Kaskus

Entertainment

Pemula.oneAvatar border
TS
Pemula.one
Gadis Pesek Dengan Senyum Semanis Kopi Kantin [Tugas UTS Ane]
Tidak ada hal yang hanya kebetulan, bahkan berhentinya waktu adalah takdir. Jika pun ada, ya “kebetulan” tidak diciptakan dengan main-main. Sama halnya dengan pertemuan yang tidak pernah di duga, siapa yang merencanakannya? Atau siapakah yang membuat sebuah pertemuan menjadi bagian kecil dari diri seseorang?

Mungkin pertemuan bisa menjadi alasan kuat mengapa perpisahan terasa begitu menyakitkan. Begitu menyayat hati, buah dari muntahan lembut kalimat perih, janji.Tiada juga yang dapat menjelaskan mengapa lidah tak bertulang dengan mudah berjanji untuk setia. Tuhan sekalipun mungkin tidak bisa menjelaskan perasaan kehilangan seseorang yang mencintai orang lain.

Ingatan tentang seseorang yang dulu sempat mengisi hatimu, seperti lukisan sederhana yang memaksamu menangis. Menjadikanmu orang lain, atau seperti orang gila yang menutupi pilunya dengan tawa. Membuaimu dengan rasa sakit, beralaskan kesal terhadap orang lain, tapi kau dipaksa hidup di antara waktu. Dan terus menyakitimu dengan bagian darimu sendiri, ingatan.

Diskriminasi kasta rasa atas nama perasaan cinta sangatlah tajam. Dimana kau harus memilih, pilihanmu atau ikuti arus kisah cinta agar tak berhenti di tengah kisah. Tersenyum atau pun menangis, itulah pilihan dalam kisah cinta. Bahagia atau bersedih, ataupun menunggu dan mengakhiri. Semua pilihan itu berakhir pada ketiadaan, menurutku.

Cinta hadirkan perselisihan dari kesatuan dua insan hingga mereka berseteru, hebat. Cukup itu saja alasanku untuk tak lagi jatuh cinta. Karena kekasih maha suci adalah Tuhan. Tuhan tidak akan meninggalkanmu ketika dirimu setia, tapi Tuhanakan menguji kesetiaanmu.

Dari setiap perih masa laluku, aku rasa, aku tidak perlu membeberkan segudang kisahcintaku pada buku catatan yang setiap waktu senggang kutulis. Semua sudah selesai, bagiku. Tidak akan ada lagi kisah cinta pertama atau cinta-cinta berikutnya kembali. Karena seberapa banyak aku meminta, sebanyak itu pula kautidak akan memilihku.
***
Sungguh, aku ingin terjebak dalam sebuah teka-teki yang merubah hidupku selamanya, taklagi cinta pertamaku. Ingin aku bebas, seperti mereka di luar sana yang tidakterpaku terhadap cinta. Sungguh aku tidak ingin lagi merayakan sebuah cinta,diatas perbedaan yang di agungkan. Tidak berharap lagi bahagia dari kegetiran hati yang selalu mengintai, cinta.

Namunaku tidak bisa, maksudku belum bisa.....

Inginku memulai kehidupan baru, meski aku belum pernah mengakhiri hidup. Memulai kisah percintaan yang baru, meski aku sudah membenci perasaan cinta. Menghidupkan perasaanku kembali, meski perasaan ini tak mati untuk cinta pertamaku.

Ya...aku akan mencintai cinta pertamaku secara diam-diam. Menjaga cintaku secara diam-diam. Merasakan siksa rinduku secara diam-diam. Menelan piluku ataskhianat cinta pertama juga diam-diam. Dan inginku mulai bicara “Menunggumubukan pilihan” mengakhiri perkataan itu dengan senyum dan bergegas pergi. Laluaku bisa mulai mencintaimu diam-diam.

Aku suka itu, aku teramat suka terhadap rahasia. Bahkan sebagian besar hidupkuadalah rahasia. Aku tidak akan bicara padamu lagi cinta pertama, tentangharapan yang sama atau impian dari agoku semata, karna ini rahasaia. Aku tidak akan berbagi cerita lagi padamu atau pada buku catatanku seperti biasanya lagi, karena ini rahasia. Aku akan memulai hidup rahasiaku, merahasiakan alasan terindah untukku tetap tersenyum. Memalsukan cintaku hingga nampak benci, dan biarkan saja aku terbakar habis dalam api cemburuku yang mulai membara. Karena setiap aku menoleh, jejak yang nampak hanyalah sebuah penghianatan, namun cintaku hidup dalam kebodohan, biarkan saja.

Cinta pertama, aku ingin mencintaimu dengan berbagai cara. Dalam kejujuran cinta,dalam kecemburuan buta, dalam rayuan kata, dalam kesepakatan dusta atau bahkan mencintaimu dalam sebuah rahasia.

***

Belum sempat aku menikmati siksa nostalgia yang tersisa dalam bait ingatanku hingga usai, tiba-tiba muncul keinginanku untuk menuntut ilmu lebih tinggi lagi. Saat sebagian orang sibukdengan rencana hebat masa depannya atau bahkan sebagian yang lain menjelajahijejak kisah-kisah masa lalunya, aku hanya ingin memperbaiki apa yang aku jalanku sekarang.

Sudahicinta pertama atau cinta rahasiaku, tekadku kuat. “Aku tidak dapat mengubah apapun, kecuali aku membuang bagian dari diriku sendiri, ingatan” itu yangmemaksaku untuk mengakhiri cinta atau semua siksa gemerlap di dalam cinta itusendiri, ingatan.

Aku ingat seseorang yang berkata ke padaku “Jika kamu biarkan masa lalu mengusikmu saat ini, kamu tidak akan pernah bisa berikan yang terbaik untuk masa depanmu yang baik”. Seseorang yang tak pernah kukenali.

Menggantikan semua kesibukan lalu dengan yang baru. Dari baru mulainya pendaftaran diSekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro. Memilah-milahjurusan Syariah hingga Tarbiyah. Meninggalkan permainan Dota kesayangan pada jaringanInternet yang memberi kenyamanan karena harus mendaftarkan diri sebagai calonmahasiswa baru di Sekolah Tinggi Agama Islam Negri. Sampai harus pulang dariWarung Internet langganan yang ditunggu oleh teman sendiri saat jarum jam menunjukkanpukul 02:00 WIB tepat-pagi buta.

Setibanyadi rumah, dengan harapan Ibu sudah lelap tertidur. Perlahan aku mengetuk pintu,karena biasanya tersisa adikku yang masih mendengarkan musik dari ponselnya.

“Assalamuallaikum....Di, Aldi” Ucapku memanggil adik laki-lakiku, sambil mengetuk pintu.

“Wa’allaikumsalam” Jawab dari dalam rumah.

Inidi luar dugaan, mengapa suara wanita. Ibuku atau kakak perempuanku yang lebihtua, suara mereka memang terdengar sama. Harapanku, itu adalah suara saudari perempuanku, Laras. Sekalipun dia cerewet, dia tidak akan banyak bicara jika sudah semalam ini. Tapi, jika ibuku yang menjawab salamku tadi, maka matilahaku. Harus mencari alasan apa lagi aku sekarang. Bertemu teman semasa sekolahkah?Pasti ibuku sudah bosan mendengarnya. Pura-pura menghitung bintangkah? Dikejar-kejarAnjing tetangga atau bencong-manusia berperawakan pria yang merias wajah sertatubuhnya, bersuara menyerupai wanita tapi dengan jiwa tetap pria dan ciri-cirilainnya tidak diketahui. Atau harus menempelkan ponsel di telinga seolah adayang menghubungiku. Aneh memang alasan-alasan itu, tapi biasanya itu yang akupakai, dan aku berhasil masuk rumah. Tapi... selalu saja berakhir denganterbongkarnya alasan-alasan itu, entah siapa yang memberi tahu ibuku kalau akusedang berbohong.

“cekrek”Suara kunci pintu di buka.

Ternyataibu, langsung saja ibu menghujamku dengan pertanyaan yang sudah kuhafal tanpamemerlukan contekan.

“Darimana, sampai malam begini?” Pertanyaan ibu-benarkan aku hafal.

“Anubu.. Nganu” Entahlah, meskipun pertanyaan ibu sudah aku hafal, tapi aku selalugagal menjawab.

“Apaanu-anu”

“Bolehdaftar di STAIN ya bu?” Muncul alasan baru, memang sebelumnya aku sudahmendaftar.

“Ya,tapi harus ingat waktu”

“Iya..”Langsung aku bergegas menuju kamarku.

Kantuk tak mampu paksa aku untuk terlelap. Tak biasanya aku begini, mengengar kata“Ya” dari ibu, kini aku langsung saja berkhayal tentang bagaimana aku ada diruang lingkup baru, di STAIN Jurai Siwo. Tentang bagaimana aroma angin di sana,tentang teman baru yang belum pernah kukenali karena baru.

Aku terus berkhayal di sana-STAIN Jurai Siwo Metro. Hingga aku tak sadar ketika testmasuk, pengumuman masuk dan masa Orientasi Pengenalan Akademik-OPAK, di STAINJurai Siwo Metro pun aku tetap berkhayal. Tentang teman baru, bukan cinta baru,aku tidak ingin membuka sayatan hatiku yang sudah aku sembuhkan sendiri.
Akuingin memulai cerita baruku, karena ini hidupku. Mulai bercerita tentangku,seorang pria yang menemukan kisah bahagianya sendiri. Di lingkungan baru,diantara orang-orang baru. Pada kisah baru, bentuk perjuangan baru, untukmenuntut ilmu bukan lagi cinta.

***

Akumasuk di kelas A Ekonomi Islam, bersama Gilang, Vena, Ela, Trisna, dan Navira. Tanpamereka sadari, aku mulai menyusun mimpi dengan bijak, yang dulu sempat rusak.Mereka tetap tak sadar, di belakang mereka aku terus menata rencana ke depandengan urutan langkah yang benar, dulu bagian dariku-ingatan, yang membuatkuterhenti.

Mulai mengenal mahasiswa yang ada di sini, dari sahabatku Gilang, pria yang seringunjuk gigi di tiap festifal musik. Vena, gadis kecil yang ternyata tetanggadekat rumah-baru kusadari. Ela, wanita dengan suara gurih seperti gorenganrenyah, dia menyukai tulisanku yang berjudul “Senyum Kecewa” padahal aku tidak pernahmembayarnya. Ada Trisna, berparas manis tapi pasangannya cemburu kepadaku,entahlah. Dan juga Navira, pernah aku berkata kepadanya “Sebentar lagi KotaMetro berulang tahun, dan akan ada pameran Vir, kamu harus buka Stand di acaraitu, karena kamu suka pamer” pasti kata-kata itu menyakitkan, tapi semoga sajadia berubah, setidaknya mendekati kebaikan.

“Kamu pria romantis” Kata Rahma kepadaku.

“Senyummuitu, mengalihkan duniaku” Demikian Luluk berkata-Vena saksinya.

Lainmereka, lain juga Hendra, ketua kelas yang menyukai gurauan. Eko, diamengenakan sabuk hitam saat berpakaian seragam Taekwondo. Mega, menyimpan tandatanya besar dalam kelembutanya-sifat dasar wanita. Puput, seorang wanitaberpemikiran dewasa yang selalu saja mengganggap aku adalah Alex-teman masakecilnya. Sementara Intan, percayalah tidak ada yang perlu mengenalnya untuktahu kalau Intan adalah teman yang hangat-dia menganggap semua orang yang ditemuinya adalah teman.

Darisini, perasaanku mulai timbul. Setelah aku berhasil dengan sendiri melangkahdari cinta pertama, tapi jatuh pada cinta lainnya. Bodohnya lagi, wanita yangmembuatku merasakan cinta kembali adalah teman dekatku sendiri. Teman yangbiasanya mengajakku tertawa bersama. Atau sekedar berbagi permen yang dibagi-bagi pada barisan belakang saat kelas Bahasa Inggris berlangsung.

Apaaku jatuh cinta, lagi? Mungkin hanya sekedar suka, fikirku.

Intan,hampir setiap kelas yang terdapat mahasiswa pria pasti menyukainya. Sedangkanaku hanya salah satu pria yang sayang padanya. Tidak ada alasan baginya untukmemilihku. Itu cukup menjadi alasanku untuk mencintainya, bukan karena siapadia, tapi terlebih karena dia tidak punya alasan untuk memilih bersamaku.

Akutidak punya alasan kuat untuk tetap bersamanya. Untuk tetap jadi teman dekatnyasaja aku tidak punya alasan, tapi memang dia teman dekatku.

***

Hariini hujan turun, menjawab semua penantian. Aku menanti hujan, hujan menenangkanperasaanku. Dan
kebetulan tidak ada jam kuliah, jadi aku bisa berlama-lamamengisi kamarku yang menjadi tempat ternyaman untuk berfikir.

Dengan menikmati hujan, aku bertanya pada diriku. Mengapa dengan mudahnya aku jatuhcinta kembali, apa salah mata ini? Bagaimana bisa hati yang sempat tersakitibisa merasakan jatuh cinta kembali, apa dusta hati ini?
Seributanya memaksaku duduk di dekat jendela-di kamarku. Mataku menatap kosong keluar jendela, menyisipkan tanya pada butiran air yang perlahan jatuh. Keduatanganku tiba-tiba memeluk erat kedua lututku, menahan gigil dinginnya hujan.Mungkin aku akan lelap tertidur dan membiarkan semua pertanyaan tadi ternggelambersama mimpi dalam tidurku.

Pertanyaantadi mengganjal di hatiku, aku tidak leluasan menikmati hujan di hari liburku.Ingin mengusaikan pertanyaanku sendiri dengan sekejap, atau melepaskan perasaanini agar aku tidak lagi mencintaimu.

"Kalaukulepaskan semua perasaanku, apa aku bisa membencimu? Seberapa banyak aku harusmenangis? Sampai perasaan ini hilang? Sebanyak tetes hujan yang jatuh di hariinikah?" Aku hanya tidak ingin merasakan penghianatan seperti yang lalu.

Akuini biadab, terlalu mudah jatuh cinta. Padahal bagiku cinta bukanlahketerlanjuran, tapi kenyataanya aku menemukan diriku sudah terlanjur jatuhcinta.

“Terkadanglelah yang menyuruhku melakukan perbuatan yang sia-sia itu, jatuh cinta.”

Hinggakau paksakan aku tidur berselimut kesia-siaan ini. Yang semua orang berusahamenjaganya tapi penghianatan yang di dapatkan, aku juga. Ketia setiap insanberdansa merayakan cintanya dan keesokan harinya di paksakan menangis olehcinta, aku juga.

***

Kaliini aku bersandar lagi padanya, pada dinding-dinding yang membisu. Memandangimuterus menerus, mengartikan semua yang aku rasakan terhadapmu, Intan. Atausesekali berbisik pada Tuhan, berharap senyummu tak memudar.

Tiba-tibasaja kau datang menghampiriku. Aku lantas berbisik kembali pada Tuhan “Ini diawanita itu Tuhan. Dia yang mampu menyihirku dengan suaranya, tingkahnya, bahkansenyumnya”.

“Mas,ke kantin, mau?” Suara Intan menyihirku lagi.

“Mau fotocopyya pesek?” Jawabku singkat.

“Hahahaha... akusuka saat mas memanggilku dengan sebutan pesek. Di kantin yang ada kopi mas, fotocopyjuga ada tapi di sebelahnya.”

“Iyapesek, tapi kopi di kantin terlalu manis”

“Terlalumanis kalau minumnya sambil lihat senyum aku ya mas? Haha..” Katanya, sambilmengulurkan tangannya.
Akuhanya terdiam, sambil bersamanya berjalan menuju kantin. Dan duduk di keramaiankantin yang perlahan menyepi.

Kopihitam, minumannya. Aneh, bahkan ibuku saja lebih memilih untuk meminum teh. Ataukakak perempuanku lebih banyak minum air putih. Tapi dia-Intan, sama sepertiku.Hanya karna sedikit persamaan, aku dan dia sama-sama menyukai kopi hitam.

Aromasaat bubuk kopi halus mulai di banjiri air yang mendidih. Saat-saat gembiraketika menunggu ampas-ampas kopi itu turun dari permukaan gelas. Ada banyakorang yang menyisihkan waktu untuk menikmati secangkir kopi hangat, mungkin akudan Intan diantaranya.

Akulihat langsung, bagaimana matanya menyorot tajam ke arahku. Sementara bibirnyaasik mencumbui bibir gelas, menikmati kopi di dalamnya. Dan mengakhiridahaganya itu dengan senyum manisnya, aku mulai menyukai semua tentang dia-Intan,tentang wanita yang sama-sama menggilai kopi hitam itu.

Akutak lagi terbiasa mencintai. Tapi jika harus, biarkan aku mempelajarinya sekalilagi. Iya, mungkin saja aku bisa benar mencintai jika aku mempelajarinya, padadirimu-Intan, juga pada aroma secangkir kopi yang sama-sama kita gilai.

Akudan dia menikmati waktu bersama di tiap-tiap cangkir kopi kami masing-masingdengan aroma hangat kopi yang sama. Sampai detik merangkai durasi yang lama,cukup lama. Dan memaksa aku dan dia mengakhiri pertemuan di kantin dengansegala cerita tentang secangkir kopi manis dan senyumnya yang manis pula.

***

Akumasih menunggumu di sudut kantin saat ini. Untuk menikmati ulang kisah manis disetiap cangkir kopi. Tapi, Intan, apa kau mengerti kenapa setiap orang berkata,pertemuan pertama adalah kebetulan? Jika pertemuan pertama adalah kebetulan,bolehkah aku samakan cinta pertamaku juga seperti pertemuan pertama, adalahsebuah kebetulan?

Intan,aku tidak bisa menjelaskan sejak pertamakah atau setelah itu-setelah pertemuanpertama, aku jatuh cinta padamu. Tapi yang aku mengerti, saat kau campuradukkan senyum manismu dengan paduan secangkir kopi, aku menyadari dan tak lagimemungkir tentang itu, cinta yang sempat aku lupakan.

Kupejamkan sejenak mataku, mencoba meraba wajahmu dalam ingatanku. Seperti sihir, ketikaaku kembali membuka mata, ingatan tentangmu saja menjadi pelukis dua lengkungsenyum diwajahku. Entahlah Intan, sebelumnya aku tidak tahu siapa cintakusebenarnya. Bahkan untuk memikirkanmu saja aku ragu. Tapi setelah waktu danjarak memisahkan, aku baru tahu bahwa kau yang telah mengisi hati, sulit untukmengakui itu.


SUDAH DI KUMPUL UNTUK TUGAS UJIAN TENGAH SMESTER MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Ini Fotonya

Gadis Pesek Dengan Senyum Semanis Kopi Kantin [Tugas UTS Ane]


Mohon masukannya agan agan sekalian, jika berkenan jangan lupa emoticon-Blue Guy Cendol (L)
Facebookku


Quote:


Sudah ane masukin gambarnya gan, tapi gak mau nampil, di link mari aja liat gambarnya gan emoticon-Big Grin
https://www.facebook.com/photo.php?f...type=1&theater


Quote:


Terimakasih agan, semoga bener jadi dosen bahasa indonesia, amiin
Diubah oleh Pemula.one 19-11-2013 13:23
0
3.8K
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan