Kaskus

Entertainment

daneoAvatar border
TS
daneo
kereta bogor - sukabumi
BOGOR, KOMPAS.com — Kereta Api Pangrango rute
Bogor-Sukabumi akan dioperasikan mulai Sabtu
(9/11). KA itu berangkat tiga kali sehari, setiap
lima jam, dari Stasiun Bogor atau Stasiun
Sukabumi. Jadwal keberangkatan dari Sukabumi
pukul 05.00, 10.00, dan 15.00. Sementara itu
jadwal keberangkatan dari Bogor pukul 07.30,
12.30, dan 17.30.
Jalur Bogor-Sukabumi dilayani dua rangkaian KA
Pangrango. Setiap rangkaian terdiri dari 1
lokomotif, 1 kereta eksekutif, 3 kereta ekonomi, dan
1 gerbong pembangkit. Keempat kereta penumpang
itu berpenyejuk udara.
KA Pangrango berkapasitas total 368 kursi.
Sebanyak 50 kursi di kelas eksekutif dan tarifnya
Rp 35.000 per penumpang. Sementara itu sebanyak
318 kursi di kelas ekonomi dan tarifnya Rp 15.000
per penumpang. Tarif tersebut tidak bersubsidi.
Spanduk sosialisasi KA Pangrango di Stasiun
Maseng, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
Kamis (7/11), tertulis keberadaan kereta bisnis.
Tarifnya Rp 25.000 per penumpang. ”Kelas bisnis
akan dijalankan jika permintaan meningkat,” kata
Kepala Hubungan Masyarakat KAI Daerah Operasi I
Sukendar Mulya.
Saat KA Pangrango beroperasi, ada sejumlah
larangan yang harus ditaati penumpang. Jangan
membuka pintu atau jendela saat KA berjalan.
Jangan naik di atap KA. Dilarang merokok di dalam
KA. Dilarang berjualan di stasiun dan di KA.
Jalur Bogor-Sukabumi sepanjang 57 kilometer.
Waktu tempuh 1 jam 47 menit. Di jalur ini ada 10
stasiun, yakni Stasiun Bogor, Batutulis, Maseng,
Cigombong, Cicurug, Parungkuda, Cibadak, Karang
Tengah, Cisaat, dan Sukabumi. Selain itu, ada tiga
halte, yakni Halte Ciomas, Cijambe, dan Pondok
Leungsi. Halte lebih kecil daripada stasiun.
Fungsinya, untuk naik-turun penumpang. Halte itu
tak dilengkapi peralatan sinyal pengatur perjalanan
KA.
Sampai Kamis atau dua hari menjelang peresmian,
persiapan disempurnakan. Antara lain, pengecekan
ulang rel, bantalan, fasilitas stasiun, jembatan,
drainase, tubuh ban, dan pintu perlintasan.
Tujuannya, agar selama KA Pangrango beroperasi,
keselamatan dan keamanan penumpang serta
perjalanan dapat terjamin.
Pengamat perkeretaapian Djoko Setijowarno
mengatakan, waktu tempuh 1 jam 47 menit cukup
lama untuk jarak 57 km. Waktu tempuh itu setara
dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum
dengan asumsi Jalan Raya Bogor-Sukabumi tidak
macet.
Menurut Djoko, waktu tempuh lama karena rel
belum diganti dengan jenis R54. Jalur Bogor-
Sukabumi masih memakai rel jenis R33 atau R42
peninggalan Belanda. Lokomotif tidak bisa dipacu
dengan kencang. Mungkin, laju rata-rata 40 km per
jam. Jika dipacu kencang, KA bisa terguling.
Djoko mengatakan, rel jenis R33 berarti batang rel
berbobot 33 kilogram per meter. Kian berat bobot
rel, daya tahan terhadap beban KA kian bagus.
”Diharapkan, pemerintah pusat secepatnya
mengganti jalur Bogor-Sukabumi dengan yang
terbaik,” katanya.
Meski demikian, Djoko menyambut gembira
pengoperasian kembali jalur Bogor-Sukabumi.
Sebelum Indonesia merdeka, jalur Bogor-Sukabumi-
Cianjur- Bandung dibangun dan dioperasikan oleh
Belanda. Jalur ini menyuguhkan keindahan
panorama lembah Gunung Salak dan Gunung Gede
sekaligus daerah aliran Sungai Cisadane.
Kereta diesel
Sebelum mati, jalur Bogor- Sukabumi dilayani oleh
Kereta Diesel (KRD) Bumi Geulis. Namun, KRD itu
kerap rusak. KRD tidak bisa lagi dioperasikan sejak
15 Desember 2012. Penumpang KRD pun beralih ke
angkutan L300, bus sedang, dan bus besar
melewati Jalan Raya Bogor-Sukabumi yang didera
kemacetan.
”Pengoperasian kembali jalur KA lebih bermanfaat
ketimbang membangun Jalan Tol Bogor-Ciawi-Suk
abumi (Bocimi) dalam hal mengatasi kemacetan,”
kata Djoko.
Pemerintah pusat disarankan menjadikan jalur
Bogor-Sukabumi seperti KRL Jabodetabek. Tarifnya
perlu disubsidi untuk memberikan rasa keadilan
bagi warga Bogor-Sukabumi seperti pengguna KRL
Jabodetabek.
Untuk rute Sukabumi-Cianjur, baru akan diaktifkan
mulai 1 Januari 2014. Jalur ini terhenti sejak
diperbaiki oleh satuan kerja Kementerian
Perhubungan dalam kurun waktu 2009-2010. Untuk
jalur ini akan disiapkan rangkaian kereta yang
terdiri atas 1 lokomotif, 1 kereta eksekutif, 3 kereta
ekonomi, dan 1 gerbong pembangkit. Tarif kelas
eksekutif Rp 25.000 per penumpang. Sementara itu
tarif kelas ekonomi Rp 10.000 per penumpang.
Untuk jalur Cianjur-Bandung masih menunggu
revitalisasi selesai. Jika rel sudah diganti yang
baru, jalur tersebut bisa dilintasi lokomotif tipe CC
204. Selanjutnya, KA bisa dioperasikan dan
diintegrasikan dengan KA Pangrango.
”Jalur ini merupakan yang pertama di Jawa Barat
ke jurusan Bandung dengan pemandangan indah
dan stasiun tua yang klasik,” kata Djoko.
Saat ini, KA dari Jakarta ke Bandung melalui
Bekasi-Karawang-Purwakarta. Pada zaman
Belanda, berkereta uap dari Jakarta ke Bandung
melewati jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur.
0
2.4K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan