- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Leo Sinaga, buron Polda Metro ‘permalukan’ Presiden
TS
jurnal3
Leo Sinaga, buron Polda Metro ‘permalukan’ Presiden
Masuk kandidat penerima Anugerah Bintang Akhlak Mulia
[I]Buronan Polda Metro Jaya dan Interpol, Leonardo Patar Muda Sinaga, CEO PT Sarana Perdana Group, yang kabur ke Singapura karena menipu 3.401 krediturnya.[/I
JURNAL3.COM | JAKARTA – Pemerintahan Presiden SBY benar-benar dipermalukan oleh buronan kelas kakap interpol dan Polda Metro Jaya, kasus kejahatan money laundry, Leonardo Patar Muda Sinaga, Chief Executive Officer (CEO) PT Sarana Perdana Indonesialobal (SPI).
Bagaimana tidak, pengusaha bisnis investasi yang telah kabur ke Singapura dan menipu 3.401 kreditur PT SPI dengan jumlah aset diperkirakan sekitar Rp 1,4 triliun hingga Rp 2 triliun itu, pernah masuk kandidat 100 Tokoh Nasional Penerima “Bintang Keteladanan Akhlak Mulia” oleh Presiden RI.
Hal itu terungkap dalam dokumen PENGANUGERAHAN BINTANG KETELADANAN AKHLAK MULIA DENGAN AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, nomor: 09/KP-GMP AM/I/2007, perihal: Permohonan Biodata Untuk Pemberdayaan Akhlak Mulia kepada Drs Leonardo Patar Muda Sinaga, Sarana Perdana Grup (induk PT SPI), tertanggal 24 Januari 2007.
Dalam list 100 kandidat tokoh yang akan diseleksi menjadi 50 orang itu, nama buronan kelas kakap ini masuk di urutan 55 di bawah nama pengusaha Rahmat Gobel (urutan 54) dan di atas pengusaha Rahman Halim (urutan 56).
Titus, salah satu kreditur PT SPI kepada Jurnal3, mengungkapkan, WamenkumHam Denny Indrayana, sempat kaget dan tidak percaya kalau nama buronan Polda Metro Jaya dan Interpol ini pernah masuk dalam nominasi dan kandidat penerima penghargaan dari Presiden SBY.
“Ini pernah kita sampaikan ke Pak Denny langsung dan beliau kaget. Kan lucu saja kalau Leo dengan kelakuan seperti itu bisa masuk nominasi penghargaan Akhlak Mulia,” ujar Titus.
Namun Leonardo dipastikan tidak menerima bintang perhargaan secara langsung dari Presiden SBY, karena pada 23 Maret 2007, Leo dan keluarganya sudah kabur ke Singapura. Sementara acara penganugerahan itu berlangsung pada 25 Mei 2007 di Prajurit Room, Balai Sudirman, Jakarta.
Seperti diberitakan, Polda Metro Jaya dinilai gagal menyelesaikan kasus penipuan dana milik 3 ribu nasabah se-Indonesia di perusahaan investasi PT SPI yang diperkirakan total mencapai Rp 2 triliun dan kaburnya Chief Executive Officer (CEO) Sarana Perdana Group, Leonardo Patar Muda Sinaga.
Para nasabah atau korban penipuan money game itu, hingga kini masih terus mempertanyakan kinerja dari petinggi Polda Metro Jaya dan Mabes Polri, yang terkesan dan diduga ‘ikut bermain’ dan diduga ikut menikmati aset PT SPI dibalik kaburnya Leonardo, yang hingga kini tidak bisa dimintai pertanggung jawabannya.
Surat itu diteken oleh Komite Pusat Gerakan Masyarakat Peduli Akhlak Mulia, yang terdiri dari Prof. KH Ali Yafie (Narasumber Pendeklarasian), Drs HM Irsyad Sudiro MSi (Ketua Umum Komite Pusat) dan DR HM Hidayat Nur Wahid (Narasumber Pencanangan).
Bahkan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid (saat itu) juga berkirim surat kepada Leonardo terkait hal yang sama.
Dalam list 100 kandidat tokoh yang akan diseleksi menjadi 50 orang itu, nama buronan kelas kakap ini masuk di urutan 55 di bawah nama pengusaha Rahmat Gobel (urutan 54) dan di atas pengusaha Rahman Halim (urutan 56).
Titus, salah satu kreditur PT SPI kepada Jurnal3, mengungkapkan, WamenkumHam Denny Indrayana, sempat kaget dan tidak percaya kalau nama buronan Polda Metro Jaya dan Interpol ini pernah masuk dalam nominasi dan kandidat penerima penghargaan dari Presiden SBY.
“Ini pernah kita sampaikan ke Pak Denny langsung dan beliau kaget. Kan lucu saja kalau Leo dengan kelakuan seperti itu bisa masuk nominasi penghargaan Akhlak Mulia,” ujar Titus.
Namun Leonardo dipastikan tidak menerima bintang perhargaan secara langsung dari Presiden SBY, karena pada 23 Maret 2007, Leo dan keluarganya sudah kabur ke Singapura. Sementara acara penganugerahan itu berlangsung pada 25 Mei 2007 di Prajurit Room, Balai Sudirman, Jakarta.
Seperti diberitakan, Polda Metro Jaya dinilai gagal menyelesaikan kasus penipuan dana milik 3 ribu nasabah se-Indonesia di perusahaan investasi PT SPI yang diperkirakan total mencapai Rp 2 triliun dan kaburnya Chief Executive Officer (CEO) Sarana Perdana Group, Leonardo Patar Muda Sinaga.
Para nasabah atau korban penipuan money game itu, hingga kini masih terus mempertanyakan kinerja dari petinggi Polda Metro Jaya dan Mabes Polri, yang terkesan dan diduga ‘ikut bermain’ dan diduga ikut menikmati aset PT SPI dibalik kaburnya Leonardo, yang hingga kini tidak bisa dimintai pertanggung jawabannya.
Dari sejumlah dokumen yang diperoleh Jurnal3, ditemukan banyak kejanggalan dibalik kaburnya Leo dan keluarga besarnya, yang menurut sebagian besar nasabah PT SPI, diduga sengaja diberi jalan untuk kabur ke luar negeri dan hingga kini belum juga ditangkap.
Bahkan, ada keyakinan, Leo dan keluarga kini sudah pulang dan menetap kembali di Indonesia. Lelaki kelahiran Deli Serdang, 28 Juli 1968 itu adalah sosok yang paling bertanggung jawab atas hilangnya uang nasabah senilai kurang lebih Rp 2 triliun itu.
Leo dan beserta istri dan kelima orang lainnya (total 7 orang), dinyatakan masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polda Metro Jaya. Namun di sinilah ditemukan keanehan dan dugaan kuat terjadinya rekayasa dibalik kaburnya Leo dan keluarganya.
Dalam daftar DPO yang pernah dikeluarkan oleh Polda Metro Jaya, Leonardo Patar Muda Sinaga disebut sebagai DPO sejak tanggal 1 Januari 1970, padahal Leo kabur pada 23 Maret 2007 dan ia lahir pada 28 Juli 1968.
Hal yang sama juga terjadi pada Elriva Krinawati Lioe, istri Leonardo, yang juga disebut sebagai DPO pada 1 Januari 1970. Padahal, Elriva adalah wanita kelahiran 7 November 1973. Sementara lima DPO lainnya yang kabur bersama Leo dan Elriva, juga disebut sebagai DPO tertanggal 1 Januari 1970.
Ada dugaan, dimundurkannya tanggal penetapan DPO ini agar ke-7 orang itu tidak ditangkap. Namun, penetapan DPO itu janggal karena tidak sesuai dengan usia obyek yang dijadikan DPO oleh Polda Metro Jaya.
Lebih aneh lagi, polisi terkesan membiarkan ke-7 buron tersebut bebas. Padahal, sejak DPO abal-abal itu itu keluar, Interpol pada tahun 2010 mengeluarkan ‘Red Notice’ untuk ke-7 buronan tersebut.
Dalam dokumen Public Report Sekretariat NCB-Interpol Indonesia Jl Trunojoyo No.3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Leonardo Patar Muda Sinaga ditetapkan resmi sebagai buronan interpol tertanggal 20 Juni 2010, termasuk istrinya Elriva Krinawati Lioe dan kelima orang lainnya.
Bahkan ada dugaan skenario. Kaburnya Leo dan keluarga itu 23 Maret 2007 itu adalah hari Jumat. Polisi sudah dilapori saat itu juga tapi tak ditanggapi. Dan pada hari Senin 26 Maret 2007, semua rekening bank milik perusahaan di bawah Sarana Perdana Group mendadak diblokir dan sepenuhnya dikuasai oleh polisi.
Sejak diblokir dan seluruh isi rekening bank dikuasai polisi, hingga kini nasabah tidak pernah diberitahu berapa jumlah pasti dana yang tersimpan di sejumlah bank atas nama 16 perusahaan di bawah Sarana Perdana Group itu.
sumber: http://www.jurnal3.com/leo-sinaga-bu...ukan-presiden/
[I]Buronan Polda Metro Jaya dan Interpol, Leonardo Patar Muda Sinaga, CEO PT Sarana Perdana Group, yang kabur ke Singapura karena menipu 3.401 krediturnya.[/I
JURNAL3.COM | JAKARTA – Pemerintahan Presiden SBY benar-benar dipermalukan oleh buronan kelas kakap interpol dan Polda Metro Jaya, kasus kejahatan money laundry, Leonardo Patar Muda Sinaga, Chief Executive Officer (CEO) PT Sarana Perdana Indonesialobal (SPI).
Bagaimana tidak, pengusaha bisnis investasi yang telah kabur ke Singapura dan menipu 3.401 kreditur PT SPI dengan jumlah aset diperkirakan sekitar Rp 1,4 triliun hingga Rp 2 triliun itu, pernah masuk kandidat 100 Tokoh Nasional Penerima “Bintang Keteladanan Akhlak Mulia” oleh Presiden RI.
Hal itu terungkap dalam dokumen PENGANUGERAHAN BINTANG KETELADANAN AKHLAK MULIA DENGAN AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, nomor: 09/KP-GMP AM/I/2007, perihal: Permohonan Biodata Untuk Pemberdayaan Akhlak Mulia kepada Drs Leonardo Patar Muda Sinaga, Sarana Perdana Grup (induk PT SPI), tertanggal 24 Januari 2007.
Dalam list 100 kandidat tokoh yang akan diseleksi menjadi 50 orang itu, nama buronan kelas kakap ini masuk di urutan 55 di bawah nama pengusaha Rahmat Gobel (urutan 54) dan di atas pengusaha Rahman Halim (urutan 56).
Titus, salah satu kreditur PT SPI kepada Jurnal3, mengungkapkan, WamenkumHam Denny Indrayana, sempat kaget dan tidak percaya kalau nama buronan Polda Metro Jaya dan Interpol ini pernah masuk dalam nominasi dan kandidat penerima penghargaan dari Presiden SBY.
“Ini pernah kita sampaikan ke Pak Denny langsung dan beliau kaget. Kan lucu saja kalau Leo dengan kelakuan seperti itu bisa masuk nominasi penghargaan Akhlak Mulia,” ujar Titus.
Namun Leonardo dipastikan tidak menerima bintang perhargaan secara langsung dari Presiden SBY, karena pada 23 Maret 2007, Leo dan keluarganya sudah kabur ke Singapura. Sementara acara penganugerahan itu berlangsung pada 25 Mei 2007 di Prajurit Room, Balai Sudirman, Jakarta.
Seperti diberitakan, Polda Metro Jaya dinilai gagal menyelesaikan kasus penipuan dana milik 3 ribu nasabah se-Indonesia di perusahaan investasi PT SPI yang diperkirakan total mencapai Rp 2 triliun dan kaburnya Chief Executive Officer (CEO) Sarana Perdana Group, Leonardo Patar Muda Sinaga.
Para nasabah atau korban penipuan money game itu, hingga kini masih terus mempertanyakan kinerja dari petinggi Polda Metro Jaya dan Mabes Polri, yang terkesan dan diduga ‘ikut bermain’ dan diduga ikut menikmati aset PT SPI dibalik kaburnya Leonardo, yang hingga kini tidak bisa dimintai pertanggung jawabannya.
Surat itu diteken oleh Komite Pusat Gerakan Masyarakat Peduli Akhlak Mulia, yang terdiri dari Prof. KH Ali Yafie (Narasumber Pendeklarasian), Drs HM Irsyad Sudiro MSi (Ketua Umum Komite Pusat) dan DR HM Hidayat Nur Wahid (Narasumber Pencanangan).
Bahkan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid (saat itu) juga berkirim surat kepada Leonardo terkait hal yang sama.
Dalam list 100 kandidat tokoh yang akan diseleksi menjadi 50 orang itu, nama buronan kelas kakap ini masuk di urutan 55 di bawah nama pengusaha Rahmat Gobel (urutan 54) dan di atas pengusaha Rahman Halim (urutan 56).
Titus, salah satu kreditur PT SPI kepada Jurnal3, mengungkapkan, WamenkumHam Denny Indrayana, sempat kaget dan tidak percaya kalau nama buronan Polda Metro Jaya dan Interpol ini pernah masuk dalam nominasi dan kandidat penerima penghargaan dari Presiden SBY.
“Ini pernah kita sampaikan ke Pak Denny langsung dan beliau kaget. Kan lucu saja kalau Leo dengan kelakuan seperti itu bisa masuk nominasi penghargaan Akhlak Mulia,” ujar Titus.
Namun Leonardo dipastikan tidak menerima bintang perhargaan secara langsung dari Presiden SBY, karena pada 23 Maret 2007, Leo dan keluarganya sudah kabur ke Singapura. Sementara acara penganugerahan itu berlangsung pada 25 Mei 2007 di Prajurit Room, Balai Sudirman, Jakarta.
Seperti diberitakan, Polda Metro Jaya dinilai gagal menyelesaikan kasus penipuan dana milik 3 ribu nasabah se-Indonesia di perusahaan investasi PT SPI yang diperkirakan total mencapai Rp 2 triliun dan kaburnya Chief Executive Officer (CEO) Sarana Perdana Group, Leonardo Patar Muda Sinaga.
Para nasabah atau korban penipuan money game itu, hingga kini masih terus mempertanyakan kinerja dari petinggi Polda Metro Jaya dan Mabes Polri, yang terkesan dan diduga ‘ikut bermain’ dan diduga ikut menikmati aset PT SPI dibalik kaburnya Leonardo, yang hingga kini tidak bisa dimintai pertanggung jawabannya.
Dari sejumlah dokumen yang diperoleh Jurnal3, ditemukan banyak kejanggalan dibalik kaburnya Leo dan keluarga besarnya, yang menurut sebagian besar nasabah PT SPI, diduga sengaja diberi jalan untuk kabur ke luar negeri dan hingga kini belum juga ditangkap.
Bahkan, ada keyakinan, Leo dan keluarga kini sudah pulang dan menetap kembali di Indonesia. Lelaki kelahiran Deli Serdang, 28 Juli 1968 itu adalah sosok yang paling bertanggung jawab atas hilangnya uang nasabah senilai kurang lebih Rp 2 triliun itu.
Leo dan beserta istri dan kelima orang lainnya (total 7 orang), dinyatakan masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polda Metro Jaya. Namun di sinilah ditemukan keanehan dan dugaan kuat terjadinya rekayasa dibalik kaburnya Leo dan keluarganya.
Dalam daftar DPO yang pernah dikeluarkan oleh Polda Metro Jaya, Leonardo Patar Muda Sinaga disebut sebagai DPO sejak tanggal 1 Januari 1970, padahal Leo kabur pada 23 Maret 2007 dan ia lahir pada 28 Juli 1968.
Hal yang sama juga terjadi pada Elriva Krinawati Lioe, istri Leonardo, yang juga disebut sebagai DPO pada 1 Januari 1970. Padahal, Elriva adalah wanita kelahiran 7 November 1973. Sementara lima DPO lainnya yang kabur bersama Leo dan Elriva, juga disebut sebagai DPO tertanggal 1 Januari 1970.
Ada dugaan, dimundurkannya tanggal penetapan DPO ini agar ke-7 orang itu tidak ditangkap. Namun, penetapan DPO itu janggal karena tidak sesuai dengan usia obyek yang dijadikan DPO oleh Polda Metro Jaya.
Lebih aneh lagi, polisi terkesan membiarkan ke-7 buron tersebut bebas. Padahal, sejak DPO abal-abal itu itu keluar, Interpol pada tahun 2010 mengeluarkan ‘Red Notice’ untuk ke-7 buronan tersebut.
Dalam dokumen Public Report Sekretariat NCB-Interpol Indonesia Jl Trunojoyo No.3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Leonardo Patar Muda Sinaga ditetapkan resmi sebagai buronan interpol tertanggal 20 Juni 2010, termasuk istrinya Elriva Krinawati Lioe dan kelima orang lainnya.
Bahkan ada dugaan skenario. Kaburnya Leo dan keluarga itu 23 Maret 2007 itu adalah hari Jumat. Polisi sudah dilapori saat itu juga tapi tak ditanggapi. Dan pada hari Senin 26 Maret 2007, semua rekening bank milik perusahaan di bawah Sarana Perdana Group mendadak diblokir dan sepenuhnya dikuasai oleh polisi.
Sejak diblokir dan seluruh isi rekening bank dikuasai polisi, hingga kini nasabah tidak pernah diberitahu berapa jumlah pasti dana yang tersimpan di sejumlah bank atas nama 16 perusahaan di bawah Sarana Perdana Group itu.
sumber: http://www.jurnal3.com/leo-sinaga-bu...ukan-presiden/
0
7.3K
30
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan