- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kembangkan Industri Perikanan Perlu Lembaga Pembiayaan Khusus
TS
mminternetindo
Kembangkan Industri Perikanan Perlu Lembaga Pembiayaan Khusus
Ikan melimpah di laut Indonesia. Potensi konsumen juga cukup besar. Namun dengan penduduk lebih dari 240 juta jiwa ternyata belum mampu mendorong berkembangnya investasi di sektor perikanan.
Sektor perbankan masih alergi menggelontor dana ke sektor ini. Itu karena pengalaman kredit bermasalah di masa lalu. Untuk itu perlu ada lembaga keuangan khusus yang menangani sektor perikanan agar potensi yang selama ini belum tergarap bisa berkembang.
“Untuk memajukan sektor perikanan harus ada lembaga pembiayaan khusus yang menanganinya,” kata Asisten Deputi Prasarana, Sarana Pangan dan Sumber Daya Hayati Kementerian Perekonomian, Wiwik Dwi Saksiwi dalam diskusi ‘Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan’ di Jakarta.
Perbankan dalam menjalankan operasionalnya terikat dengan asas prudential banking (asas kehati-hatian-red). Keengganan perbankan masuk membiayai sektor perikanan karena sektor ini punya risiko yang besar. Kredit sektor perikanan dan kelautan baru mencapai 0,6 persen dari total kredit yang disalurkan perbankan nasional. Dengan total outstanding kredit yang mencapai Rp 3.068 triliun per Agustus 2013, sektor perikanan hanya mendapat jatah Rp 18,4 triliun.
Keengganan bank mengucurkan kreditnya karena pengalaman buruk masa lalu, dimana industri perikanan dan kelautan banyak yang menunggak pembayaran kredit. “Alokasi ke sektor perikanan memang sangat kecil. Jauh di bawah alokasi untuk sektor pertambangan atau properti misalnya,” ucap Wiwiek.
Potensi perikanan Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila tahun 2011 hasil tangkapan perikanan Indonesia mencapai 13,3 juta ton, dengan tingkat konsumsi per kapita mencapai 31,64 kg/kapita/tahun, maka di tahun 2013 total tangkapan meningkat tajam yakni menjadi 18,49 juta ton dengan konsumsi 35,14kg/kapita/tahun.
“Konsumsi ikan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mendorong peningkatan kelas menengah yang cukup tajam, sehingga banyak masyarakat yang pola makannya meningkat, termasuk makan ikan,” tegas Wiwik.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayatno mengatakan, pemerintah harus mendukung investasi sektor perikanan karena potensinya yang cukup besar. “Jangan sampai justru industri kita dikuasai asing. Kita hanya jadi penonton,” kata Yugi.
Menurutnya, untuk mendorong lebih cepat industri perikanan, pemerintah harus memberikan berbagai intensif, baik fiskal maupun moneter. “Industri perikanan umumnya dikembangkan di wilayah timur Indonesia yang infrastrukturnya belum menunjang. Jadi pemerintah harus memberikan intensif, bisa berupa keringanan bea masuk untuk mesin-mesin maupun subsidi bunga pinjaman bagi dunia usaha,” katanya.
Saat ini, investasi sektor perikanan diperkirakan Rp 4,5 triliun dengan rincian di sektor perikanan tangkap sekitar Rp 2 triliun, pemrosesan sekitar Rp 1 triliun dan pengolahan sekitar Rp 1,5 triliun. “Hampir Rp 5 triliun nilai bisnisnya," kata Yugi.
Menurutnya, investasi di sektor kelautan dan perikanan memiliki prospek yang baik. Meskipun demikian, peningkatan realisasi investasi di sektor itu harus didukung oleh regulasi yang disederhanakan.
Investasi di sektor perikanan memang butuh amunisi keuangan yang kuat. Umumnya, infrastruktur di wilayah yang punya potensi ikan besar sangat minim. “Ini yang membuat investor harus mengembangkan infrastruktur. Dan itu berbiaya mahal,” katanya.
Karena itu, dia mendesak pemerintah memberikan berbagai insentif guna mendorong berkembangnya investasi perikanan, khususnya di wilayah timur Indonesia. “Selain menggarap potensi yang masih cukup besar, pengembangan investasi di wilayah timur akan mampu menyerap lapangan pekerjaan yang besar,” katanya.
Yugi mencontohkan, kemudahan investasi pada sektor ini di negara tetangga seperti Kamboja, Vietnam dan Thailand. Di negara-negara itu, dunia usaha diberikan keringanan, termasuk pada importasi peralatan. "Selain itu, infrastruktur di remote area juga disiapkan. Salah satu teman pengusaha di Pulau Seram (Maluku), harus menyiapkan sendiri jalan, listrik, dan lain-lain," papar Yugi.
Sumber: http://agrofarm.co.id/read/kelautan/.../#.UoWJ3hDHaM8
Sektor perbankan masih alergi menggelontor dana ke sektor ini. Itu karena pengalaman kredit bermasalah di masa lalu. Untuk itu perlu ada lembaga keuangan khusus yang menangani sektor perikanan agar potensi yang selama ini belum tergarap bisa berkembang.
“Untuk memajukan sektor perikanan harus ada lembaga pembiayaan khusus yang menanganinya,” kata Asisten Deputi Prasarana, Sarana Pangan dan Sumber Daya Hayati Kementerian Perekonomian, Wiwik Dwi Saksiwi dalam diskusi ‘Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan’ di Jakarta.
Perbankan dalam menjalankan operasionalnya terikat dengan asas prudential banking (asas kehati-hatian-red). Keengganan perbankan masuk membiayai sektor perikanan karena sektor ini punya risiko yang besar. Kredit sektor perikanan dan kelautan baru mencapai 0,6 persen dari total kredit yang disalurkan perbankan nasional. Dengan total outstanding kredit yang mencapai Rp 3.068 triliun per Agustus 2013, sektor perikanan hanya mendapat jatah Rp 18,4 triliun.
Keengganan bank mengucurkan kreditnya karena pengalaman buruk masa lalu, dimana industri perikanan dan kelautan banyak yang menunggak pembayaran kredit. “Alokasi ke sektor perikanan memang sangat kecil. Jauh di bawah alokasi untuk sektor pertambangan atau properti misalnya,” ucap Wiwiek.
Potensi perikanan Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila tahun 2011 hasil tangkapan perikanan Indonesia mencapai 13,3 juta ton, dengan tingkat konsumsi per kapita mencapai 31,64 kg/kapita/tahun, maka di tahun 2013 total tangkapan meningkat tajam yakni menjadi 18,49 juta ton dengan konsumsi 35,14kg/kapita/tahun.
“Konsumsi ikan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mendorong peningkatan kelas menengah yang cukup tajam, sehingga banyak masyarakat yang pola makannya meningkat, termasuk makan ikan,” tegas Wiwik.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayatno mengatakan, pemerintah harus mendukung investasi sektor perikanan karena potensinya yang cukup besar. “Jangan sampai justru industri kita dikuasai asing. Kita hanya jadi penonton,” kata Yugi.
Menurutnya, untuk mendorong lebih cepat industri perikanan, pemerintah harus memberikan berbagai intensif, baik fiskal maupun moneter. “Industri perikanan umumnya dikembangkan di wilayah timur Indonesia yang infrastrukturnya belum menunjang. Jadi pemerintah harus memberikan intensif, bisa berupa keringanan bea masuk untuk mesin-mesin maupun subsidi bunga pinjaman bagi dunia usaha,” katanya.
Saat ini, investasi sektor perikanan diperkirakan Rp 4,5 triliun dengan rincian di sektor perikanan tangkap sekitar Rp 2 triliun, pemrosesan sekitar Rp 1 triliun dan pengolahan sekitar Rp 1,5 triliun. “Hampir Rp 5 triliun nilai bisnisnya," kata Yugi.
Menurutnya, investasi di sektor kelautan dan perikanan memiliki prospek yang baik. Meskipun demikian, peningkatan realisasi investasi di sektor itu harus didukung oleh regulasi yang disederhanakan.
Investasi di sektor perikanan memang butuh amunisi keuangan yang kuat. Umumnya, infrastruktur di wilayah yang punya potensi ikan besar sangat minim. “Ini yang membuat investor harus mengembangkan infrastruktur. Dan itu berbiaya mahal,” katanya.
Karena itu, dia mendesak pemerintah memberikan berbagai insentif guna mendorong berkembangnya investasi perikanan, khususnya di wilayah timur Indonesia. “Selain menggarap potensi yang masih cukup besar, pengembangan investasi di wilayah timur akan mampu menyerap lapangan pekerjaan yang besar,” katanya.
Yugi mencontohkan, kemudahan investasi pada sektor ini di negara tetangga seperti Kamboja, Vietnam dan Thailand. Di negara-negara itu, dunia usaha diberikan keringanan, termasuk pada importasi peralatan. "Selain itu, infrastruktur di remote area juga disiapkan. Salah satu teman pengusaha di Pulau Seram (Maluku), harus menyiapkan sendiri jalan, listrik, dan lain-lain," papar Yugi.
Sumber: http://agrofarm.co.id/read/kelautan/.../#.UoWJ3hDHaM8
0
690
2
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan