- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah Kerajaan pajajaran


TS
bowynwa
Sejarah Kerajaan pajajaran
SEJARAH KERAJAAN
PAJAJARAN
Assalamu'alaikum.wr.wb
permisi nih mimin momod agan aganwati,ane cuma mau share ,maaf acak2an karna bikin di hp ,yuk dibaca .
Demikian thread yg ane buat,ane gak mengharapkan apa2,udah dibaca aja ane bersyukur.
PAJAJARAN
Assalamu'alaikum.wr.wb
permisi nih mimin momod agan aganwati,ane cuma mau share ,maaf acak2an karna bikin di hp ,yuk dibaca .
Spoiler for cerita:
Kerajaan Pajajaran adalah nama
lain dari Kerajaan Sunda saat
kerajaan ini beribukota di kota
Pajajaran atau Pakuan Pajajaran
(Bogor) di Jawa Barat yang terletak
di Parahyangan (Sunda). Kata
Pakuan sendiri berasal dari kata
Pakuwuan yang berarti kota. Pada
masa lalu, di Asia Tenggara ada
kebiasaan menyebut nama kerajaan
dengan nama ibu kotanya.
Beberapa catatan menyebutkan
bahwa kerajaan ini didirikan tahun
923 oleh Sri Jayabhupati, seperti
yang disebutkan dalam Prasasti
Sanghyang Tapak (1030 M) di
kampung Pangcalikan dan
Bantarmuncang, tepi Sungai
Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.
Awal Pakuan Pajajaran
Seperti tertulis dalam sejarah,
akhir tahun 1400-an Majapahit
kian melemah. Pemberontakan,
saling berebut kekuasaan di antara
saudara berkali-kali terjadi. Pada
masa kejatuhan Prabu Kertabumi
(Brawijaya V) itulah mengalir pula
pengungsi dari kerabat Kerajaan
Majapahit ke ibukota Kerajaan
Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa
Barat.
Raden Baribin, salah seorang
saudara Prabu Kertabumi termasuk
di antaranya. Selain diterima
dengan damai oleh Raja Dewa
Niskala ia bahkan dinikahkan
dengan Ratna Ayu Kirana salah
seorang putri Raja Dewa Niskala.
Tak sampai di situ saja, sang Raja
juga menikah dengan salah satu
keluarga pengungsi yang ada
dalam rombongan Raden Barinbin.
Pernikahan Dewa Niskala itu
mengundang kemarahan Raja
Susuktunggal dari Kerajaan Sunda.
Dewa Niskala dianggap telah
melanggar aturan yang seharusnya
ditaati. Aturan itu keluar sejak
“Peristiwa Bubat” yang
menyebutkan bahwa orang Sunda-
Galuh dilarang menikah dengan
keturunan dari Majapahit.
Nyaris terjadi peperangan di
antara dua raja yang sebenarnya
adalah besan. Disebut besan
karena Jayadewata, putra raja Dewa
Niskala adalah menantu dari Raja
Susuktunggal.
Untungnya, kemudian dewan
penasehat berhasil mendamaikan
keduanya dengan keputusan: dua
raja itu harus turun dari tahta.
Kemudian mereka harus
menyerahkan tahta kepada putera
mahkota yang ditunjuk.
Dewa Niskala menunjuk
Jayadewata, anaknya, sebagai
penerus kekuasaan. Prabu
Susuktunggal pun menunjuk nama
yang sama. Demikianlah, akhirnya
Jayadewata menyatukan dua
kerajaan itu. Jayadewata yang
kemudian bergelar Sri Baduga
Maharaja mulai memerintah di
Pakuan Pajajaran pada tahun 1482.
Selanjutnya nama Pakuan Pajajaran
menjadi populer sebagai nama
kerajaan. Awal “berdirinya”
Pajajaran dihitung pada tahun Sri
Baduga Maharaha berkuasa, yakni
tahun 1482.
Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang
ada, baik dari prasasti, naskah
kuno, maupun catatan bangsa
asing, dapatlah ditelusuri jejak
kerajaan ini; antara lain mengenai
wilayah kerajaan dan ibukota
Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-
raja Kerajaan Sunda yang
memerintah dari ibukota Pakuan
Pajajaran, terdapat perbedaan
urutan antara naskah-naskah
Babad Pajajaran, Carita
Parahiangan, dan Carita Waruga
Guru.
Selain naskah-naskah babad,
Kerajaan Pajajaran juga
meninggalkan sejumlah jejak
peninggalan dari masa lalu,
seperti:
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
• Prasasti Sanghyang Tapak,
Sukabumi
• Prasasti Kawali, Ciamis
• Prasasti Rakyan Juru Pangambat
• Prasasti Horren
• Prasasti Astanagede
• Tugu Perjanjian Portugis
(padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
• Taman perburuan, yang sekarang
menjadi Kebun Raya Bogor
• Kitab cerita Kidung Sundayana
dan Cerita Parahyangan
• Berita asing dari Tome Pires
(1513) dan Pigafetta (1522)
Segi Geografis Kerajaan Pajajaran
Terletak di Parahyangan (Sunda).
Pakuan sebagai ibukota Sunda
dicacat oleh Tom Peres (1513 M) di
dalam “The Suma Oriantal”, ia
menyebutkan bahwa ibukota
Kerajaan Sunda disebut Dayo
(dayeuh) itu terletak sejauh sejauh
dua hari perjalanan dari Kalapa
(Jakarta).
Kondisi Keseluruhan Kerajaan
pajajaran (Kondisi POLISOSBUD),
yaitu Kondisi Politik (Politik-
Pemerintahan)
Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa
Barat, yang berkembang pada abad
ke 8-16. Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Pajajaran,
antara lain :
Daftar raja Pajajaran
• Sri Baduga Maharaja (1482 –
1521), bertahta di Pakuan (Bogor
sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535),
bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543),
bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta
di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567),
meninggalkan Pakuan karena
serangan Hasanudin dan anaknya,
Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal
sebagai Prabu Surya Kencana,
memerintah dari
PandeglangMaharaja Jayabhupati
(Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang
Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.
Puncak Kejayaan/ Keemasan
Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa
pemerintahan Sri Baduga Maharaja
mengalami masa keemasan. Alasan
ini pula yang banyak diingat dan
dituturkan masyarakat Jawa Barat,
seolah-olah Sri Baduga atau
Siliwangi adalah Raja yang tak
pernah purna, senantiasa hidup
abadi dihati dan pikiran
masyarakat.
Pembangunan Pajajaran di masa
Sri Baduga menyangkut seluruh
aspek kehidupan. Tentang
pembangunan spiritual dikisahkan
dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya
besar, yaitu ; membuat talaga
besar yang bernama Maharena
Wijaya, membuat jalan yang
menuju ke ibukota Pakuan dan
Wanagiri. Ia memperteguh
(pertahanan) ibu kota, memberikan
desa perdikan kepada semua
pendeta dan pengikutnya untuk
menggairahkan kegiatan agama
yang menjadi penuntun kehidupan
rakyat. Kemudian membuat
Kabinihajian (kaputren), kesatriaan
(asrama prajurit), pagelaran
(bermacam-macam formasi tempur),
pamingtonan (tempat
pertunjukan), memperkuat
angkatan perang, mengatur
pemungutan upeti dari raja-raja
bawahan dan menyusun undang-
undang kerajaan
Pembangunan yang bersifat
material tersebut terlacak pula
didalam Prasasti Kabantenan dan
Batutulis, di kisahkan para Juru
Pantun dan penulis Babad, saat ini
masih bisa terjejaki, namun tak
kurang yang musnah termakan
jaman.
Dari kedua Prasasti serta Cerita
Pantun dan Kisah-kisah Babad
tersebut diketahui bahwa Sri
Baduga telah memerintahkan
untuk membuat wilayah perdikan;
membuat Talaga Maharena Wijaya;
memperteguh ibu kota; membuat
Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran,
pamingtonan, memperkuat
angkatan perang, mengatur
pemungutan upeti dari raja-raja
bawahan dan menyusun undang-
undang kerajaan
Puncak Kehancuran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada
tahun 1579 akibat serangan
kerajaan Sunda lainnya, yaitu
Kesultanan Banten. Berakhirnya
zaman Pajajaran ditandai dengan
diboyongnya Palangka Sriman
Sriwacana (singgahsana raja), dari
Pakuan Pajajaran ke Keraton
Surosowan di Banten oleh pasukan
Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu
diboyong ke Banten karena tradisi
politik agar di Pakuan Pajajaran
tidak mungkin lagi dinobatkan raja
baru, dan menandakan Maulana
Yusuf adalah penerus kekuasaan
Sunda yang sah karena buyut
perempuannya adalah puteri Sri
Baduga Maharaja. Palangka Sriman
Sriwacana tersebut saat ini bisa
ditemukan di depan bekas Keraton
Surosowan di Banten. Masyarakat
Banten menyebutnya Watu Gilang,
berarti mengkilap atau berseri,
sama artinya dengan kata Sriman.
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat
Kerajaan Pajajaran hidup dari
pertanian, terutama perladangan.
Di samping itu, Pajajaran juga
mengembangkan pelayaran dan
perdagangan. Kerajaan Pajajaran
memiliki enam pelabuhan penting,
yaitu Pelabuhan Banten, Pontang,
Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa
(Jakarta), dan Cimanuk
(Pamanukan)
Kondisi Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran
dapat di golongan menjadi
golongan seniman (pemain
gamelan, penari, dan badut),
golongan petani, golongan
perdagangan, golongan yang di
anggap jahat (tukang copet, tukang
rampas, begal, maling, prampok,
dll)
Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat
Pajajaran sangat di pengaruhi oleh
agama Hindu. Peninggalan-
peninggalannya berupa kitab
Cerita Parahyangan dan kitab
Sangyang Siksakanda, prasasti-
prasasti, dan jenis-jenis batik.
Kesimpulan
• Kerajaan Pajajaran adalah nama
lain dari Kerajaan Sunda saat
kerajaan ini beribukota di kota
Pajajaran atau Pakuan Pajajaran
(Bogor) di Jawa Barat yang terletak
di Parahyangan (Sunda).
• Sumber sejarahnya berupa
prasati-prasati, tugu perjanjian,
taman perburuan, kitab cerita, dan
berita asing.
• Kerajaan Pajajaran pada masa
pemerintahan Sri Baduga Maharaja
mengalami masa keemasan/
kejayaan dan Kerajaan Pajajaran
runtuh pada tahun 1579 akibat
serangan kerajaan Sunda lainnya,
yaitu Kesultanan Banten.
lain dari Kerajaan Sunda saat
kerajaan ini beribukota di kota
Pajajaran atau Pakuan Pajajaran
(Bogor) di Jawa Barat yang terletak
di Parahyangan (Sunda). Kata
Pakuan sendiri berasal dari kata
Pakuwuan yang berarti kota. Pada
masa lalu, di Asia Tenggara ada
kebiasaan menyebut nama kerajaan
dengan nama ibu kotanya.
Beberapa catatan menyebutkan
bahwa kerajaan ini didirikan tahun
923 oleh Sri Jayabhupati, seperti
yang disebutkan dalam Prasasti
Sanghyang Tapak (1030 M) di
kampung Pangcalikan dan
Bantarmuncang, tepi Sungai
Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.
Awal Pakuan Pajajaran
Seperti tertulis dalam sejarah,
akhir tahun 1400-an Majapahit
kian melemah. Pemberontakan,
saling berebut kekuasaan di antara
saudara berkali-kali terjadi. Pada
masa kejatuhan Prabu Kertabumi
(Brawijaya V) itulah mengalir pula
pengungsi dari kerabat Kerajaan
Majapahit ke ibukota Kerajaan
Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa
Barat.
Raden Baribin, salah seorang
saudara Prabu Kertabumi termasuk
di antaranya. Selain diterima
dengan damai oleh Raja Dewa
Niskala ia bahkan dinikahkan
dengan Ratna Ayu Kirana salah
seorang putri Raja Dewa Niskala.
Tak sampai di situ saja, sang Raja
juga menikah dengan salah satu
keluarga pengungsi yang ada
dalam rombongan Raden Barinbin.
Pernikahan Dewa Niskala itu
mengundang kemarahan Raja
Susuktunggal dari Kerajaan Sunda.
Dewa Niskala dianggap telah
melanggar aturan yang seharusnya
ditaati. Aturan itu keluar sejak
“Peristiwa Bubat” yang
menyebutkan bahwa orang Sunda-
Galuh dilarang menikah dengan
keturunan dari Majapahit.
Nyaris terjadi peperangan di
antara dua raja yang sebenarnya
adalah besan. Disebut besan
karena Jayadewata, putra raja Dewa
Niskala adalah menantu dari Raja
Susuktunggal.
Untungnya, kemudian dewan
penasehat berhasil mendamaikan
keduanya dengan keputusan: dua
raja itu harus turun dari tahta.
Kemudian mereka harus
menyerahkan tahta kepada putera
mahkota yang ditunjuk.
Dewa Niskala menunjuk
Jayadewata, anaknya, sebagai
penerus kekuasaan. Prabu
Susuktunggal pun menunjuk nama
yang sama. Demikianlah, akhirnya
Jayadewata menyatukan dua
kerajaan itu. Jayadewata yang
kemudian bergelar Sri Baduga
Maharaja mulai memerintah di
Pakuan Pajajaran pada tahun 1482.
Selanjutnya nama Pakuan Pajajaran
menjadi populer sebagai nama
kerajaan. Awal “berdirinya”
Pajajaran dihitung pada tahun Sri
Baduga Maharaha berkuasa, yakni
tahun 1482.
Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang
ada, baik dari prasasti, naskah
kuno, maupun catatan bangsa
asing, dapatlah ditelusuri jejak
kerajaan ini; antara lain mengenai
wilayah kerajaan dan ibukota
Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-
raja Kerajaan Sunda yang
memerintah dari ibukota Pakuan
Pajajaran, terdapat perbedaan
urutan antara naskah-naskah
Babad Pajajaran, Carita
Parahiangan, dan Carita Waruga
Guru.
Selain naskah-naskah babad,
Kerajaan Pajajaran juga
meninggalkan sejumlah jejak
peninggalan dari masa lalu,
seperti:
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
• Prasasti Sanghyang Tapak,
Sukabumi
• Prasasti Kawali, Ciamis
• Prasasti Rakyan Juru Pangambat
• Prasasti Horren
• Prasasti Astanagede
• Tugu Perjanjian Portugis
(padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
• Taman perburuan, yang sekarang
menjadi Kebun Raya Bogor
• Kitab cerita Kidung Sundayana
dan Cerita Parahyangan
• Berita asing dari Tome Pires
(1513) dan Pigafetta (1522)
Segi Geografis Kerajaan Pajajaran
Terletak di Parahyangan (Sunda).
Pakuan sebagai ibukota Sunda
dicacat oleh Tom Peres (1513 M) di
dalam “The Suma Oriantal”, ia
menyebutkan bahwa ibukota
Kerajaan Sunda disebut Dayo
(dayeuh) itu terletak sejauh sejauh
dua hari perjalanan dari Kalapa
(Jakarta).
Kondisi Keseluruhan Kerajaan
pajajaran (Kondisi POLISOSBUD),
yaitu Kondisi Politik (Politik-
Pemerintahan)
Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa
Barat, yang berkembang pada abad
ke 8-16. Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Pajajaran,
antara lain :
Daftar raja Pajajaran
• Sri Baduga Maharaja (1482 –
1521), bertahta di Pakuan (Bogor
sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535),
bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543),
bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta
di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567),
meninggalkan Pakuan karena
serangan Hasanudin dan anaknya,
Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal
sebagai Prabu Surya Kencana,
memerintah dari
PandeglangMaharaja Jayabhupati
(Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang
Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.
Puncak Kejayaan/ Keemasan
Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa
pemerintahan Sri Baduga Maharaja
mengalami masa keemasan. Alasan
ini pula yang banyak diingat dan
dituturkan masyarakat Jawa Barat,
seolah-olah Sri Baduga atau
Siliwangi adalah Raja yang tak
pernah purna, senantiasa hidup
abadi dihati dan pikiran
masyarakat.
Pembangunan Pajajaran di masa
Sri Baduga menyangkut seluruh
aspek kehidupan. Tentang
pembangunan spiritual dikisahkan
dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya
besar, yaitu ; membuat talaga
besar yang bernama Maharena
Wijaya, membuat jalan yang
menuju ke ibukota Pakuan dan
Wanagiri. Ia memperteguh
(pertahanan) ibu kota, memberikan
desa perdikan kepada semua
pendeta dan pengikutnya untuk
menggairahkan kegiatan agama
yang menjadi penuntun kehidupan
rakyat. Kemudian membuat
Kabinihajian (kaputren), kesatriaan
(asrama prajurit), pagelaran
(bermacam-macam formasi tempur),
pamingtonan (tempat
pertunjukan), memperkuat
angkatan perang, mengatur
pemungutan upeti dari raja-raja
bawahan dan menyusun undang-
undang kerajaan
Pembangunan yang bersifat
material tersebut terlacak pula
didalam Prasasti Kabantenan dan
Batutulis, di kisahkan para Juru
Pantun dan penulis Babad, saat ini
masih bisa terjejaki, namun tak
kurang yang musnah termakan
jaman.
Dari kedua Prasasti serta Cerita
Pantun dan Kisah-kisah Babad
tersebut diketahui bahwa Sri
Baduga telah memerintahkan
untuk membuat wilayah perdikan;
membuat Talaga Maharena Wijaya;
memperteguh ibu kota; membuat
Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran,
pamingtonan, memperkuat
angkatan perang, mengatur
pemungutan upeti dari raja-raja
bawahan dan menyusun undang-
undang kerajaan
Puncak Kehancuran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada
tahun 1579 akibat serangan
kerajaan Sunda lainnya, yaitu
Kesultanan Banten. Berakhirnya
zaman Pajajaran ditandai dengan
diboyongnya Palangka Sriman
Sriwacana (singgahsana raja), dari
Pakuan Pajajaran ke Keraton
Surosowan di Banten oleh pasukan
Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu
diboyong ke Banten karena tradisi
politik agar di Pakuan Pajajaran
tidak mungkin lagi dinobatkan raja
baru, dan menandakan Maulana
Yusuf adalah penerus kekuasaan
Sunda yang sah karena buyut
perempuannya adalah puteri Sri
Baduga Maharaja. Palangka Sriman
Sriwacana tersebut saat ini bisa
ditemukan di depan bekas Keraton
Surosowan di Banten. Masyarakat
Banten menyebutnya Watu Gilang,
berarti mengkilap atau berseri,
sama artinya dengan kata Sriman.
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat
Kerajaan Pajajaran hidup dari
pertanian, terutama perladangan.
Di samping itu, Pajajaran juga
mengembangkan pelayaran dan
perdagangan. Kerajaan Pajajaran
memiliki enam pelabuhan penting,
yaitu Pelabuhan Banten, Pontang,
Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa
(Jakarta), dan Cimanuk
(Pamanukan)
Kondisi Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran
dapat di golongan menjadi
golongan seniman (pemain
gamelan, penari, dan badut),
golongan petani, golongan
perdagangan, golongan yang di
anggap jahat (tukang copet, tukang
rampas, begal, maling, prampok,
dll)
Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat
Pajajaran sangat di pengaruhi oleh
agama Hindu. Peninggalan-
peninggalannya berupa kitab
Cerita Parahyangan dan kitab
Sangyang Siksakanda, prasasti-
prasasti, dan jenis-jenis batik.
Kesimpulan
• Kerajaan Pajajaran adalah nama
lain dari Kerajaan Sunda saat
kerajaan ini beribukota di kota
Pajajaran atau Pakuan Pajajaran
(Bogor) di Jawa Barat yang terletak
di Parahyangan (Sunda).
• Sumber sejarahnya berupa
prasati-prasati, tugu perjanjian,
taman perburuan, kitab cerita, dan
berita asing.
• Kerajaan Pajajaran pada masa
pemerintahan Sri Baduga Maharaja
mengalami masa keemasan/
kejayaan dan Kerajaan Pajajaran
runtuh pada tahun 1579 akibat
serangan kerajaan Sunda lainnya,
yaitu Kesultanan Banten.
Demikian thread yg ane buat,ane gak mengharapkan apa2,udah dibaca aja ane bersyukur.

0
3.3K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan