- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Adakah Penguasa seperti Beliau??Ahmadinejad,Jokowi,Bu Risma,,Ahok Lewat !!!!!
TS
pengusaha13
Adakah Penguasa seperti Beliau??Ahmadinejad,Jokowi,Bu Risma,,Ahok Lewat !!!!!
Saat ini di negri kita sedang demam Jokowi, Dimana beliau dengan kesederhanaan, dan kharismanya serta dg dukungan media dibelakangnya, menjadi salah satu Capres unggulan.
Ahmadinejad (mantan presiden Iran) juga menjadi presiden yg di idolakan di negri ini karena kesederhanaan dan "keberaniannya" menentang AS dan Israel.
Di Surabaya nama BU risma juga tdk bisa di anggap remeh, beliau termasuk walikota yg berhasil menata kota "Djancukers" Surabaya tercinta.
Ahok juga menjadi buah bibir karena ketegasan dan sikapnya yg tanpa kompromi.
Tapi bukan bermaksud meremehkan tokoh tokoh di atas, TS disini akan sedikit mengulas seorang legenda dg segala kesederhanaan,zuhud,iman,dan keadilannya yang menajdikann kerajaannya adil,dan makmur
Umar Bin Abdul Aziz
Ahmadinejad (mantan presiden Iran) juga menjadi presiden yg di idolakan di negri ini karena kesederhanaan dan "keberaniannya" menentang AS dan Israel.
Di Surabaya nama BU risma juga tdk bisa di anggap remeh, beliau termasuk walikota yg berhasil menata kota "Djancukers" Surabaya tercinta.
Ahok juga menjadi buah bibir karena ketegasan dan sikapnya yg tanpa kompromi.
Tapi bukan bermaksud meremehkan tokoh tokoh di atas, TS disini akan sedikit mengulas seorang legenda dg segala kesederhanaan,zuhud,iman,dan keadilannya yang menajdikann kerajaannya adil,dan makmur
Umar Bin Abdul Aziz
Sang khalifah Ar Rosyid Yang Kelima
monggo di simak gan :
________________________________________________________________
Kelahiran beliau
Spoiler for lahir:
Beliau lahir pada tahun 61 H/ 682 M di Madinah ada yang mengatakan di
Mesir. ( Atsar Umar bin Abdil Aziz Fil Aqidah 1/45 , Tadzkirotul Huffadz 1/118-120 )
Beliau dilahirkan tahun 61 H di Madinah pada era pemerintahan khalifah Yazid bin Mu'awiyah, bertepatan dengan meninggalnya Maemunah istri Nabi Muhammad r. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Madinah Munawwarah dengan menimba ilmu dari para ulama yang hidup saat itu. Sehingga terkumpullah pada diri beliau keutamaan ilmu dan agama, disamping keturunan 'darah biru' dan gelimpangan materi. Pasca meninggalnya sang ayah, beliau diminta untuk tinggal di Damaskus oleh khalifah Abdul Malik, paman beliau, lalu dinikahkan dengan salah seorang anaknya; Fatimah. ( al-Bidayah wa an-Nihayah (12/680), Siyar A'lam an-Nubala' (5/117), Tarikh Khulafa' Bani Umayah hal. 253 dan Shofahatun Musyriqah Min at-Tarikh al-Islami, karya Dr. Ali Muhammad Shalabi hal. 396.)
Saat masih kecil Umar mendapat kecelakaan. Tanpa sengaja seekor kuda jantan menendangnya sehingga keningnya robek hingga tulang keningnya terlihat. Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz seketika tersentak dan tersenyum. Seraya mengobati luka Umar kecil, dia berujar,
“Bergembiralah engkau wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar bin Khattab insyaallah terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini.“
Mesir. ( Atsar Umar bin Abdil Aziz Fil Aqidah 1/45 , Tadzkirotul Huffadz 1/118-120 )
Beliau dilahirkan tahun 61 H di Madinah pada era pemerintahan khalifah Yazid bin Mu'awiyah, bertepatan dengan meninggalnya Maemunah istri Nabi Muhammad r. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Madinah Munawwarah dengan menimba ilmu dari para ulama yang hidup saat itu. Sehingga terkumpullah pada diri beliau keutamaan ilmu dan agama, disamping keturunan 'darah biru' dan gelimpangan materi. Pasca meninggalnya sang ayah, beliau diminta untuk tinggal di Damaskus oleh khalifah Abdul Malik, paman beliau, lalu dinikahkan dengan salah seorang anaknya; Fatimah. ( al-Bidayah wa an-Nihayah (12/680), Siyar A'lam an-Nubala' (5/117), Tarikh Khulafa' Bani Umayah hal. 253 dan Shofahatun Musyriqah Min at-Tarikh al-Islami, karya Dr. Ali Muhammad Shalabi hal. 396.)
Saat masih kecil Umar mendapat kecelakaan. Tanpa sengaja seekor kuda jantan menendangnya sehingga keningnya robek hingga tulang keningnya terlihat. Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz seketika tersentak dan tersenyum. Seraya mengobati luka Umar kecil, dia berujar,
“Bergembiralah engkau wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar bin Khattab insyaallah terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini.“
Nasab Beliau
Spoiler for Nasab:
Beliau adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abu al-'Ash bin Umayah bin Abdu Syam bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab; salah satu keturunan Bani Umayah, yang tentu saja berdarah Quraisy. Beliau biasa dipanggil dengan sebutan Abu Hafs, sedangkan di kalangan Bani Umayyah beliau lebih dikenal dengan al-Asyaj (si pemilik luka di wajah) Julukan tersebut bermula ketika suatu hari beliau masuk ke tambatan kuda, tiba-tiba seekor kuda menyepak wajah beliau. Lalu ayah beliau pun menyeka darah yang mengalir seraya bergumam, "Seandainya engkau dijuluki si Asyaj Bani Umayyah, sungguh bahagialah engkau". Diriwayatkan oleh Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir, dari jalan Harun bin Ma'ruf, dari Dhamrah.
Berkata al-Hafidz al-Imam adz-Dzahabi Rohimahulloh : “ Dia adalah Umar bin Abdil Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdi Syamsin bin Abdi Manaf , al-Imam al-Hafidz al-Allamah al-Mujtahid al-Zahid al-Abid, al-Sayyid Amirul Mu’minin Haqqon, Abu Hafsin al-Qurosyiy al-Amawy, al-Madani Tsummal Misyri , al-Kholifatu al-Zahid al-Rosyid, Pemberani dari Bani Umayyah, Dia adalah Imam Mujtahid dari Khulafaur Rosyidin , Dia memiliki akhlak dan rupa yang baik , sempurna akalnya, diam yang bagus, politik yang baik yang selalu menjaga keadilan pada setiap saat, seorang yang faqih dan seorang yang alim, mempunyai kecerdasan dan pemahaman yang bersih, Dia selalu bertaubat , ta’at pada Alloh serta lurus pada agamaNya, Seorang Kholifah yang zahid, selalu berbicara pada kebenaran, dan sedikit bicara, serta membenci semua pemimpin yang dholim dan tidak berbuat adil serta mengambil yang bukan haknya dan untuk kepentingan dirinya, beliau menurut ahlul ilmi adalah pemimpin yang lurus dan ulama’ yang beramal dengan ilmunya, beliau juga seorang yang fasih dan cakap dalam berbicara.” ( Siyar A’lamin Nubala’ 5/136, 120, 114, 144 )
Ayahnya; Abdul Aziz -seorang gubernur mesir pada pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan- adalah salah satu kandidat yang dicalonkan untuk menduduki tampuk kekhalifahan sepeninggal ayahnya; Marwan bin Hakam, namun ajal keburu menjemputnya. Sedangkan ibunya; Laila bintu Ashim bin Umar bin Khattab, biasa dipanggil dengan Ummu Ashim. Secara garis keturunan dari pihak ibu, beliau adalah cicit Umar bin Khattab.[size="2"][color=blue] ( al-Bidayah wa an-Nihayah, karya Ibnu Katsir (12/676), Siyar A'lam an-Nubala', karya Adz-Dzahabi (5/114), Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz, karya Ibnu al-Jauzi hal. 9-10, dan Tarikh Khulafa' Bani Umayah, karya Dr. Nabih Aqil hal. 253. )
Dikisahkan ketika Abdul Aziz hendak melamar Laila, ia berkata kepada atasannya, "Kumpulkanlah untukku empat ratus dinar dari hartaku yang terbaik, karena aku ingin melamar seorang perempuan dari keluarga baik-baik". Singkat cerita, akhirnya Abdul Aziz pun menikahi Laila. ( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz hal. 10. )
Spoiler for kisah umar kakek buyut beliau:
Imam Ibnul Jauzi berkata, ‘Abdullah bin Zaid bn Aslam menyampaikan kepadaku dari ayahnya dari kakeknya yaitu Aslam, ia berkata,
“Ketika aku bersama ‘Umar bin Khoththob sedangkan beliau sedang melakukan pengawasan pada malam hari di Madinah, maka beliaupun merasa lelah, lalu bersandar di sisi sebuah dinding di tengah malam.
Tiba-tiba ada seorang wanita yang berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, pergilan kepada susu itu, dan campurlah dengan air!”
Anak perempuan itu menjawab, “Wahai ibuku, apakah engkau tidak mengetahui apa yang telah ditetapkan oleh Amirul Mukminin pada hari ini?”
Sang Ibu menjawab, “Apakah yang telah ditetapkan oleh beliau, wahai anakku?”
Anak itu menjawab, “Sesungguhnya beliau telah memerintahkan seorang penyerunya, lalu dia menyerukan bahwasanya susu tidak boleh dicampur dengan air.”
Sang Ibu menjawab, “Wahai anakku, pergilah kepada susu itu dan campurlah dengan air! Sesungguhnya engkau berada di suatu tempat yang mana ‘Umar tidak melihatmu, demikian juga penyerunya tidak melihatmu!”
Anak perempuan itu menjawab, “Wahai ibuku, Demi Alloh, tidaklah aku menaatinya di hadapan khalayak ramai, lalu aku durhaka kepadanya saat sedang menyendiri.”
‘Umar mendengar semua itu.
Maka beliau berkata, “Wahai Aslam, berilah tnada pada pintu itu dan ketahuilah posisinya!”
Kemudian beliau berlalu dalam melakukan ronda malamnya.
Ketika pagi hari, beliau berkata, “Wahai Aslam, berlalulah menuju kepada tempat itu! Lihatlah siapakah wanita yang mengatakan itu! Dan siapakah wanita yang diajak bicara itu, apakah dia telah memiliki suami?”
Lalu akupun (yaitu Aslam) mendatangi tempat tersebut dan melihatnya, ternyata dia adalah seorang wanita ayyim yang tidak memiliki suami, dan wanita itu adalah ibunya dan keduanya tidak memiliki suami.
Lalu aku mendatangi ‘Umar bin Khoththob dan memberitahukan tentang hal tersebut. Lalu ‘Umar memanggil anak laki-lakinya, dan mengumpulkan mereka.
‘Umar berkata, “Apakah di antara kalian ada yang membutuhkan seorang wanita sehingga aku akan menikahkannya dengannya? Sekiranya ayah kalian membutuhkan wanita, tentu tidak ada seorang pun di antara kalian yang dapat mendahuluinya untuk mendapatkan wanita itu!”
‘Abdullah berkata, “Aku telah memiliki istri.”
‘Abdurrohman berkata, “Aku telah memiliki istri.”
‘Ashim berkata, “Wahai ayahku, aku tidak memiliki istri, maka nikahkanlah aku dengannya.”
Lalu beliau mengutus kepada wanita tersebut, dan menikahkannya dengan ‘Ashim, lalu dari ‘Ashim tersebut melahirkan seorang anak perempuan, lalu wanita tersebut melahirkan anak perempuan, dan anak perempuan ini melahirkan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah.”
Kemudian Imam Ibnul Jauzi mengomentari tentang kebenaran riwayat tersebut dengan mengatakan, “Demikianlah yang ada dalam riwayat al-Ajurri, aku tidak tahu, dari siapakah kesalahannya. Yang benar adalah, “Wanita itu melahirkan seorang anak perempuan, lalu ia melahirkan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Demikianlah para ulama menisbatkannya, sebagaimana telah kami sebutkan dari Muhammad bin Sa’d dan lain-lain.”
(Siroh wa Manaqib ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, al-Kholiifah az-Zaahid, hal.10.11, karya Imam Ibnul Jauzi(w.597 H), ta’liq dan syarah (dikomentari dan dikoreksi) oleh Nu’aum Zarzur, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, Cet.1, 1404/1984)
“Ketika aku bersama ‘Umar bin Khoththob sedangkan beliau sedang melakukan pengawasan pada malam hari di Madinah, maka beliaupun merasa lelah, lalu bersandar di sisi sebuah dinding di tengah malam.
Tiba-tiba ada seorang wanita yang berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, pergilan kepada susu itu, dan campurlah dengan air!”
Anak perempuan itu menjawab, “Wahai ibuku, apakah engkau tidak mengetahui apa yang telah ditetapkan oleh Amirul Mukminin pada hari ini?”
Sang Ibu menjawab, “Apakah yang telah ditetapkan oleh beliau, wahai anakku?”
Anak itu menjawab, “Sesungguhnya beliau telah memerintahkan seorang penyerunya, lalu dia menyerukan bahwasanya susu tidak boleh dicampur dengan air.”
Sang Ibu menjawab, “Wahai anakku, pergilah kepada susu itu dan campurlah dengan air! Sesungguhnya engkau berada di suatu tempat yang mana ‘Umar tidak melihatmu, demikian juga penyerunya tidak melihatmu!”
Anak perempuan itu menjawab, “Wahai ibuku, Demi Alloh, tidaklah aku menaatinya di hadapan khalayak ramai, lalu aku durhaka kepadanya saat sedang menyendiri.”
‘Umar mendengar semua itu.
Maka beliau berkata, “Wahai Aslam, berilah tnada pada pintu itu dan ketahuilah posisinya!”
Kemudian beliau berlalu dalam melakukan ronda malamnya.
Ketika pagi hari, beliau berkata, “Wahai Aslam, berlalulah menuju kepada tempat itu! Lihatlah siapakah wanita yang mengatakan itu! Dan siapakah wanita yang diajak bicara itu, apakah dia telah memiliki suami?”
Lalu akupun (yaitu Aslam) mendatangi tempat tersebut dan melihatnya, ternyata dia adalah seorang wanita ayyim yang tidak memiliki suami, dan wanita itu adalah ibunya dan keduanya tidak memiliki suami.
Lalu aku mendatangi ‘Umar bin Khoththob dan memberitahukan tentang hal tersebut. Lalu ‘Umar memanggil anak laki-lakinya, dan mengumpulkan mereka.
‘Umar berkata, “Apakah di antara kalian ada yang membutuhkan seorang wanita sehingga aku akan menikahkannya dengannya? Sekiranya ayah kalian membutuhkan wanita, tentu tidak ada seorang pun di antara kalian yang dapat mendahuluinya untuk mendapatkan wanita itu!”
‘Abdullah berkata, “Aku telah memiliki istri.”
‘Abdurrohman berkata, “Aku telah memiliki istri.”
‘Ashim berkata, “Wahai ayahku, aku tidak memiliki istri, maka nikahkanlah aku dengannya.”
Lalu beliau mengutus kepada wanita tersebut, dan menikahkannya dengan ‘Ashim, lalu dari ‘Ashim tersebut melahirkan seorang anak perempuan, lalu wanita tersebut melahirkan anak perempuan, dan anak perempuan ini melahirkan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah.”
Kemudian Imam Ibnul Jauzi mengomentari tentang kebenaran riwayat tersebut dengan mengatakan, “Demikianlah yang ada dalam riwayat al-Ajurri, aku tidak tahu, dari siapakah kesalahannya. Yang benar adalah, “Wanita itu melahirkan seorang anak perempuan, lalu ia melahirkan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Demikianlah para ulama menisbatkannya, sebagaimana telah kami sebutkan dari Muhammad bin Sa’d dan lain-lain.”
(Siroh wa Manaqib ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, al-Kholiifah az-Zaahid, hal.10.11, karya Imam Ibnul Jauzi(w.597 H), ta’liq dan syarah (dikomentari dan dikoreksi) oleh Nu’aum Zarzur, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, Cet.1, 1404/1984)
Beliau menuntut ilmu
Spoiler for madrasah:
Beliau diberi anugrah sejak usia kecil cinta terhadap ilmu dan cinta dalam mempelajari serta mengkaji ilmu agama di majlis-majlis ulama’, sebagaimana beliau senantiasa menjaga dan bermajlis ilmu di Madinah, dan Madinah pada waktu itu menjadi kota yang bergemerlap kebaiakan dari ilmu para ulama’, foqoha’ serta orang-orang yang sholih, beliau semangat dalam ilmu sejak usia dini dan awal yang dipelajari beliau dari para ulama dalah adab. ( al-Bidayah Wan Nihayah 12/679 )
Beliau menghafalkan al-Qur’an sejak masih kecil dan al-Qur’an membimbing dirinya hingga menjadi orang yang bersih serta mempunyai kemampuan yang besar untuk menghafal dan menyelesaikannya dengan sempurna dalam upaya mencari ilmu serta menghafalkannya. Dan sungguh membekas semua pelajaran dalam al-Qur’an yang beliau pelajari karena tentang mengenal Alloh, kehidupan, yang wujud, surga, neraka, taqdir dan keputusan, hakekatnya mati beliau sangat takut jika mendengar kematian serta menangis terhadap semua yang terjadi pada umurnya , sampai ibunya mendengar akan tangisannya, dan bertanya mengapa kamu menangis ? beliau berkata :” aku ingat mati, maka ibunyapun juga ikut menangis, seluruh hidupnya beliau bersama al-Qur’an mempelajari serta mengamalkan perintah di dalamnya. ( al-Bidayah Wan Nihayah 12/678
Guru Beliau
Spoiler for Ulama:
Guru beliau adalah Sa’id bin al-Musayyab Rohimahulloh ( Hayatu Kholifah Umar bin Abdul Aziz Hal. 25 )
Umar bin abadil Aziz belajar pada banyak ulama’ dan Fuqoha’beliau memiliki 33 guru , 8 diantaranya adalah shohabat dan 25 lainnya dari tabi’in( Musnad Amirul Mu’minin Umar bin Abdil Aziz Hal. 33 )
Beliau penah bermajlis dengan Abu Huroiroh Rodhiallohuanhu dan yang lainnya dari shohabat serta mendengar dari mereka, maka beliau paling banyak meriwayatkan hadits Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam yang paling banyak meriwayatkan dari jalan Abu Huroiroh Rodhiallohuanhu.
gimana gan?? guru2 beliau mantab kan??
berguru langsung ke Shahabat Nabi gan (Siyar A’lamin 4/47 )
Murid Beliau
Spoiler for Murid:
Mujahid berkata,”Kami mendatanginya, dan kami tidak meninggalkannya sebelum kami belajar dari padanya”. giman gan?? murid beliau ini Mujahid, yang kebnayakan riwayat Mujahid ini di ambil sama Ath thabari dalam tafsirnya, tafsir yg paling shahih sedunia( Biografi Umar bin ‘Abdul “Aziz dalam Tarikh al-khulafa No.153, Tahdzibul Asma An Nawawi No.11/17 Tahdzib at Tahdzib Ibn Hajar no VII/475 )
Kepribadian Umar Bin abdul Aziz
Spoiler for Takut kpd Alloh:
Rasa takut yang tinggi kepada Allah Azza Wajalla.
Hal yang menjadikan Umar bin Abdul Aziz begitu fenomenal bukanlah karena banyaknya shalat dan puasa yang dikerjakan, tetapi karena rasa takut yang tinggi kepada Allah dan kerinduan akan surga-Nya. Itulah yang mendorong beliau menjadi pribadi yang berprestasi dalam segala aspek; ilmu dan amal.
Dikisahkan pada suatu hari si Umar kecil menangis tersedu dan hal itu terdengar oleh ibunya. Lantas ditanyakan apa sebabnya. Beliau pun menjawab: "Aku teringat mati". Maka sang ibu pun menangis dibuatnya.( Al-Bidayah wa an-Nihayah (12/678) dan Siyar A'lam an-Nubala' (5/116).
Pernah seorang laki-laki mengunjungi Umar bin Abdul Aziz yang sedang memegang lentera. "Berilah aku petuah!", Umar membuka perbincangan. Laki-laki itu pun berujar: "Wahai Amirul Mukminin !! Jika engkau masuk neraka, orang yang masuk surga tidaklah mungkin bisa memberimu manfaat. Sebaliknya jika engkau masuk surga, orang yang masuk neraka juga tidaklah mungkin bisa membahayakanmu". Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu sehingga lentera yang ada di genggamannya padam karena derasnya air mata yang membasahi.( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz hal. 164 )
Beliau paling takut kepada Alloh dan hari kiamat, beliau berdo’a :” Ya Alloh, jika Engkau tahu sesungguhnya aku takut sesuatu selain hari kiamat maka jangan Engkau percaya rasa takutku….ketahuilah oleh kalian bahwa tidak ada tempat antara surga dan neraka, dan sesungguhnya kalian pasti milih salah satu tempat antara keduanya.” ( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz hal. 232 )
Hal yang menjadikan Umar bin Abdul Aziz begitu fenomenal bukanlah karena banyaknya shalat dan puasa yang dikerjakan, tetapi karena rasa takut yang tinggi kepada Allah dan kerinduan akan surga-Nya. Itulah yang mendorong beliau menjadi pribadi yang berprestasi dalam segala aspek; ilmu dan amal.
Dikisahkan pada suatu hari si Umar kecil menangis tersedu dan hal itu terdengar oleh ibunya. Lantas ditanyakan apa sebabnya. Beliau pun menjawab: "Aku teringat mati". Maka sang ibu pun menangis dibuatnya.( Al-Bidayah wa an-Nihayah (12/678) dan Siyar A'lam an-Nubala' (5/116).
Pernah seorang laki-laki mengunjungi Umar bin Abdul Aziz yang sedang memegang lentera. "Berilah aku petuah!", Umar membuka perbincangan. Laki-laki itu pun berujar: "Wahai Amirul Mukminin !! Jika engkau masuk neraka, orang yang masuk surga tidaklah mungkin bisa memberimu manfaat. Sebaliknya jika engkau masuk surga, orang yang masuk neraka juga tidaklah mungkin bisa membahayakanmu". Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu sehingga lentera yang ada di genggamannya padam karena derasnya air mata yang membasahi.( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz hal. 164 )
Beliau paling takut kepada Alloh dan hari kiamat, beliau berdo’a :” Ya Alloh, jika Engkau tahu sesungguhnya aku takut sesuatu selain hari kiamat maka jangan Engkau percaya rasa takutku….ketahuilah oleh kalian bahwa tidak ada tempat antara surga dan neraka, dan sesungguhnya kalian pasti milih salah satu tempat antara keduanya.” ( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz hal. 232 )
Wara'
Spoiler for loyalitas dan berlepas diri:
b. Wara'.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh :” Waro’ adalah diantara sifat Amirul Mu’minin Umar bin Abdul Aziz , menahan diri dari sifat yang membahayakan diri, karena kalau tidak masuk di dalamnya subuhat dan .muharromat dan itu sangat membahayakan, maka barang siapa yang takut dari sifat subuhat maka akan terbebas kehormatan dan agamanya, dan barang siapa yang terjatuh pada subuhat maka dia terjerumus ke dalam hal yang diharomkannya seperti seperti pengembala yang barada di dekat daerah larangan dan hampi terjatuh ke dalamnya.” ( Majmu’ Fatawa : 10/615 )
Di antara bentuk nyata sikap Wara' yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz adalah keengganan beliau menggunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi, meskipun hanya sekedar mencium bau aroma minyak wangi. Hal itu pernah ditanyakan oleh pembantunya, "Wahai khalifah! Bukankah itu hanya sekedar bau aroma saja, tidak lebih?". Beliau pun menjawab: "Bukankah minyak wangi itu diambil manfaatnya karena bau aromanya?".( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz, karya Ibnu al-Jauzi hal. 192.
Di antara bentuk nyata sikap Wara' yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz adalah menjaga dengan hati-hati penggunaan fasilitas dan uang Negara serta kaum Muslimin, dan beliau menggunakan lampu pada rumah – rumah ketika ada kebutuhan kaum Muslimin, dan ketika selesai kebutuhan mereka maka beliau memadamkannya selanjutnya beliau menggunakan lampu dengan uang pribadinya.” ( Atsar al-warodah Fi Umar bin Abdul Aziz Fil Aqidah 1/164 )
Dikisahkan suatu hari Umar bin Abdul Aziz pernah mengidam-idamkan buah apel. Tiba-tiba salah seorang kerabatnya datang berkunjung seraya menghadiahi sekantong buah apel kepada beliau. Lalu ada seseorang yang berujar: "Wahai Amirul Mukminin Bukankah Nabi Shollallohu alaihi wasallam dulu pernah menerima hadiah dan tidak menerima sedekah?". Serta merta beliau pun menimpali, "Hadiah di zaman Nabi Shollallohu alaihi wasallam benar-benar murni hadiah, tapi di zaman kita sekarang ini hadiah berarti suap". ( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz hal. 189.)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh :” Waro’ adalah diantara sifat Amirul Mu’minin Umar bin Abdul Aziz , menahan diri dari sifat yang membahayakan diri, karena kalau tidak masuk di dalamnya subuhat dan .muharromat dan itu sangat membahayakan, maka barang siapa yang takut dari sifat subuhat maka akan terbebas kehormatan dan agamanya, dan barang siapa yang terjatuh pada subuhat maka dia terjerumus ke dalam hal yang diharomkannya seperti seperti pengembala yang barada di dekat daerah larangan dan hampi terjatuh ke dalamnya.” ( Majmu’ Fatawa : 10/615 )
Di antara bentuk nyata sikap Wara' yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz adalah keengganan beliau menggunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi, meskipun hanya sekedar mencium bau aroma minyak wangi. Hal itu pernah ditanyakan oleh pembantunya, "Wahai khalifah! Bukankah itu hanya sekedar bau aroma saja, tidak lebih?". Beliau pun menjawab: "Bukankah minyak wangi itu diambil manfaatnya karena bau aromanya?".( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz, karya Ibnu al-Jauzi hal. 192.
Di antara bentuk nyata sikap Wara' yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz adalah menjaga dengan hati-hati penggunaan fasilitas dan uang Negara serta kaum Muslimin, dan beliau menggunakan lampu pada rumah – rumah ketika ada kebutuhan kaum Muslimin, dan ketika selesai kebutuhan mereka maka beliau memadamkannya selanjutnya beliau menggunakan lampu dengan uang pribadinya.” ( Atsar al-warodah Fi Umar bin Abdul Aziz Fil Aqidah 1/164 )
Dikisahkan suatu hari Umar bin Abdul Aziz pernah mengidam-idamkan buah apel. Tiba-tiba salah seorang kerabatnya datang berkunjung seraya menghadiahi sekantong buah apel kepada beliau. Lalu ada seseorang yang berujar: "Wahai Amirul Mukminin Bukankah Nabi Shollallohu alaihi wasallam dulu pernah menerima hadiah dan tidak menerima sedekah?". Serta merta beliau pun menimpali, "Hadiah di zaman Nabi Shollallohu alaihi wasallam benar-benar murni hadiah, tapi di zaman kita sekarang ini hadiah berarti suap". ( Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz hal. 189.)
Zuhud
Spoiler for sederhana sekali:
Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang sangat zuhud, bahkan kezuhudan yang dimilikinya tidaklah mungkin bisa dicapai oleh siapa pun setelahnya. Kezuhudan yang mencapai level tertinggi di saat 'puncak dunia' berada di genggamannya.
Sesungguhnya akherat adalah negeri yang kekal dan abadi, oleh karena itu Umar bin Abdul Aziz zuhud pada dunia dan awal zuhud beliau adalah zuhud yang diharomkan, kemudian zuhud yang mubah, dan derajat zuhud yang paling tinggi yaitu zuhud dalam kelebihan rizki karena setiap raja memiliki kekayaan yang berlimpah. Zuhudnya Umar bin Abdil Aziz adalah dibangun di atas kitab dan sunnah dan oleh karena itu beliau meninggalkan semua perkara yang tidak manfaat untuk akheratnya, beliau tidak bangga dengan khilafah yang dipimpinnya, dan tidak sedih atas kehilangan perkara-perkara dunia, beliau meninggalkan apa yang beliau mampu untuk menghasilkan kesenangan dunia yang lebih menyibukkan diri dalam urusan yang lebih baik dalam akheratnya dan mencintai apa yang ada di sisi Alloh Ta’ala.” ( Atsar al-warodah Fi Umar bin Abdul Aziz Fil Aqidah 1/146 )
Berkata Imam Ibnu Abdil Hakam Rohimahulloh :” Ketika berkuasa Umar bin Abdil Aziz maka beliau zuhud pada dunia beliau menolak apa yang ada di dalamnya, beliau meninggalkan makanan yang beraneka ragam macamnya, ketika beliau dibuatkan makanan jika beliau senang pada makanan itu beliau sembunyikannya sampai ada orang yang masuk mengambil dan memakan makanan itu.” ( Siroh Umar bin Abdul Aziz Libni al-Hakam Hal. 43 )
Berkata Imam Ibnu Abdil Hakam Rohimahulloh :” Beliau berinfaq atas keluarganya pagi dan sore tiap hari sebesar 2 Dirham.” ( Siroh Umar bin Abdul Aziz Libni al-Hakam Hal. 43 )
Imam Malik bin Dinar Rohimahulloh berkata: "Orang-orang berkomentar mengenaiku, "Malik bin Dinar adalah orang zuhud." Padahal yang pantas dikatakan orang zuhud hanyalah Umar bin Abdul Aziz. dunia mendatanginya namun ditinggalkannya".( Al-Bidayah wan-Nihayah (12/699) dan Siyar A'lam an-Nubala' (5/134).
Beliau tidaklah berpakaian melainkan pakaian yang kasar dan jelek, dan meninggalkan berlebih – lebihan yang sebelum beliau berkuasa beliau memerintahkan orang untuk menjual pakaian kebesarannya lalu uangnya diberikan untuk baitul mal kaum Muslimin.” ( Atsar al-warodah Fi Umar bin Abdul Aziz Fil Aqidah 1/155 )
Pernahkan terbetik di benak kita seorang kepala negara ketika berkeinginan menunaikan ibadah haji, ia tidak bisa berangkat hanya karena uang perbekalannya tidak cukup? Pernahkah terlintas di bayangan kita seorang bangsawan yang hanya memiliki satu buah baju, itu pun berkain kasar? Beliau Umar bin Abdul Aziz pernah mengalaminya! ( al-Khalifah ar-Rasyid wa al-Muslih al-Kabir Umar bin Abdul Aziz hal. 70.
Sesungguhnya akherat adalah negeri yang kekal dan abadi, oleh karena itu Umar bin Abdul Aziz zuhud pada dunia dan awal zuhud beliau adalah zuhud yang diharomkan, kemudian zuhud yang mubah, dan derajat zuhud yang paling tinggi yaitu zuhud dalam kelebihan rizki karena setiap raja memiliki kekayaan yang berlimpah. Zuhudnya Umar bin Abdil Aziz adalah dibangun di atas kitab dan sunnah dan oleh karena itu beliau meninggalkan semua perkara yang tidak manfaat untuk akheratnya, beliau tidak bangga dengan khilafah yang dipimpinnya, dan tidak sedih atas kehilangan perkara-perkara dunia, beliau meninggalkan apa yang beliau mampu untuk menghasilkan kesenangan dunia yang lebih menyibukkan diri dalam urusan yang lebih baik dalam akheratnya dan mencintai apa yang ada di sisi Alloh Ta’ala.” ( Atsar al-warodah Fi Umar bin Abdul Aziz Fil Aqidah 1/146 )
Berkata Imam Ibnu Abdil Hakam Rohimahulloh :” Ketika berkuasa Umar bin Abdil Aziz maka beliau zuhud pada dunia beliau menolak apa yang ada di dalamnya, beliau meninggalkan makanan yang beraneka ragam macamnya, ketika beliau dibuatkan makanan jika beliau senang pada makanan itu beliau sembunyikannya sampai ada orang yang masuk mengambil dan memakan makanan itu.” ( Siroh Umar bin Abdul Aziz Libni al-Hakam Hal. 43 )
Berkata Imam Ibnu Abdil Hakam Rohimahulloh :” Beliau berinfaq atas keluarganya pagi dan sore tiap hari sebesar 2 Dirham.” ( Siroh Umar bin Abdul Aziz Libni al-Hakam Hal. 43 )
Imam Malik bin Dinar Rohimahulloh berkata: "Orang-orang berkomentar mengenaiku, "Malik bin Dinar adalah orang zuhud." Padahal yang pantas dikatakan orang zuhud hanyalah Umar bin Abdul Aziz. dunia mendatanginya namun ditinggalkannya".( Al-Bidayah wan-Nihayah (12/699) dan Siyar A'lam an-Nubala' (5/134).
Beliau tidaklah berpakaian melainkan pakaian yang kasar dan jelek, dan meninggalkan berlebih – lebihan yang sebelum beliau berkuasa beliau memerintahkan orang untuk menjual pakaian kebesarannya lalu uangnya diberikan untuk baitul mal kaum Muslimin.” ( Atsar al-warodah Fi Umar bin Abdul Aziz Fil Aqidah 1/155 )
Pernahkan terbetik di benak kita seorang kepala negara ketika berkeinginan menunaikan ibadah haji, ia tidak bisa berangkat hanya karena uang perbekalannya tidak cukup? Pernahkah terlintas di bayangan kita seorang bangsawan yang hanya memiliki satu buah baju, itu pun berkain kasar? Beliau Umar bin Abdul Aziz pernah mengalaminya! ( al-Khalifah ar-Rasyid wa al-Muslih al-Kabir Umar bin Abdul Aziz hal. 70.
bersambung di bawah gan
tien212700 memberi reputasi
1
5.1K
Kutip
7
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan