Ada acara “Lensa Olahraga” di Antv. Semacam highlight yang menginformasikan beragam kejadian di cabang sepakbola maupun cabang-cabang lain.

Saat mengulas Piala Dunia U-17, berulang-ulang presenternya mengucapkan kalimat “umur 17″. Padahal yang benar adalah “under 17″, alias para pemain di bawah usia 17, atau berumur 17 pada tanggal dan bulan tertentu yang disepakati, dengan patokan kapan digelar turnamen/kejuaraan, dan kapan berakhirnya. Apakah ini kekeliruan yang fatal? Benar!

Bila U-17 dibaca “usia 17″, maka kejuaraan ini berarti “hanya diikuti oleh para pemain berumur 17 tahun”, tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Adakah kejuaraan semacam ini dipertandingkan? Belum ada di dunia. Tinju saja bila kelas bulu maka seorang petinju harus maksimal berbobot badan 57,1 kilogram. Lebih sedikit saja tidak diperbolehkan, atau harus mengurangi berat badan setelah timbang badan, dan sesaat sebelum pertarungan digelar. Namun sebaliknya, bila salah satu petarung berbobot badan di bawah 57,1 kg malah diperbolehkan.

Bila U-17 dibaca “under 17″, maka batas maksimal umur para pemain adalah 17 tahun, atau mereka yang berusia di bawahnya. Tentu saja yang berusia 12 atau 14 tidak diperkenankan sebab usia mereka masih dalam klasifikasi SSB (sekolah sepakbola) dan mustahil kemampuan fisik serta skill-nya setara dengan mereka yang berusia 17.

Saya tahu para presenter membaca running text/moving sign di selembar layar di depan mereka, yang biasanya ditaruh di atas kamera sehingga seolah-olah mereka ngomong tanpa teks. Tetapi, bila para presenter mau belajar — tak perlu harus punya background pemain sepakbola macam Rico Ceper itu — maka mereka akan ngeh soal sepakbola, tidak asal membaca running text.

Dosa memang tak hanya dipikul para presenter, melainkan juga penulis naskah. Para penulis naskah boleh jadi menuliskan materinya dengan hanya “U-17″, atau “U-19″. Namun, perlu mereka bersinergi dengan produser/pengarah acara tentang hal-hal yang benar, agar presenternya juga berlaku benar. Ingat, televisi diudarakan hingga seluruh pelosok penjuru Tanah Air, bahkan juga bisa disimak orang-orang di belahan bumi lain melalui streaming TV, dan rakyat sekarang sudah cerdas bin kritis.

Memang tidak semua presenter berbuat salah. Juga tidak semua stasiun tivi bebal. Tetapi setitik nila akan rusak susu sebelanga. Hal serupa berlaku pula bagi para narasumber yang diundang untuk memberi komentar di siaran-siaran langsung maupun tunda. Pernah dalam satu pertandingan sepakbola seorang narasumber ngoceh tak karu-karuan menjelaskan satu persatu pemain, padahal di layar sedang terjadi kemelut mendebarkan di kotak penalti lawan. Sudah begitu, timnas kita kalah pula. Menyebalkan, bukan?

Antv, terutama dengan Asyifa Latief yang Miss Indonesia 2010, menggenapi jajaran presenter olahraga di tivi ini dengan para cewek cantik. Jangan sampai kecantikan itu diburami dengan hal-hal bodoh gara-gara menafsirkan “U-17″ menjadi “usia 17″!

MESKI digembori dengan imbauan DI ATAS tapi para kru Lensa Olahraga Antv keras kepala . Tadi pagi, pukul enam lebih tujuh menit, kembali saya menyimak dua presenter Randy Tanaya dan Asyifa Latief tetap mengartikan “U” dengan “usia”. Padahal “U” dalam konteks ini seharunya diartikan “under” untuk menandai kelompok umur sepakbola.

Awal-awalnya si Latief sudah benar dengan mencari aman, dengan membaca “U” tetap sebagai “U” (bukan “usia” maupun “under”). Tetapi lama-lama, saat Lensa Olahraga meliput skuad Indra Sjafri yang kini sedang menjalani tes kesehatan di Malang, dua-duanya menyebut tim U-19 dengan “tim usia 19″.

Kalau sampeyan mengartikan U-12, U-13, U-17, U-19, U-23 dengan usia 12, usia 13, usia 19 dan seterusnya, maka berarti tim sepakbola tersebut berisikan para pemain di usia-usia tersebut, tidak boleh kurang tidak boleh lebih. Adakah tim semacam ini? Tidak ada, gan!

Yang benar, bila ada sebuah tim disebut Tim U-19, atau U-18, atau U-23, dan sebagainya, berarti: tim tersebut berisikan para pemain berumur maksimal 19 tahun, 18, 23, dan sebagainya. Boleh 17 atau 18. Kalau nyatanya ada pemain usia 15 tapi hebat luar biasa, boleh-boleh saja dimasukkan ke kelompok U-19. Gitu loh mas-mas dan mbak-mbak!

Mungkin presenter tidak salah karena dia hanya membaca teks di depannya, dan teks tersebut ditulis oleh orang-orang yang nggak ngerti bola. Tapi para presenter mbokya belajar. Baca Kompasiana ini salah satunya. Ketika Anda-anda berada di layar televisi, maka Anda-lah yang harusnya lebih pintar dari pemirsa, dan pemirsa tidak mau tahu Anda-anda pinter dari hanya sekadar membaca teks berjalan, atau memang sejak dari sononya sudah cerdas! Warga masyarakat sekarang ini sudah pintar, Bung!

Kata teman-teman, kebodohan seperti ini konon bukan cuma milik Antv. Sejumlah stasiun televisi negeri ini juga sering mengucapkan istilah-istilah yang salah dalam jagat sepakbola.

Akan tetapi, bahwa Antv adalah pioner olahraga (baca: sepakbola), maka perlu baginya jaga wibawa. Reputasi harus dipupuk dan dipelihara. Ingat, sebentar lagi Antv akan menjadi pusat perhatian saat Piala Dunia Brasil digelar, Juni-Juli tahun depan.

Menayangkan 64 siaran langsung (berbagi kue dengan tvOne), maka betapa dahsyatnya kesibukan mereka dari studio di Jakarta, liputan sisi lain di Brasil, sampai nonton bareng. Kalau saat memandu nonton bareng di satu kafe nanti kemudian presenternya ngawur, apa tidak diketawai orang!

Tulisan ini bukan bermaksud mempermalukan, tetapi tolong diartikan sebagai bagian cinta saya pada Antv. Perkara sepele, tapi “susu sebelanga bisa rusak hanya oleh setitik nila” …