Kaskus

Entertainment

happy2006Avatar border
TS
happy2006
( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Raden Saleh
Pelukis Legendaris Indonesia


lahir di Semarang tahun 1807,
meninggal di Bogor tahun 1880



( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an


Raden Saleh bukan saja pelukis maestro dunia, tetapi juga nasionalis, budayawan, dan sejarawan. Satu di antara jasanya adalah menyelamatkan Prasasti Banten, yang kini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti tersebut merupakan sumber penting untuk mempelajari Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.

Keputusan dirinya harus dimakamkan di Bondongan, Kota Bogor, juga karena Raden Saleh tahu betul bahwa Bondongan adalah bagian dari wilayah Keraton Pajajaran. Makam Raden Saleh pun ternyata satu sumbu lurus dengan pusat Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor.

Demikian antara lain yang terungkap saat sekitar 100 sejarawan, budayawan, dan pengamat lukisan dari dalam dan luar negeri berziarah ke makam Raden Saleh di Kelurahan Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Sabtu (26/6/2010) siang. Mereka adalah peserta seminar ”Memperingati 200 Tahun Raden Saleh”, yang pada pagi harinya mengunjungi Istana Bogor untuk melihat langsung dua lukisan Raden Saleh yang disimpan di sana.

Penyelenggara seminar adalah Institut Kesenian Jakarta, yang dilakukan di Auditorium Rumah Sakit Cikini di Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat. Auditorium itu bekas rumah tinggal Raden Saleh selama di Jakarta. Kondisi fisik bangunan itu memprihatinkan walaupun keasilannya cukup terjaga.

Dayan Duma Layuk Allo, yang menyambut rombongan tersebut di kompleks pemakaman Raden Saleh, menuturkan, Prasasti Banten yang ditemukan dan diselamatkan Raden Saleh oleh sejarawan RS Danasasmita sudah dikonfirmasi sebagai salah satu sumber penting untuk mempelajari Kerajaan Pajajaran. Dipastikan juga bahwa Bondongan termasuk wilayah Keraton Pajajaran.

”Studi mengenai Raden Saleh juga menunjukkan bahwa ia adalah nasionalis, menentang kolonialisme dengan caranya sendiri. Saat pemakamannya pada 23 April 1880, berdasarkan data dari sebuah surat kabar Belanda saat itu, dihadiri sekitar 2.000 orang, yang terdiri dari pembesar/bangsawan Belanda, bangsawan Sunda, tuan tanah Arab dan China, serta masyarakat umum,” kata Dayan Duma Layuk Allo, pemerhati budaya yang berdomisili di Bogor itu.

Yang mengejutkan para peziarah itu adalah data mengenai koordinat makam Radem Saleh. Jika ditarik garis lurus, makam itu satu garis sumbu dengan pusat Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor, tempat yang pernah dikunjungi untuk menghabiskan waktu saat Raden Saleh kecil. ”Koordinat sumbunya adalah 106 47’50” BT,” kata Dayan.

Dayan memastikan, Raden Saleh minta dimakamkan di samping makam istrinya, Raden Ayu Danasasmita. Sebab, istrinya dimakamkan di lokasi tersebut atas perintah Raden Saleh, yang merupakan keturunan bangsawan dari Semarang, Jawa Tengah. Istrinya adalah keturunan Pangeran Diponegoro.

”Dugaan kami, Raden Saleh yang tahu betul jati diri dan kedudukannya dengan sadar memilih dimakamkan di situ. Ia pernah tinggal di Paris dan tahu bahwa titik-titik penting atau bangunan-bangunan yang mengandung makna sejarah atau melibatkan orang penting di kota itu berada dalam satu sumbu lurus,” kata Dayan.

Maestro

Seminar ”Memperingati 200 Tahun Raden Saleh”, antara lain, menghadirkan pembicara Werner Kraus (ahli sejarah seni Asia Tenggara dari Universitas Passau, Jerman), Marie-Odett Scalliet (peneliti arsip seni lukis Hindia Belanda dari Leden, Belanda), dan Piter Carey (ahli sejarah Pangeran Diponegoro dari Universitas Oxford, Inggris), serta Jim Supangat dan Enip Supriyanto (pemerhati dan kurator lukisan).

Werner Kraus menyatakan, Raden Saleh adalah pelukis yang sejajar dengan pelukis maestro. Bahkan, dia memiliki kekhasan tersendiri, yakni karya lukisannya tetap tidak meninggalkan jati dirinya sebagai orang Jawa/ Hindia Belanda. Salah satu bukti pembenarannya ada dalam lukisan ”Banjir di Jawa”, yang teknik lukisan dan hasil lukisannya menyamai lukisan ”Raft of Medusa (Rakit Medusa)” karya Gericault. Pada lukisan itu terpancar suasana mencekam dan ekspresi orang-orang Jawa yang ketakutan akibat banjir yang menerjangnya sebagaimana ekspresi ketakutan orang-orang dalam lukisan ”Rakit Medusa”.

Marie-Odett Scalliet dalam bahasannya memastikan bahwa Raden Saleh tidak pernah ke Aljazair sebagaimana dugaan orang selama ini. Lukisannya yang bertema Arab atau padang pasir adalah hasil dia bersahabat dengan Oracen Pernet, yang kerap ke negara itu.

sumber tribun


( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an



( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an


( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an



( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Raden Ayu, istri muda dari pelukis Raden Saleh dengan hamba perempuannya, foto tahun 1875-1885


rumah Raden Saleh di Menteng
1880



Raden Saleh mendapatkan beasiswa dari van der Capellen, Gubernur Hindia Belanda (1819-1826) dan dikirim ke Belanda untuk mendalami seni lukis pada 1829. Selama lebih dari 20 tahun melanglang buana di benua Eropa, pada 1851 Raden Saleh kembali ke Batavia bersama pasangannya wanita keturunan Belanda yang kaya raya. Mereka menempati rumah yang megah dengan halaman sangat luas di kawasan Cikini (sekarang RS Cikini). Halaman belakang rumahnya yang cukup luas dijadikan kebun binatang, dan sekarang telah menjadi Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Tahun 1875, Raden Saleh berangkat ke Belanda bersama istrinya Raden Ayu Danurejo. Tiga tahun berkelana di Eropa, mereka kembali ke Hindia Belanda dan menetap di Bogor pada 1878 karena kesehatan istrinya yang menurun setelah menjalani operasi di Paris. Pada 23 April 1880, Raden Saleh meninggal karena pembekuan darah atau trombosis, disusul istrinya pada 31 Juli 1880.



( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Pembukaan Pameran di rumah Raden salah, Batavia 12-08-1893

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Stand Bazaar dan Pameran yang diadakan di rumah Raden Saleh
( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an


Rumah Raden Saleh
menjadi Rumah Sakit PGI Cikini


( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an

Berdiri pada 12 Januari 1898 sebagai RS Ratu Emma (Vereniging voor Ziekenverpleging Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini), RS Cikini didirikan oleh Ny. Adriana Josina de Graaf-Kooman, istri misionaris Belanda, dengan tujuan untuk merawat orang-orang sakit dari berbagai golongan masyarakat tanpa memandang kedudukan dan untuk semua suku, bangsa, dan agama. Biaya pendirian rumah sakit diperoleh dari Ratu Emma, digunakan untuk membeli bekas rumah pelukis kenamaan Raden Saleh di Menteng (Huis van Raden Saleh). Nirin Ninkeulen dari Depok menjadi pribumi pertama yang bekerja sebagai tenaga medis di RS Ratu Emma. Rumah Sakit Ratu Emma berubah nama menjadi Rumah Sakit Tjikini pada 1 Agustus 1913.

Pada masa pendudukan Jepang, RS Cikini dijadikan Rumah Sakit Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Pasca pendudukan Jepang (Agustus 1945 - Desember 1948), RS Tjikini dioperasikan oleh RAPWI dan kemudian DVG, hingga akhir 1948 RS Cikini dikembalikan pengelolaannya kepada pihak swasta dipimpin oleh R.F. Bozkelman. Tahun 1957, pengelolaan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini diserahkan kepada DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia) dengan Prof. Dr. Joedono sebagai pimpinan sementara. Selanjutnya diangkat dr. H. Sinaga, sebagai direktur pribumi pertama RS Tjikini. Yayasan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini kemudian diubah namanya menjadi Yayasan Rumah Sakit DGI Tjikini. Pada 31 Maret 1989, sehubungan dengan perubahan nama DGI menjadi PGI, dan adanya ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, maka nama Yayasan RS DGI Tjikini disempurnakan menjadi Yayasan Kesehatan PGI Cikini.

sumber: wikipedia




Lukisan dan Sketsa
karya Raden Saleh


( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Lukisan diri karya Raden Saleh


( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
alat pertanian, sketsa karya Raden Saleh

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Sebuah gubuk dengan alat-alat untuk pengolahan padi
sketsa karya Raden Saleh

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Elisabeth Antoinette, Baroness de Kock, kelahiran Verster,
istri AHW Baron de Kock, karya Raden Saleh tahun 1856

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Lukisan potret Mr. H. W. Daendels,
dibuat oleh Raden Saleh tahun 1815

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Albert Henry Wendelin, Baron de Kock, Wakil Presiden Dewan Hindia,
dalam kostum resmi, karya Raden Saleh tahun 1856

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Dilukis oleh Raden Saleh selama tinggal pertama di Den Haag (1829-1939).
Hentzepeter adalah pengurus dari Mauritshuis di Den Haag (1824-1845).

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Lukisan potret Aleida Vlierden, istri Mr. H. W. Daendels,
karya Raden Saleh

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Makam Jeannette Pietermaat Antoinette, istri Gubernur Jendral Mr. Pieter Mijer,1866-1872
dan Ernestine Geertruida Mijer, istri JHR. H. dari Raders,
karya Raden Saleh 1871

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Lukisan kebakaran hutan dan hewan yang berlarian,
karya Raden Saleh 1865

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Berburu Rusa, karya Raden Saleh tahun 1876

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Madelon Pietermaat, janda Peter Myer (1866-1872)
oleh Raden Saleh pada tahun 1870

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Gubernur Jenderal D. J. Yang Eerens tahun 1842

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Banjir di Jawa, karya Raden Saleh 1865-1875

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Sebuah pesta pernikahan di latar belakang Gunung Salak
karya Raden Saleh 1876

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Sketsa Raden Saleh, fragmen lukisan dinding di tangga sayap kantor
Tropenmuseum abad ke-19

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
karya Raden_Saleh: Last_Resort_1842

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Herman_Willem_Daendels
karya Raden Saleh

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral de Kock

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an




Peringatan dan penghargaan


Tahun 1883, untuk memperingati tiga tahun wafatnya diadakan pameran-pameran lukisannya di Amsterdam, di antaranya yang berjudul Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan-lukisan itu dikirimkan antara lain oleh Raja Willem III dan Ernst dari Sachsen-Coburg-Gotha.

Memang banyak orang kaya dan pejabat Belanda, Belgia, serta Jerman yang mengagumi pelukis yang semasa di mancanegara tampil unik dengan berpakaian adat ningrat Jawa lengkap dengan blangkon. Di antara mereka adalah bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria, dan sejumlah gubernur jenderal seperti Johannes van den Bosch, Jean Chrétien Baud, dan Herman Willem Daendels.

Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang kemudian selalu ia sematkan di dada. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), Ridder van de Witte Valk (R.W.V.), dll.

Sedangkan penghargaan dari pemerintah Indonesia diberikan tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, secara anumerta berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di Bogor yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi.

Berkat Raden Saleh, Indonesia boleh berbangga melihat karya anak bangsa menerobos museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda, dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre, Paris, Perancis.

Pada tahun 2008, sebuah kawah di planet Merkurius dinamai dirinya.

sumber: wikipedia


Makam Raden Saleh di Bogor


( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Bentuk makam Raden Saleh seperti saat ditemukan pada 1923
"Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda"
sebuah tulisan yang terpatri di nisan Raden Saleh ketika ditemukan ini, banyak menuai perdebatan seputar nasionalismenya.

( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an
Makam Raden Saleh (sisi depan prasasti) & istrinya,
tampak belakang adalah prasasti makam



Makam Raden Saleh sempat “hilang” dan baru ditemukan kembali pada 1923 oleh Adung Wirjaatmadja yang kemudian merawatnya dengan sukarela karena berada di lokasi pemakaman keluarga Raden Panoeripan. Pada 1953 makam direstorasi dan dibuka oleh Ir. Soekarno, Presiden R.I. kala itu dengan upacara sederhana. Makamnya diberi nisan dengan penambahan prasasti di sisi kanan makam rancangan Friederich Silaban arsitek yang juga merancang Masjid Istiqlal, Jakarta. Raden Saleh, putra dari Sayid Husen bin Alwi bin Alwal dan Raden Ayu Sarifah, lahir di Terboyo, Semarang. Tanggal kelahirannya tidak jelas, dan di prasastinya tercantum kira-kira 1813/1814. Raden Saleh menghabiskan masa kecilnya di Terboyo di bawah pengawasan pamannya Raden Adipati Surohadi Menggolo, Bupati Semarang yang kemudian mengirimnya belajar kepada para pemimpin Belanda di Batavia pada usia 10 tahun. Atas prakarsa Galeri Nasional, pada 2007 komplek Makam Raden Saleh dipugar untuk kedua kalinya dengan menambahkan bangunan saung yang dilengkapi dengan ruang kecil sebagai ruang istirahat penjaga serta toilet.




masih ingin mengetahui sejarah Indonesia
dari Jaman Hindia Belanda?


silahkan klik disini...






( Full Pic and Unpublished.. ! ) Rumah, Sejarah, Lukisan Raden Saleh tahun 1800-an


Satoe-satoenya Thread Kaskus yang di update tiap hari...
sudah mencapai lebih dari 100 halaman dengan ribuan foto di dalamnya
dan jumlah viewer lebih dari 120.000
reputasi kami sangat baik ....
ini terboekti dengan ratusan Cendol yang soedah kami terima
silahkan agan dan aganwati
nikmati suasana Indonesia jaman dulu
Diubah oleh happy2006 03-11-2013 21:09
0
9.2K
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan