- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Al-fadhilah adalah sebuah harapan


TS
anggitnsp
Al-fadhilah adalah sebuah harapan
Menguntai benang kusut kemiskinan pada generasi harapan
Tulisan ini adalah hasil pemikiran saya tentang bagaiman sebuah kemiskinan dan perangkasp sosial cara berpikir sebuah masyarakat secara turun temurun telah membuat simpul untuk membatasi seseorang lepas dari kemiskinan
Bagaimana Jaring Perangkap kemiskinan
Ada banyak macam kemiskinan di Indonesia, yang saya lihat selama ini selama saya mengelola panti asuhan dangan 56 anak asuh (13 nov 2013) adalah pola yang sama dalam keluarga-keluarga anak asuh yang mayoritas berasal dari Jawa-tengah dan DIY, adalah sbb
Si A (laki2) dan Si B(perempuan) karena kemiskinan putus sekolah SD atu SMP, kemudian membantu orang tua di lading/ serabutan. Kemudian mereka bertemu dan menikah di usia muda , sebelum menginjak 20 th. Dan mempunyai anak si C
“kita membesarkan anak sebagaimana kita dibesarkan bukan?” dan itu lagi yang terjadi pada anak C Yang berubah mungkin putus sekolahnya (krn peran aktif pemerintah) , misal dulu SD menjadi SMP atau SMU dan sederajat
Rumah/property yang dimiliki
Ini juga yang menjadi permasalahan, orang tua/keluarga tidak membiarkan anaknya yang sudah menikah untuk mencari kehidupan di luar desa/ berkembang, si anak tidak dibiarkan untuk mencoba mencari kehidupan yang jauh dari rumah semacam semangat “merantau” di Sumatra dan sebuah dogma dalam masyarakat supaya anak dekat dengan orang tua/keluarga “ disbanding”
Hasilnya adalah kita lihat di desa2 tanah luas yang dulu untuk satu keluarga dipetak kecil2 untuk keturunannya, biasanya yang masih satu blok rumah adalah satu keluarga besar. Begitu juga terjadi pada sawah dan lading.sehingga pada generasi ke 3 dan seterusnya dangan jumlah tanah yang sama namun pemakai manfaatnya yang banyak menyebabkan klg tsb menjadi miskin, karena tidak memiliki ladang .
Lalu bagaimana lepas dari perangkap kemiskinan2 tersebut
Dari semua anak yang ada di panti, mereka di panti karena satu hal
MERUBAH NASIB
Siapa yang mengarahkan? Atau yang berperan dalam hal tersebut
Pertama adalah inspirasi GURU di sekolahnya, dari para guru ini adik2 panti mendapatkan inspirasi dan semangat untuk mengubah hidupnya, tentunya bukan hal yangmudah bagi seorang guru untuk meyakinkan orang tua / keluarga untuk melepaskan anaknya menuntut ilmu dan jauh dari rumah
Ustad/Ustadzah di kampung, dalam beberapa kasus anak asuh kami peran guru ngaji di kampungnya cukup besar untuk membekali anak asuh untuk bertekad mengubah nasib
Mana mau ada anak tinggal di panti asuhan kalau tidak terpaksa, tidak ada keluarga yang rela anaknya masuk panti bukan? Seolah seluruh keluargabesar tidak sanggup menghidupi anaknya dll
Setelah anak tersebut masuk panti maka peran pengubah nasib adalah
Diri sendiri
Pengasuh panti
(keluarga)
Diri sendiri, benar bukan…..semua motivasi….dan nasehat siapapun tidak ada gunanya jika tidak ada kemuan dan tekat yang keras dari seorang tesebut. Beberapa kali terjadi seorang anak asuh yang perempuan diminta pulang dan menikah di usia belum tamat smp atau smu. Keluarga yang mengahruskan anak untuk sering pulang krn kangen…rindu dan apa saja alasan
Seolah nggondeheli anak2 tersebut dengan dogma “ makan gak makan asal kumpul” seorang anak asuh yang pulag biasanya kembali dengan banya kegalauan, misal teman SD yang sudah menikah dan memiliki anak , atau teman yang sudah bekerja di pabrik atau buruh bangunan yang sudah menerima gaji bisa membeli hp/ mencicil motor/membantu orang tuanya
Orang tua(keluarga)
Ini yang cukup rumi bagi pengelola panti untuk menyamakan vis idan misi dengan orang tua atau keluarga di kampungnya , sebenarnya saya juga kagum dengan siklus hidup mereka yang sederhana. Lahir-sekolah sebentar-menikah-bekerja di lading-berkumpul bersama keluaga, seakan hidup saya yang harus kuliah sampai sarjana atau kawan2 yang sampai pascasarjana dan merantau bekerja di mana-mana menjadi sebuah siklus kehidupan yang rumit
Keluarga ini sebenarnya sangat berharap anaknya untuk sukses namun seringkali membauat anak galau,dan ini sering kali terjadi dipanti
Pengasuh panti.
Pengasuh inilah yang akan membentuk mental anak2 asuh di panti
Satu dari beberapa tulisan yang berlum tertulis
@Anggitnsp > www.al-fadhilah.com
Tulisan ini adalah hasil pemikiran saya tentang bagaiman sebuah kemiskinan dan perangkasp sosial cara berpikir sebuah masyarakat secara turun temurun telah membuat simpul untuk membatasi seseorang lepas dari kemiskinan
Bagaimana Jaring Perangkap kemiskinan
Ada banyak macam kemiskinan di Indonesia, yang saya lihat selama ini selama saya mengelola panti asuhan dangan 56 anak asuh (13 nov 2013) adalah pola yang sama dalam keluarga-keluarga anak asuh yang mayoritas berasal dari Jawa-tengah dan DIY, adalah sbb
Si A (laki2) dan Si B(perempuan) karena kemiskinan putus sekolah SD atu SMP, kemudian membantu orang tua di lading/ serabutan. Kemudian mereka bertemu dan menikah di usia muda , sebelum menginjak 20 th. Dan mempunyai anak si C
“kita membesarkan anak sebagaimana kita dibesarkan bukan?” dan itu lagi yang terjadi pada anak C Yang berubah mungkin putus sekolahnya (krn peran aktif pemerintah) , misal dulu SD menjadi SMP atau SMU dan sederajat
Rumah/property yang dimiliki
Ini juga yang menjadi permasalahan, orang tua/keluarga tidak membiarkan anaknya yang sudah menikah untuk mencari kehidupan di luar desa/ berkembang, si anak tidak dibiarkan untuk mencoba mencari kehidupan yang jauh dari rumah semacam semangat “merantau” di Sumatra dan sebuah dogma dalam masyarakat supaya anak dekat dengan orang tua/keluarga “ disbanding”
Hasilnya adalah kita lihat di desa2 tanah luas yang dulu untuk satu keluarga dipetak kecil2 untuk keturunannya, biasanya yang masih satu blok rumah adalah satu keluarga besar. Begitu juga terjadi pada sawah dan lading.sehingga pada generasi ke 3 dan seterusnya dangan jumlah tanah yang sama namun pemakai manfaatnya yang banyak menyebabkan klg tsb menjadi miskin, karena tidak memiliki ladang .
Lalu bagaimana lepas dari perangkap kemiskinan2 tersebut
Dari semua anak yang ada di panti, mereka di panti karena satu hal
MERUBAH NASIB
Siapa yang mengarahkan? Atau yang berperan dalam hal tersebut
Pertama adalah inspirasi GURU di sekolahnya, dari para guru ini adik2 panti mendapatkan inspirasi dan semangat untuk mengubah hidupnya, tentunya bukan hal yangmudah bagi seorang guru untuk meyakinkan orang tua / keluarga untuk melepaskan anaknya menuntut ilmu dan jauh dari rumah
Ustad/Ustadzah di kampung, dalam beberapa kasus anak asuh kami peran guru ngaji di kampungnya cukup besar untuk membekali anak asuh untuk bertekad mengubah nasib
Mana mau ada anak tinggal di panti asuhan kalau tidak terpaksa, tidak ada keluarga yang rela anaknya masuk panti bukan? Seolah seluruh keluargabesar tidak sanggup menghidupi anaknya dll
Setelah anak tersebut masuk panti maka peran pengubah nasib adalah
Diri sendiri
Pengasuh panti
(keluarga)
Diri sendiri, benar bukan…..semua motivasi….dan nasehat siapapun tidak ada gunanya jika tidak ada kemuan dan tekat yang keras dari seorang tesebut. Beberapa kali terjadi seorang anak asuh yang perempuan diminta pulang dan menikah di usia belum tamat smp atau smu. Keluarga yang mengahruskan anak untuk sering pulang krn kangen…rindu dan apa saja alasan
Seolah nggondeheli anak2 tersebut dengan dogma “ makan gak makan asal kumpul” seorang anak asuh yang pulag biasanya kembali dengan banya kegalauan, misal teman SD yang sudah menikah dan memiliki anak , atau teman yang sudah bekerja di pabrik atau buruh bangunan yang sudah menerima gaji bisa membeli hp/ mencicil motor/membantu orang tuanya
Orang tua(keluarga)
Ini yang cukup rumi bagi pengelola panti untuk menyamakan vis idan misi dengan orang tua atau keluarga di kampungnya , sebenarnya saya juga kagum dengan siklus hidup mereka yang sederhana. Lahir-sekolah sebentar-menikah-bekerja di lading-berkumpul bersama keluaga, seakan hidup saya yang harus kuliah sampai sarjana atau kawan2 yang sampai pascasarjana dan merantau bekerja di mana-mana menjadi sebuah siklus kehidupan yang rumit
Keluarga ini sebenarnya sangat berharap anaknya untuk sukses namun seringkali membauat anak galau,dan ini sering kali terjadi dipanti
Pengasuh panti.
Pengasuh inilah yang akan membentuk mental anak2 asuh di panti
Satu dari beberapa tulisan yang berlum tertulis
@Anggitnsp > www.al-fadhilah.com
0
737
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan