Ane punya adik. Adik ane yg paling kecil ini punya ‘keistimewaan’. Sehingga dia di sekolahkan di SLB. Seperti namanya, di SLB juga begitu banyak kejadian maupun cerita yg luar biasa. Mereka wataknya rata2 memang keras, tapi tidak semua. Sebagian anak autis tidak bisa berbicara, seperti adek ane. Mereka bisa mendengar dengan baik dan mengerti apa yang kita katakan, namun untuk berkomunikasi, mereka hanya menggunakan isyarat saja dan suaranya cuma “oh ehh ehh” untuk menerangkan sesuatu. Dan yg pengen ane ceritain disini tentang teman sekolah adek ane. Ane di ceritain sama mama ane yg tiap hari nemeni adik ane di sekolahnya sampe pulang sekolah.

Teman sekolah adik ane ini bernama Ryan. Tiap hari neneknya yang nemeni ryan sekolah. Bukan karena gak ada orang tua, tapi kedua orang tuanya sibuk bekerja, sehingga neneknya yang sudah cukup renta yang menemaninya sekolah. Nenek Ryan sangat menyayangi Ryan. Namun hal ini bertolak belakang dengan orang tua Ryan.

Mama ane cerita, kalau Ryan meninggal dunia. Sehingga mama ane melayat/tukem ke rumahnya. Dengan wajah yang sembab dan mata yang bengkak nenek ryan bercerita, tidak ada sakit yang jelas , namun ryan tidak mau makan sudah tiga hari. Selanjutnya Ryan muntah2 (muntahnya berwarna hitam).
Dengan hati yang sedih, neneknya bercerita dan mencoba mengingat2 hari2 terakhir bersama cucu kesayangannya. Beberapa hari sebelumnya, ryan sangat suka menciumi dan menyalim neneknya. Diwaktu sore hari , ryan duduk2 di pinggir jalan, saat menjelang maghrib nenek ryan memanggilnya untuk masuk ke rumah. Namun ryan bersikeras tidak mau masuk dan menjawab seperti biasa “ehh ooh oh” serta menunjuk2 ke suatu arah,lalu dia melambaikan tangan pada neneknya. Selanjutnya neneknya menghampirinya dan menariknya masuk ke dalam rumah. “mungkin dia nunjuk kakeknya yg jemput” kata nenek ryan. (suami nenek tersebut juga baru meninggal beberapa bulan yang lalu). Berate sedih perasaan nenek ryan dan dia berkata bahwa hari2nya akan semakin sepi tanpa ryan.

Saat ke rumah duka, mama ane memperhatikan orang tua ryan. Ibunya Ryan bermake up dan tidak ada raut kesedihan di wajahnya.Sementara nenek Ryan, terlihat sangat lesu dan berduka. Sambil menghibur sang nenek, mama ane yang sedang mendengarkan cerita nenek ryan tersebut sesaat mndengarkan cerita sang ibu ryan. Ibu ryan bercerita pada guru2 ryan di SLB “ beberapa hari yang lalu ryan meminta saya untuk tidur di sampingnya. (sambil memperagakan cara ryan, dengan berbicara “uh uh uh oh” memanggil mamanya sambil menepuk bantal di sampingnya). Lalu saya bilang sama dia, “males lah, bekas muntahmu uda berserakan disitu” dan ibu ryan melanjutkan “ dia (ryan) itu menyusahkan sekali“ kurang lebih begitu ceritanya. (Sumpah ane sedih bgt denger ceritanya. )
jelas yang mendengar merasa miris dan risih.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut menjadi cerita bagi ibu2 yang sangat menyayangkan sikap orang tua ryan yang tidak menyayangi anaknya.
Diceritakan lagi bahwa ryan tidak pernah dibawa jalan2 oleh orang tuanya. Orang tua ryan hanya membawa adik ryan kalau pergi2. Seprti malu atau tidak mau repot lah, dan sampai saudaranya berkomentar “ anakmu ada dua, jangan Cuma satu aja yg dibawa2. Abangnya ga dibawa. Itu sama2 anakmu.” NB: Ryan anak pertama dan punya adik satu orang yg normal (sehat fisik mental).
Hanya itu yang ane tahu dan ane juga ga akan mencari tau cerita lebih lanjut, karena akan bikin tambah sedih dan miris.
Kami sekeluarga sangat menyayangkan sikap orang tuanya terutama ibunya,, apa ibunya tersebut tidak menyesal berkata seperti itu di hari2 terakhirnya ryan.
tapi dipikir2 yah gimana, toh bukan ibunya yg menghadapi dan menjaga ryan setiap hari, melainkan neneknya, sehingga tak ada rasa berduka di hatinya atau justru bersyukur.