- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
All About Timnas


TS
dc15
All About Timnas

Di thread kali ini, TS akan memberikan informasi-informasi terkait TimNas kita tercinta. Langsung aja ya gan

Spoiler for Pelatih dengan periode terlama:
Antun Pogačnik(1954-1964)
Spoiler for Pict:

Spoiler for Biografi:
Lahir di Sarajevo (sekarang Kroasia), 1913 sempat berkarier di timnas Yugoslavia sebagai gelandang bertahan (1937-1941) sebelum cedera engkel memaksanya mundur.
Tahun 1954 Tony tiba di Indonesia dan segera melihat bahwa pemain-pemain Indonesia berpostur kecil dan pendek (untuk ukuran Eropa). Karena itu, permainan harus ditekankan pada kecepatan reaksi dan kerjasama, bukan individual. Tony berpendapat bahwa sebaiknja pemain-pemain Indonesia menghindarkan diri dari permainan keras, karena keterbatasan fisik itu. Tentang kecepatan yang biasanya berhubungan dengan postur tubuh, menurutnya tidak menjadi masalah, sebab dalam sepakbola “yang penting siapa yang lebih dulu dalam jarak 5 meter, bukan adu lari 100 meter“.
Cobaan pertama berupa Asian Games 1954 di Manila, dilalui dengan cukup baik. Di penyisihan grup Indonesia mencukur India dengan 4-0 dan menggusur Jepang 5-3 (Bayangin, Jepang yang sekarang jagoan Asia itu, digusur Indonesia!). Di semifinal langkah Indonesia terhenti karena kalah oleh China (yang kemudian memperoleh emas) 2-4. Pada perebutan medali perunggu kembali Indonesia gagal oleh Birma 4-5. Selengkapnya baca di sini
Spoiler for Pemain dengan penampilan terbanyak:
Bambang Pamungkas(periode 1999-2012 dengan 78 penampilan)
* caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).
Spoiler for Pict:

Spoiler for Biografi:
Langsung masuk ke Official Website-nyaaja gan.
Spoiler for Pemain dengan gol terbanyak:
Soetjipto Soentoro(periode 1965-1970 dengan 57 gol di 68 penampilan)
Spoiler for Pict:

Spoiler for Biografi:
Memang tercatatnya Soetijipto Soentoro sebagai pencetak gol terbanyak timnas Indonesia ini sedikit menuai kontroversi, karena tidak semua pertandingan yang dilakukannya bersama dengan PSSI terdokumentasikan dan tercatat secara resmi. Namun tak bisa dibantah, Soetjipto Soentoro memang seorang striker haus gol. Dalam penampilannya bersama timnas Indonesia dari tahun 1965 hingga 1970, pemain yang dijuluki "Gareng" ini senantiasa menjadi ancaman bagi bek lawan. Saking hebatnya, konon Soetjipto Soentoro sempat dilirik oleh Werder Bremen. Pemain kelahiran Bandung ini juga dikenal sebagai salah satu legenda Persija Jakarta karena seluruh karier seniornya dihabiskan di klub ini.
Spoiler for Pemain yang menjadi kapten timnas terlama:
Iswadi Idris(periode 1974-1980)
Spoiler for Pict:

Spoiler for Biografi:
MESKI pendek, tapi serbabisa dan produktif. Lebih 100 gol sudah dia cetak. Itulah salah satu kisah manis sepak bola Indonesia di masa lalu atas nama Iswadi Idris.
Membicarakan kebesaran sejarah sepakbola Indonesia, tak bisa melupakan era akhir 1960-an sampai akhir 1970-an. Saat itu Indonesia menjadi kiblat Asia. Dan, salah satu tokoh kebesaran itu adalah Iswadi Idris. Pemain yang dijuluki Boncel karena pendek (tinggi 165 cm) ini, termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia.
Karena kehebatannya pula, dia termasuk pemain yang ditakuti Asia. Meski pendek, Iswadi pemain ulet dan cerdas. Dia juga serbabisa. Mengawali karier sebagai bek kanan, tapi dia juga sering dipasang sebagai gelandang kanan. Bahkan di akhir kariernya di timnas tahun 1980, dia malah diplot sebagai sweeper.
Hebatnya, dia bisa menjalani semua posisi itu dengan baik. Bersama Sutjipto Suntoro, Jacob Sihasale dan Abdul Kadir, dia punya popularitas besar di Asia. Itu semua berkat permainan mereka yang memang luar biasa. Bahkan, empat sekawan ini dinilai sebagai penyerang tercepat.
Di masa itu, sepakbola Indonesia sangat dihormati Asia. Bahkan, bersama Burma (sekarang Myanmar, Red), Indonesia merupakan kekuatan utama. Apalagi, timnas Indonesia saat itu sudah biasa bertemu tim-tim besar seperti PSV Eindhoven, Santos, Fiorentina, Uruguay, Sao Paulo, Bulgaria, Jerman, Uni Soviet dan masih banyak lagi.
“Jepang, Korea Selatan dan tim Timur Tengah belum punya cerita. Kekuatan besar dimiliki Indonesia dan Burma,” jelas Iswadi dalam wawancara di PSSI tahun lalu.
Tentang berbagai posisi yang dia jalani, Iswadi mengaku bisa menikmatinya. “Posisi yang sering saya perankan adalah sayap kanan. Saya suka menusuk ke gawang lawan. Entah sudah berapa gol yang saya ciptakan, yang jelas lebih dari 100 kalau dijumlah dari awal sampai akhir karier,” jelas Iswadi Idris yang kini menjadi pengurus PSSI itu.
Bakat yang dimiliki Iswadi memang istimewa. Dia tak hanya punya kecepatan lari, tapi juga teknik sepakbola yang baik. Selain itu, visi permainan Iswadi juga luas, ditopang kemampuannya memimpin rekan-rekannya. Wajar jika dia segera dijadikan kapten timnas sejak awal 1970-an sampai 1980.
Menjadi pemain sepakbola yang lama membela timnas dan dikenal luas sampai seantero Asia, sebenarnya tak pernah dipikirkan Iswadi. Awalnya dia malah menyukai atletik, karena punya kecepatan lari. Baru pada 1961, dia membaca temannya memperkuat Persija Junior di koran Pedoman Sport. Iswadi yang sejak umur 4 tahun tinggal di Kramat Lima, Jakarta Pusat, kemudian tertarik bermain bola. Awalnya bergabung dengan Merdeka Boys Football Association (MBFA), kemudian ke Indonesia Muda (IM).
“Kebetulan rumah saya dekat Taman Ismail Marzuki (TIM). Dulu masih berupa kebon binatang. IM berlatih di Lapangan Anjing, tempat melatih anjing. Akhirnya saya pindah ke klub itu,” katanya.
Iswadi pun semakin menikmati sepakbola, bahkan serius menggelutinya hingga menjadi salah satu legenda Indonesia. “Sepakbola hobi yang berharga. Dulu kami bermain ingin terkenal, juga demi pengabdian kepada bangsa. Jadi semangatnya berlebihan,” terangnya.
Selama kariernya sebagai pemain sepakbola, bukan sebuah gol indah yang membuat Iswadi Idris kepikiran sampai sekarang. Justru kegagalannya mencetak gol. Itu terjadi tahun 1972, ketika Indonesia menjamu Dynamo Kyiv dalam partai uji coba di Senayan.
“Kiper Dynamo adalah penjaga gawang terbaik abad ini, Lev Yashin. Saya bertekad menaklukkannya agar menjadi kenangan terindah. Kesempatan ada, tapi tak saya manfaatkan. Itu penyesalan yang masih terpikir sampai sekarang,” tutur Iswadi.
Waktu itu, dia menerima umpan terobosan dari Sutjipto. Dalam keadaan bebas dengan posisi yang sama, dia biasanya menendang bola ke gawang dan hampir selalu gol. “Tapi karena karisma Lev Yashin, saya seperti tak melihat ada celah untuk mencetak gol. Saya justru mengumpankan bola ke Jacob Sihasale. Dia tak siap, karena biasanya saya menendang sendiri dan gol. Habis pertandingan, pelatih Djamiat Dahlar pun kecewa karena saya menyia-siakan kesempatan,” sesalnya lagi.
Membicarakan kebesaran sejarah sepakbola Indonesia, tak bisa melupakan era akhir 1960-an sampai akhir 1970-an. Saat itu Indonesia menjadi kiblat Asia. Dan, salah satu tokoh kebesaran itu adalah Iswadi Idris. Pemain yang dijuluki Boncel karena pendek (tinggi 165 cm) ini, termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia.
Karena kehebatannya pula, dia termasuk pemain yang ditakuti Asia. Meski pendek, Iswadi pemain ulet dan cerdas. Dia juga serbabisa. Mengawali karier sebagai bek kanan, tapi dia juga sering dipasang sebagai gelandang kanan. Bahkan di akhir kariernya di timnas tahun 1980, dia malah diplot sebagai sweeper.
Hebatnya, dia bisa menjalani semua posisi itu dengan baik. Bersama Sutjipto Suntoro, Jacob Sihasale dan Abdul Kadir, dia punya popularitas besar di Asia. Itu semua berkat permainan mereka yang memang luar biasa. Bahkan, empat sekawan ini dinilai sebagai penyerang tercepat.
Di masa itu, sepakbola Indonesia sangat dihormati Asia. Bahkan, bersama Burma (sekarang Myanmar, Red), Indonesia merupakan kekuatan utama. Apalagi, timnas Indonesia saat itu sudah biasa bertemu tim-tim besar seperti PSV Eindhoven, Santos, Fiorentina, Uruguay, Sao Paulo, Bulgaria, Jerman, Uni Soviet dan masih banyak lagi.
“Jepang, Korea Selatan dan tim Timur Tengah belum punya cerita. Kekuatan besar dimiliki Indonesia dan Burma,” jelas Iswadi dalam wawancara di PSSI tahun lalu.
Tentang berbagai posisi yang dia jalani, Iswadi mengaku bisa menikmatinya. “Posisi yang sering saya perankan adalah sayap kanan. Saya suka menusuk ke gawang lawan. Entah sudah berapa gol yang saya ciptakan, yang jelas lebih dari 100 kalau dijumlah dari awal sampai akhir karier,” jelas Iswadi Idris yang kini menjadi pengurus PSSI itu.
Bakat yang dimiliki Iswadi memang istimewa. Dia tak hanya punya kecepatan lari, tapi juga teknik sepakbola yang baik. Selain itu, visi permainan Iswadi juga luas, ditopang kemampuannya memimpin rekan-rekannya. Wajar jika dia segera dijadikan kapten timnas sejak awal 1970-an sampai 1980.
Menjadi pemain sepakbola yang lama membela timnas dan dikenal luas sampai seantero Asia, sebenarnya tak pernah dipikirkan Iswadi. Awalnya dia malah menyukai atletik, karena punya kecepatan lari. Baru pada 1961, dia membaca temannya memperkuat Persija Junior di koran Pedoman Sport. Iswadi yang sejak umur 4 tahun tinggal di Kramat Lima, Jakarta Pusat, kemudian tertarik bermain bola. Awalnya bergabung dengan Merdeka Boys Football Association (MBFA), kemudian ke Indonesia Muda (IM).
“Kebetulan rumah saya dekat Taman Ismail Marzuki (TIM). Dulu masih berupa kebon binatang. IM berlatih di Lapangan Anjing, tempat melatih anjing. Akhirnya saya pindah ke klub itu,” katanya.
Iswadi pun semakin menikmati sepakbola, bahkan serius menggelutinya hingga menjadi salah satu legenda Indonesia. “Sepakbola hobi yang berharga. Dulu kami bermain ingin terkenal, juga demi pengabdian kepada bangsa. Jadi semangatnya berlebihan,” terangnya.
Selama kariernya sebagai pemain sepakbola, bukan sebuah gol indah yang membuat Iswadi Idris kepikiran sampai sekarang. Justru kegagalannya mencetak gol. Itu terjadi tahun 1972, ketika Indonesia menjamu Dynamo Kyiv dalam partai uji coba di Senayan.
“Kiper Dynamo adalah penjaga gawang terbaik abad ini, Lev Yashin. Saya bertekad menaklukkannya agar menjadi kenangan terindah. Kesempatan ada, tapi tak saya manfaatkan. Itu penyesalan yang masih terpikir sampai sekarang,” tutur Iswadi.
Waktu itu, dia menerima umpan terobosan dari Sutjipto. Dalam keadaan bebas dengan posisi yang sama, dia biasanya menendang bola ke gawang dan hampir selalu gol. “Tapi karena karisma Lev Yashin, saya seperti tak melihat ada celah untuk mencetak gol. Saya justru mengumpankan bola ke Jacob Sihasale. Dia tak siap, karena biasanya saya menendang sendiri dan gol. Habis pertandingan, pelatih Djamiat Dahlar pun kecewa karena saya menyia-siakan kesempatan,” sesalnya lagi.
Spoiler for Pemain dengan penampilan terbanyak di Piala Asia:
Hendro Kartiko(8 kali penampilan)
Spoiler for Pict:

Spoiler for Biografi:
Hendro Kartiko lahir di Banyuwangi, 24 April 1973 adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Berposisi sebagai penjaga gawang, Kartiko sering disebut "Fabien Barthez Indonesia" karena kepalanya yang plontos. Ia telah lebih dari 50 kali memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia sejak tahun 1996 dan merupakan salah satu pemain dengan penampilan terbanyak. Antara kejuaraan yang pernah diikutinya adalah Piala Asia 1996 dan Piala Asia 2000 di mana penampilannya membuatnya ditetapkan sebagai kiper utama tim bintang Asia 2000 oleh AFC. Di tingkat klub sejak tahun 2005 ia memperkuat Persija Jakarta.
Spoiler for Pemain dengan penampilan terbanyak di Piala AFF:
Kurniawan Dwi Julianto, Hendro Kartiko, Bambang Pamungkas(21 kali penampilan)
Spoiler for Pict. Kurniawan:

Spoiler for Biografi Kurniawan:
Kurniawan Dwi Yulianto adalah seorang pesepak bola Indonesia yang juga dianggap sebagai salah satu yang terbaik yang dimiliki Indonesia ia lahir di Magelang pada tanggal 13 July 1976. Sekarang ditahun 2010 Kurniawan Dwi Yulianto mencoba peruntungannya bermain untuk klub kebanggaan masyarakat Tangerang yaitu Tangerang Wolves di Indonesia Premiere League.
Biasa bermain sebagai striker, Kurniawan adalah salah satu dari sedikit pemain Indonesia yang pernah bermain di Eropa. Pada awal kariernya dia sempat bermain di tim remaja Sampdoria sebelum kemudian pindah ke FC Luzern di Swiss akibat masalah dengan PSSI.
Pemain yang akrab dipanggil "Ade" dan juga sering dijuluki "Kurus" karena posturnya yang kecil ini lalu kembali ke Indonesia dan bermain di Liga Indonesia dan bermain dengan beberapa tim: PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, PS Pelita Bakrie, Persebaya Surabaya,Persija Jakarta , Persitara Jakarta Utara, Persela Lamongan, dan sekarang bermain untuk PSMS Medan. Antara Desember 2005 hingga Mei 2006, Kurniawan memperkuat Sarawak FC di Malaysia, namun ia dianggap gagal karena jarang mencetak gol dan diputus kontrak.
Karier Kurniawan pernah melorot akibat mengkonsumsi narkoba pada sekitar akhir 1990-an, namun dia kemudian bangkit dan kembali memperoleh karier sepak bola yang sukses.
Biasa bermain sebagai striker, Kurniawan adalah salah satu dari sedikit pemain Indonesia yang pernah bermain di Eropa. Pada awal kariernya dia sempat bermain di tim remaja Sampdoria sebelum kemudian pindah ke FC Luzern di Swiss akibat masalah dengan PSSI.
Pemain yang akrab dipanggil "Ade" dan juga sering dijuluki "Kurus" karena posturnya yang kecil ini lalu kembali ke Indonesia dan bermain di Liga Indonesia dan bermain dengan beberapa tim: PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, PS Pelita Bakrie, Persebaya Surabaya,Persija Jakarta , Persitara Jakarta Utara, Persela Lamongan, dan sekarang bermain untuk PSMS Medan. Antara Desember 2005 hingga Mei 2006, Kurniawan memperkuat Sarawak FC di Malaysia, namun ia dianggap gagal karena jarang mencetak gol dan diputus kontrak.
Karier Kurniawan pernah melorot akibat mengkonsumsi narkoba pada sekitar akhir 1990-an, namun dia kemudian bangkit dan kembali memperoleh karier sepak bola yang sukses.
Spoiler for Kekalahan terbesar Timnas:
Bahrain 10-0 Indonesia(Pra Piala Dunia 2014 Zona Asia, 29 Feb 2012)

Spoiler for Pict:

Spoiler for Story:
VIVAbola - Timnas Bahrain dipastikan tersingkir dari kualifikasi Piala Dunia Zona Asia 2014, meski berhasil membantai Indonesia 10-0 di National Stadium Manama, Rabu, 29 Februari 2012.
Kepastian Bahrain gagal lolos tak lepas dari keberhasilan Qatar menahan imbang Iran 2-2. Dengan hasil ini, Qatar finis di posisi 2 dengan nilai 10, sementara Bahrain berada di bawahnya dengan poin 9.
Partai Bahrain vs Indonesia sendiri berlangsung 'panas'. Ada 4 penalti dan 2 kartu merah yang tercipta di laga tersebut. 2 kartu merah untuk Indonesia diterima kiper Samsidar dan pelatih Aji Santoso.
Baru 2 menit laga berjalan, Indonesia sudah harus kehilangan Samsidar. Kiper Semen Padang itu diusir wasit karena menjegal Ismael Abdilatief di kotak terlarang. Ismael yang kemudian maju sebagai algojo sukses melepas tendangan penalti akurat, masuk ke sisi kiri bawah gawang Garuda.
Gawang Indonesia bobol lagi pada menit 15. Adalah Mohamed Ali yang mencatatkan namanya di papan skor, memanfaatkan kemelut di depan gawang Indonesia.
Menit 33, Bahrain mendapatkan penalti lagi. Kali ini yang melakukan pelanggaran adalah bek Abdul Rahman. Dengan kaki kirinya, Mahmod Abdulrahman melepas tendangan penalti keras masuk ke gawang Indonesia.
Bahrain mencetak gol keempat mereka pada menit 40. Umpan silang Abdulla Ismaeel ditanduk keras oleh Mahmod Abdulrahman, menusuk ke gawang Garuda.
Di paruh kedua, Bahrain tak menurunkan tempo permainan mereka. Tim berjuluk Al-Ahmar itu terus menyerang Indonesia dan mampu menambah keunggulan mereka pada menit 60. Umpan Ismael Abdilatief ke mulut gawang disontek Mohamed Ali ke gawang Indonesia.
Malapetaka untuk Timnas Indonesia tak berhenti sampai di situ. Sayed Dhiya menambah keunggulan tuan rumah lewat tendangan kerasnya dari sisi kanan kotak penalti pada menit 63.
Empat gol terakhir Bahrain dicetak A. Taleb (63'), Abdullatif (67'), Sayed Dhiya (83') dan Sayed Ebrahim (90')
Susunan pemain
Indonesia: Samsidar, Abdul Rahman, Gunawan Dwi Cahyo, Diego Michiels, Hengki Ardiles, Aditya Dewa, Taufik, Rendi Saputra, Slamet Nurcahyo (Andi Muhamad Guntur 3), Irfan Bachdim, Ferdinand Sinaga
Bahrain: Sayed Mohamed, Waleed Mohamed, Abdula Abdlrahman, Sayed Dhiya, Saleh Abdulhameed, Abdulwahab Ali, Mohamed Ali, Ismael Abdilatief, Mahmod Abdulrahman, Salman Isa, Abdulla Ismaeel (eh)
Kepastian Bahrain gagal lolos tak lepas dari keberhasilan Qatar menahan imbang Iran 2-2. Dengan hasil ini, Qatar finis di posisi 2 dengan nilai 10, sementara Bahrain berada di bawahnya dengan poin 9.
Partai Bahrain vs Indonesia sendiri berlangsung 'panas'. Ada 4 penalti dan 2 kartu merah yang tercipta di laga tersebut. 2 kartu merah untuk Indonesia diterima kiper Samsidar dan pelatih Aji Santoso.
Baru 2 menit laga berjalan, Indonesia sudah harus kehilangan Samsidar. Kiper Semen Padang itu diusir wasit karena menjegal Ismael Abdilatief di kotak terlarang. Ismael yang kemudian maju sebagai algojo sukses melepas tendangan penalti akurat, masuk ke sisi kiri bawah gawang Garuda.
Gawang Indonesia bobol lagi pada menit 15. Adalah Mohamed Ali yang mencatatkan namanya di papan skor, memanfaatkan kemelut di depan gawang Indonesia.
Menit 33, Bahrain mendapatkan penalti lagi. Kali ini yang melakukan pelanggaran adalah bek Abdul Rahman. Dengan kaki kirinya, Mahmod Abdulrahman melepas tendangan penalti keras masuk ke gawang Indonesia.
Bahrain mencetak gol keempat mereka pada menit 40. Umpan silang Abdulla Ismaeel ditanduk keras oleh Mahmod Abdulrahman, menusuk ke gawang Garuda.
Di paruh kedua, Bahrain tak menurunkan tempo permainan mereka. Tim berjuluk Al-Ahmar itu terus menyerang Indonesia dan mampu menambah keunggulan mereka pada menit 60. Umpan Ismael Abdilatief ke mulut gawang disontek Mohamed Ali ke gawang Indonesia.
Malapetaka untuk Timnas Indonesia tak berhenti sampai di situ. Sayed Dhiya menambah keunggulan tuan rumah lewat tendangan kerasnya dari sisi kanan kotak penalti pada menit 63.
Empat gol terakhir Bahrain dicetak A. Taleb (63'), Abdullatif (67'), Sayed Dhiya (83') dan Sayed Ebrahim (90')
Susunan pemain
Indonesia: Samsidar, Abdul Rahman, Gunawan Dwi Cahyo, Diego Michiels, Hengki Ardiles, Aditya Dewa, Taufik, Rendi Saputra, Slamet Nurcahyo (Andi Muhamad Guntur 3), Irfan Bachdim, Ferdinand Sinaga
Bahrain: Sayed Mohamed, Waleed Mohamed, Abdula Abdlrahman, Sayed Dhiya, Saleh Abdulhameed, Abdulwahab Ali, Mohamed Ali, Ismael Abdilatief, Mahmod Abdulrahman, Salman Isa, Abdulla Ismaeel (eh)
Spoiler for Kemenangan terbesar Timnas:
Indonesia 12-0 Philippines(President's Cup 1972, South Korea, Sep 1972)
Indonesia 13-1 Philippines (Jakarta, 23 Dec 2002)

Spoiler for Pict Indonesia 13-1 Philippines:

Spoiler for Story Indonesia 13-1 Philippines:
Pada tanggal 23 Desember 2002, timnas Indonesia dan timnas Filipina akan saling berhadapan di penyisihan grup A Tigers Cup 2002 yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Pertandingan ini dikenang sebagai pertandingan bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia, karena dalam pertandingan tersebut menghasilkan 14 gol, 13 gol untuk Indonesia, dan 1 gol untuk Filipina. Skor dari pertandingan ini merupakan yang terbesar dalam sejarah sepak bola di Asia Tenggara, karena tidak pernah ada tim yang mampu mencetak 13 gol ke gawang lawan.
Sebelum pertandingan ini Indonesia membutuhkan kemenangan lebih dari 3 gol untuk maju ke babak berikutnya, karena pada saat yang sama Vietnam mengalahkan Myanmar dengan skor 4-2.
Indonesia memulai permainan dengan sangat cepat. Tanpa diduga, Indonesia mampu menghancurkan pertahanan Filipina dan mencetak 7 gol di babak pertama.
Di babak kedua, lagi-lagi Indonesia mencetak 6 gol, meskipun Filipina telah memperkecil dengan 1 gol, namun Indonesia akhirnya melaju ke semifinal dengan mengumpulkan 8 poin, di bawah tim nasional Vietnam yang menjadi juara grup dengan 10 poin, dan timnas Myanmar berada di peringkat ketiga dengan selisih hanya satu poin dari Indonesia. Sementara itu, tim nasional Filipina berada di dasar klasemen dengan 0 poin.
Pertandingan ini dikenang sebagai pertandingan bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia, karena dalam pertandingan tersebut menghasilkan 14 gol, 13 gol untuk Indonesia, dan 1 gol untuk Filipina. Skor dari pertandingan ini merupakan yang terbesar dalam sejarah sepak bola di Asia Tenggara, karena tidak pernah ada tim yang mampu mencetak 13 gol ke gawang lawan.
Sebelum pertandingan ini Indonesia membutuhkan kemenangan lebih dari 3 gol untuk maju ke babak berikutnya, karena pada saat yang sama Vietnam mengalahkan Myanmar dengan skor 4-2.
Indonesia memulai permainan dengan sangat cepat. Tanpa diduga, Indonesia mampu menghancurkan pertahanan Filipina dan mencetak 7 gol di babak pertama.
Di babak kedua, lagi-lagi Indonesia mencetak 6 gol, meskipun Filipina telah memperkecil dengan 1 gol, namun Indonesia akhirnya melaju ke semifinal dengan mengumpulkan 8 poin, di bawah tim nasional Vietnam yang menjadi juara grup dengan 10 poin, dan timnas Myanmar berada di peringkat ketiga dengan selisih hanya satu poin dari Indonesia. Sementara itu, tim nasional Filipina berada di dasar klasemen dengan 0 poin.
Spoiler for sumber:

Diubah oleh dc15 02-11-2013 06:09
0
3.2K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan