang datang ke Bandara Soekarno-Hatta sudah mencapai 50 juta dan kita baru mau memperluas pembangunan terminal.

Dengan cara kerja yang tidak antisipatif, maka kita khawatir pembangunan infrastruktur yang dilakukan sekarang tidak juga bisa menyelesaikan masalah. Ketika mass rapid transit selesai dibangun tahun 2016 di Jakarta, tetap tidak mampu untuk ikut mengurangi beban kemacetan yang terjadi karena sudah telanjur berat.

Apalagi infrastruktur yang ada sekarang kondisinya tidak standar. Badan jalan untuk jalur non-TransJakarta di banyak tempat menyempit dan tidak bisa untuk dilalui dua mobil bersamaan. Ketika salah satu mobil harus memberi jalan bagi mobil yang lain, maka akibatnya antreannya jauh panjang ke belakang.

Belum lagi perilaku berkendaraan yang tidak taat aturan. Kendaraan umum non-TransJakarta bisa berhenti semaunya di jalanan. Bahkan mereka menganggap tidak masalah ketika harus menunggu penumpang di perempatan jalan, padahal antrean yang diakibatkan sudah panjang jauh ke belakang.

Kekacauan semakin menjadi-jadi melihat cara bekerja pegawai dinas kota. Di saat jam kantor atau pulang kantor, mereka justru melakukan penggalian baik untuk kabel listrik, kabel telepon, atau pipa air minum. Mereka tidak merasa bersalah ketika harus menutup satu jalur, pada jalan yang hanya menyediakan dua jalur untuk kendaraan.

Tidak pernah ada upaya untuk mengubah cara kerja guna mengurangi beban kemacetan. Padahal kalau hal seperti itu dilakukan pada malam hari, maka tidak harus menambah masalah kemacetan.

Belum lagi TransJakarta yang diharapkan menjadi andalan pilihan transportasi juga belum bisa diandalkan sepenuhnya. Jumlah armada yang tersedia jauh dari memadai. Ketika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencoba menambah bus, ternyata terkendala oleh pasokan gas untuk bahan bakar bus.

Dalam situasi yang chaotic, sementara kewajiban untuk bekerja tidak bisa ditinggalkan, banyak orang memilih untuk menggunakan sepeda motor. Pilihan transportasi ini menambah persoalan lalu lintas di Jakarta. Jumlah motor yang membludak membuat jalan yang tersedia semakin terasa sempit.

Belum lagi motor memiliki banyak keterbatasan. Ketika hujan tiba-tiba turun, para pengemudi motor terpaksa berteduh. Ketika tidak ada tempat untuk bernaung, terpaksa mereka berteduh di terowongan jalan dengan mengambil bahu jalan. Ini menimbulkan kemacetan yang semakin menjadi-jadi karena otomatis jalur jalan menjadi menyempit.

Inilah fakta yang kita hadapi dari kemacetan yang terjadi di Jakarta. Kita membutuhkan langkah yang radikal, namun komprehensif karena persoalannya sudah bertali temali. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi harus mengerahkan semua orang terbaiknya untuk mengurai persoalan yang sudah menahun ini.

0
1.3K
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan