Hubungan fenomena dengan kepercayaan


Trick of treat!

Itulah sepenggal ungkapan yang selalu terdengar saat perayaan Halloween tiba. Perayaan yang berasal dari festival Samhain ini adalah sebuah peringatan berakhirnya musim panen dan pertama kali dirayakan turun-temurun oleh imigran Irlandia yang tinggal di kawasan Amerika Utara. Pada hari itu, orang-orang Kelt percaya jika ruh-ruh orang yang telah mati akan kembali ke dunia untuk mengunjungi sanak saudaranya. Tidak hanya ruh orang yang telah mati, dipercaya pula pada hari Halloween maka ruh-ruh jahat, iblis, dan sebangsanya akan bergentayangan mengganggu manusia. Untuk itulah, maka orang-orang mengenakan beragam kostum untuk "mengelabui" ruh-ruh jahat tersebut.

Secara budaya memang Halloween telah menjadi perayaan internasional dan lebih menjadi tren sosial untuk ikut dalam pesta-pesta yang meriah dengan mengenakan bermacam kostum. Tapi jika berkaca pada bangsa Indonesia, rasanya fenomena-fenomena misteri bangsa ini lebih membuat bulu kuduk merinding dibanding hantu vampir atau Freddy Krueger. Akar budaya bangsa ini memang sepertinya ditanamkan dengan nilai-nilai klenik yang masih kental dengan fenomena yang tak dapat dijelaskan dengan akal sehat. Daripada larut dalam pesta-pesta kostum yang sedikit membosankan, saya lebih memilih untuk menyingkap cerita mengenai pengalaman gaib dari berbagai sumber.



Jujur, sejak kecil saya dibesarkan dalam latar keluarga budaya Jawa yang masih kental. Makanya dibandingkan hari Halloween, saya lebih merasa bergetar saat malam 1 Suro tiba. Malam yang begitu sarat dengan aura mistis dengan ritual-ritual seperti memandikan pusaka. Sebetulnya antara hari Halloween dengan malam 1 Suro boleh dikatakan ada kesamaan; pada malam itu dunia tak kasat mata dipercaya akan berinteraksi dengan alam manusia. Boleh percaya boleh tidak, karena di zaman modern ini rasa takut karena merasa merinding di dalam kamar bisa diatasi dengan mengintip akun-akun menarik di Instagram. Bicara soal interaksi antara dunia gaib dengan manusia, saya pribadi memang pernah mengalaminya sendiri, dan untuk melengkapi penasaran diri, saya pun lantas bertanya pada sang 'ahli'.

Bersentuhan dengan resonansi 'mereka'

Ada seorang kenalan saya yang memang dikenal mempunyai kelebihan alias indera ke enam. Dalam suatu diskusi santai beberapa waktu lalu, saya bertanya pada dirinya apakah betul manusia bisa mengalami hal seperti film Insidious (2010) misalnya? Dalam penjelasan yang paling sederhana, teman saya itu menjelaskan jika setiap makhluk hidup di alam semesta ini mempunyai resonansi atau getarannya masing-masing. Jika dalam kapasitas tertentu seorang manusia bisa menurunkan resonansinya sejajar dengan semut, maka bukan tidak mungkin ia bisa mengerti apa yang semut bicarakan.

Begitu juga dengan alam gaib. Dengan santai teman saya itu membeberkan beberapa fenomena sederhana yang (sialnya) hampir setiap hari dirasakan manusia. Bulu roma berdiri, merasa gelisah tanpa sebab, atau mendengar suara-suara aneh adalah beberapa di antara pertanda jika manusia berdekatan resonansinya dengan alam lain. Lucunya, menurut beberapa orang yang memang mempunyai kelebihan, tidak ada manusia yang mampu mengatur resonansinya sampai hal aneh bisa terjadi secara tidak disengaja. Dan inilah bagian menariknya; pada saat manusia berada pada resonansi yang sama dengan alam lain, maka makhluk yang ada di sana berusaha untuk berinteraksi dengan berbagai cara. Pernah mengalaminya?



Tidak selalu berbentuk penampakan

Bagi beberapa kepercayaan, manusia adalah makhluk yang mempunyai derajat paling tinggi dibanding makhluk lainnya. Dalam telaah yang dilakukan teman saya, makhluk yang ada di alam gaib begitu menginginkan hidup yang sempurna dengan menjadi manusia. Itulah sebabnya terkadang mereka begitu agresif saat manusia berada pada resonansi yang sama.Semua film-film horor seperti The Conjuring (2013), The Possession (2012), bahkan sampai Malam Jumat Kliwon (1986) yang dipopulerkan oleh mendiang Suzanna semua mempunyai benang merah yang sama; makhluk gaib ingin menguasai manusia.



Di akhir pembicaraan, teman saya berkesimpulan pada akhirnya ini kembali pada kepercayaan masing-masing orang. Tapi bagi yang percaya, memang Tuhan tidak menciptakan alam nyata saja, ada alam-alam lain yang berjalan selaras dengan kehidupan manusia. Mengapa perayaan Halloween itu diperingati pasti ada alasannya, bukan budaya semata. Apalagi dengan kultur budaya Indonesia yang begitu kental dengan nuansa mistik di dalamnya. Tak jarang Anda mungkin sering mendengar berbagai cerita mistik yang pernah dialami seseorang, atau Anda ingin ikut merasakannya juga? It's your choice...

cendol gan..