- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sangat Pahit, Ekonomi Indonesia Bisa Disalip Oleh Kamboja dan Myanmar
TS
MuslimAirForce
Sangat Pahit, Ekonomi Indonesia Bisa Disalip Oleh Kamboja dan Myanmar
Jakarta -Daya saing ekonomi Indonesia cukup memprihatinkan. Ini dilihat dari peringkat kemudahan berbisnis (Doing Business) yang dikeluarkan Bank Dunia. Indonesia hanya menduduki peringkat 120, jauh dari Singapura yang duduk di peringkat 1 dan Malaysia di peringkat 6.
Wakil Ketua Umum Kadin Erwin Aksa mengatakan, kalangan dunia usaha mengimbau pemerintah Indonesia serius membangun daya saing ke depan. Bila tidak, Indonesia bakal disalib negara-negara Indo China. Bahkan sekarang Vietnam sudah jauh di atas Indonesia.
"Bila kita tidak serius, negara-negara Indo China seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar, tidak mustahil meninggalkan kita. Vietnam sudah jauh meninggalkan kita," ujar Erwin dalam pernyataan tertulis, Sabtu (2/11/2013).
Erwin mengatakan, dalam laporan 'Doing Business 2014' yang dikeluarkan Bank Dunia, sebagian besar negara-negara di Asia Tenggara menunjukan peningkatan berarti dalam memberikan kemudahan berbisnis bagi pelaku usaha. Bahkan, banyak negara-negara kecil dan berpenghasilan rendah bergerak lebih cepat melakukan perbaikkan dibandingkan negara-negara besar.
Dalam pernyataan, Erwin merinci, Vietnam sukses melakukan perbaikan dalam melindungi hak-hak investor dan perpajakan. "Kamboja lain lagi. Dia ada kemajuan dalam perpajakan, begitu juga dengan Laos, dan Myanmar," papar Erwin.
Kemajuan yang pesat dialami Filipina. Di bawah pemerintahan Ninoy Aquino, Filipina mengambil terobosan di sektor keuangan guna mendukung pertumbuhan sektor riil. "Hasilnya, kebijakan Ninoy ini membuat akses pembiayaan lembaga keuangan mengalami peningkatan pesat dari peringkat 126 menjadi peringkat 86, dalam memperoleh pembiayaan bank atau naik 40 tingkat. Ekonominya tumbuh 7%," ujar Erwin.
Dirilis oleh Bank Dunia, peringkat kemudahan berbisnis Indonesia di posisi 120 dari 189 negara yang disurvei. Tak berdaya dari Singapura dan Malaysia, Indonesia juga kalah dibandingkan Thailand (18) dan Brunei Darussalam (59)
Tak hanya itu, peringkat kemudahan bisnis Indonesia juga masih kalah dari Vietnam yang berada di peringkat 99, dan Filipina 108 dunia. Indonesia hanya hanya unggul dari Kamboja yang ada di peringkat 137 dan Myanmar 182.
Bila benar nantinya Indonesia terkalahkan oleh negara-negara Indo China tersebut, maka akan sangat pahit. Karena, negara itu rata-rata baru selesai dari perang pada tahun 1980-an dan baru mulai gencar membangun infrastrukturnya pada tahun 1990-an.
"Sangat pahit, kita sebagai negara besar dan sumber dayanya besar, tapi tak punya percepatan yang cukup mengejar perbaikan infrastruktur. Padahal stabilitas politik dan ekonomi makro kita jauh lebih bagus," jelas Erwin.
Erwin mengatakan, dari delapan indikator kemudahan dalam berbisnis di Indonesia, semua indikator itu mengalami penurunan peringkat. Belum lagi masalah perizinan usaha di Indonesia jauh lebih lama, dari rata-rata negara di Asia Pasifik.
"Ada empat masalah paling menyulitkan bagi investor yakni masalah akses listrik, memulai usaha, perpajakan, dan kontrak/perizinan," imbuh Erwin.
"Di Asia Pasifik, rata-rata ada tujuh prosedur, sedangkan negara kita ada 10 prosedur. Untuk menyelesaikan semua itu butuh 48 hari, sedangkan di Asia Pasifik, rata-rata 37 hari," imbuh Erwin.
[url]http://finance.detik..com/read/2013/11/02/101045/2402187/4/2/sangat-pahit-indonesia-bisa-disalip-kamboja-dan-myanmar[/url]
very bad..............
Wakil Ketua Umum Kadin Erwin Aksa mengatakan, kalangan dunia usaha mengimbau pemerintah Indonesia serius membangun daya saing ke depan. Bila tidak, Indonesia bakal disalib negara-negara Indo China. Bahkan sekarang Vietnam sudah jauh di atas Indonesia.
"Bila kita tidak serius, negara-negara Indo China seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar, tidak mustahil meninggalkan kita. Vietnam sudah jauh meninggalkan kita," ujar Erwin dalam pernyataan tertulis, Sabtu (2/11/2013).
Erwin mengatakan, dalam laporan 'Doing Business 2014' yang dikeluarkan Bank Dunia, sebagian besar negara-negara di Asia Tenggara menunjukan peningkatan berarti dalam memberikan kemudahan berbisnis bagi pelaku usaha. Bahkan, banyak negara-negara kecil dan berpenghasilan rendah bergerak lebih cepat melakukan perbaikkan dibandingkan negara-negara besar.
Dalam pernyataan, Erwin merinci, Vietnam sukses melakukan perbaikan dalam melindungi hak-hak investor dan perpajakan. "Kamboja lain lagi. Dia ada kemajuan dalam perpajakan, begitu juga dengan Laos, dan Myanmar," papar Erwin.
Kemajuan yang pesat dialami Filipina. Di bawah pemerintahan Ninoy Aquino, Filipina mengambil terobosan di sektor keuangan guna mendukung pertumbuhan sektor riil. "Hasilnya, kebijakan Ninoy ini membuat akses pembiayaan lembaga keuangan mengalami peningkatan pesat dari peringkat 126 menjadi peringkat 86, dalam memperoleh pembiayaan bank atau naik 40 tingkat. Ekonominya tumbuh 7%," ujar Erwin.
Dirilis oleh Bank Dunia, peringkat kemudahan berbisnis Indonesia di posisi 120 dari 189 negara yang disurvei. Tak berdaya dari Singapura dan Malaysia, Indonesia juga kalah dibandingkan Thailand (18) dan Brunei Darussalam (59)
Tak hanya itu, peringkat kemudahan bisnis Indonesia juga masih kalah dari Vietnam yang berada di peringkat 99, dan Filipina 108 dunia. Indonesia hanya hanya unggul dari Kamboja yang ada di peringkat 137 dan Myanmar 182.
Bila benar nantinya Indonesia terkalahkan oleh negara-negara Indo China tersebut, maka akan sangat pahit. Karena, negara itu rata-rata baru selesai dari perang pada tahun 1980-an dan baru mulai gencar membangun infrastrukturnya pada tahun 1990-an.
"Sangat pahit, kita sebagai negara besar dan sumber dayanya besar, tapi tak punya percepatan yang cukup mengejar perbaikan infrastruktur. Padahal stabilitas politik dan ekonomi makro kita jauh lebih bagus," jelas Erwin.
Erwin mengatakan, dari delapan indikator kemudahan dalam berbisnis di Indonesia, semua indikator itu mengalami penurunan peringkat. Belum lagi masalah perizinan usaha di Indonesia jauh lebih lama, dari rata-rata negara di Asia Pasifik.
"Ada empat masalah paling menyulitkan bagi investor yakni masalah akses listrik, memulai usaha, perpajakan, dan kontrak/perizinan," imbuh Erwin.
"Di Asia Pasifik, rata-rata ada tujuh prosedur, sedangkan negara kita ada 10 prosedur. Untuk menyelesaikan semua itu butuh 48 hari, sedangkan di Asia Pasifik, rata-rata 37 hari," imbuh Erwin.
[url]http://finance.detik..com/read/2013/11/02/101045/2402187/4/2/sangat-pahit-indonesia-bisa-disalip-kamboja-dan-myanmar[/url]
very bad..............
0
1.2K
9
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan