funhcAvatar border
TS
funhc
Mobnas Sena tahun 1974 Hingga Esemka



Tiadanya Mobnas (Mobil Nasional) hingga kini, karena salah pemerintah. Naif bila Esemka tak didukung.

Saya baru saja pulang dari Serpong, usai mereportase pengujian mobil Esemka Rajawali di BTMP-Puspitek, lembaga di bawah BPPT. Senin, 27 Fabruari, di menjelang pukul 16 itu seorang kawan mengajak bertemu di Restoran Tan Goei, di seberang SDN 01, Menteng, Jl. Besuki, Jakarta Pusat.

Lama tak mampir ke restoran dikelola generasi ketiga itu.

Dari bersosialisasi dengan banyak kawan, kenalan, acap sekali saya mendapatkan info “kejutan”. Kawan seangkatan di SMN3 Jakarta yang mengajak berjumpa itu rupanya sejak jam makan siang kongkow di sana. Ia bersama beberapa kerabatnya.

Obrolan pertama kami, apalagi, jika bukan ihwal mobil Esemka.

“Kok kesannya baru sekarang kita baru buat mobil nasional.”

“Sejak tahun 1974 kita sudah membuat Sena, dengan dukungan Datsun,” celetuk sosok pria berambut perak - - baru diperkenalkan kepada saya.

Jujur saya baru mendengar nama Sena. Seketika itu juga saya mencoba membuka laptop, mencoba mem-browsing ihwal Datsun Sena. Hanya ada satu dua alinea info ihwal Sena. Namun dalam archive online, mengemuka keterangan bahwa Sena telah menggunakan 75% komponen lokal.

Logika saya, jika saja kala itu sudah 75% kandungan lokal, maka bodoh-bodohan dalam 10 tahun ke depan seharusnya bangsa kita ini, Indonesia ini, telah membuat mobil 100% kandungan lokal. Itu artinya secara hitungan bodoh saya tadi, pada 1984 sudah lahir Mobnas. Namun apa lacur, bila Anda ingat era itu justeru Toyota berkibar. Saya masih ingat ketika tamat SMA 1983, beberapa kawan gaya sekali menunggang Toyota Corolla DX, pelek dan bannya dibesarkan, trendy, apalagi dengan suara knalpot digaringkan.

Hingga hari ini keinginan punya Mobnas justeru terasa garing. Adalah Esemka yang membawa harap setelah dipromosikan sosok Wali Kota Solo, Joko Widodo, akrab disapa Jokowi.

Dari banyak dukungan terhadap produksi mobil Esemka, satu, dua ada saja mencibir. Salah satu follower saya di twitter mengatakan begini, “Satu saja yang kecil, bautnya masih impor dari Cina.” Kawan lain bertutur, “Apa tidak menjiplak Foday, buatan Cina?”

Untuk soal baut, saya menjawab sederhana, tusuk gigi Anda saja ada impor dari Cina. Sedangkan ranah Foday, akan saya tulis dalam Sketsa perjalanan saya dari Solo 24 Februari hingga turut menyimak pengujian emisinya di Serpong 27 Februari kemarin.

Kerabat kawan yang bertutur soal mobil Sena, yang diambil dari nama pewayangan, Werkudoro alias Bima itu, memang diinisiasi oleh PT Indokaya, pemegang distribusi Datsun di Indonesia. PT Indokaya bertekad membangun Mobnas. Maka principal Datsun kala itu memberikan peluang besar.

“Yang belum bisa kita buat kala itu hanya sasis.”

“Dan dukungan dari mahasiswa ITB kala itu tinggi,” katanya lagi, “Maka ya saya heran kenapa kini ITB diam soal mobil nasional. Dulu ITB di garis depan.”

Lantas mengapa Sena kemudian malah tumbang?

“Tak terlepas dari persaingan principal dari Jepang sendiri yang tak menginginkan adanya mobil nasional Indonesia.”

Bila demikian benang merahnya sebetulnya sangat jernih. Setiap pemerintahan yang ada mendapatkan tekanan oleh principal, Jepang terutama, agar mereka saja yang membuat mopbil di Indonesia. Di benak saya program Departemen Perindustrian, kini Kementrian Perindustrian, program utama di lingkup Ditjen Industri Logam dan Mesin, dari jaman “batu” hingga kini satu saja: menjual mobil dan motor sebanyak-banyaknya.

Makanya tak heran Dirjen yang membawahi bidang otomotif ini, Budi Darmadi di DPR mengatakan bahwa sebaiknya Esemka hanya memproduksi mobil di CC di bawah 1.000 saja. Begitulah premis yang disebut pemerintah dalam otomotif.

Kerabat kawan saya yang yang menjelaskan soal Mobnas Sena itu, yang juga direksi di PT Indokaya dulu, terang-terangan mengatakan persaingan dan tekanan asing yang membuat Mobnas tak kunjung muncul.

Saya teringat bagaimana industri skala besar di bawah bendera PT Perkasa Enjinering, yang bermarkas di Subang, pun di-KO-kan. Padahal mereka sudah mampu mebuat truk nasional Perkasa bahkan yang kaliber 4 x 4 yang dipakai TNI. Blok mesin itu truk pun sudah dibuat lokal. Komponen lokalnya mendekati 100%, lisensinya Steyr, Austria. Dan konon juga tangguh. Dan Perkasa mampu membuat sedan, SUV, hingga panser dan segenap alat angkut militer. Kenyataan Perkasa dibuat lunglai, pabriknya di Subang kini dipenuhi semak. Di balik semak-semak tinggi, ada pihak swasta yang memanfaatkan jasanya seperti PT Bukaka Teknik untuk membuat komponen pembangkit listrik. PT Perkasa yang berada di bawah kendali BPPN, kini PT Pengelola Asset, tak jelas lagi bentuk pertanggung-jawaban usahanya ke publik?

Dan hari ini mimpi membuat brand dan principal sendiri itu tampaknya melekat tajam pada Esemka. Kata kenalan seorang di industri otomotif, tidak mudah membangun brand, biayanya mahal sekali.

Dan Esemka, tampaknya bukan saja brand.

Seorang calon pembeli pernah datang ke Techno Park, Solo. Ia membawa uang Rp 120 juta cash. “Saya ingin membeli Esemka, saya tak peduli mau jalan atau tidak, kalau pun cuma bisa didorong saya tetap beli!”

Bila sudah demikian, Esemka, nyata bukan cuma sebatas brand. Ada kehausan bak musafir di padang pasir nan tandus bertemu ceruk oase senggenggaman air. Oase itulah: Esemka.

Kini terpulang keharibaan nasionalisme bangsa yang selama ini hanya seakan terinjak-injak sebagai pasar tok oleh bangsa lain. Apalagi bila produsen asing bertameng ATPM itu, juga tamak mengemplang pajak melalui laku Transfer Pricing (TP) seperti yang terjadi di PT Toyota Motor Manufactur Indonesia, yang kasus TP-nya pada 2004 saja belum kunjung diputus Pengadilan Pajak. Dan kasus 2005 juga sudah masuk pula ke persidangan. Entah mengapa kasusnya tak diputus-putus juga oleh Pengadilan Pajak?

Di-lobby?

Takut?

Entahlah!

Singkatya hadirnya Esemka, bukan saja sebuah semangat bermobnas, tetapi jauh dari itu, agaknya, menjadi semangat kebangkitan jati diri.

Akapah pemerintah menangkap hal ini?

Wallahualam.






Sumber :
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis...ka-442989.html
0
3K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan