- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[FPI Kuciwa] Ini Dia yang Terjadi Ketika Ahok Sidak ke Lenteng Agung


TS
ptambu
[FPI Kuciwa] Ini Dia yang Terjadi Ketika Ahok Sidak ke Lenteng Agung
Tak Bertemu Lurah Susan,
Basuki Puas Saat Sidak ke Lenteng Agung
![[FPI Kuciwa] Ini Dia yang Terjadi Ketika Ahok Sidak ke Lenteng Agung](https://dl.kaskus.id/assets.kompas.com/data/photo/2013/10/22/120723120131021-164525780x390.JPG)
Basuki Puas Saat Sidak ke Lenteng Agung
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Kantor Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (29/10/2013). Meski tak bertemu dengan Lurah Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli, Basuki merasa puas terhadap pelayanan di kantor kelurahan tersebut.
Saat Basuki tiba di sana, Susan tengah mengikuti pelatihan sosialisasi reformasi birokrasi. Wakil Lurah dan Sekretaris Kelurahan juga tidak ada di lokasi karena kegiatan yang sama.
Kendati demikian, Basuki mengaku puas melihat pelayanan di Kantor Kelurahan Lenteng Agung. Di kantor kelurahan itu, sistem loket konvensional telah berubah menjadi sistem loket seperti bank. Selain itu, di ruang tunggu dan loket pelayanan, juga telah disediakan permen dan air minum dalam kemasan untuk warga. "Pelayanannya saya lihat sudah cukup baik," kata Basuki.
Setelah melihat pelayanan di kantor kelurahan itu, Basuki berbincang-bincang dengan warga setempat. Saat itu, Basuki turut menanyakan kepada warga apakah benar warga menolak keberadaan Lurah Susan. Sebelum meninggalkan kantor kelurahan, warga saling berebut untuk berfoto bersama Basuki.
Basuki mengatakan, kedatangannya ke Kantor Kelurahan Lenteng Agung itu menjadi bukti dukungan moril kepada Susan untuk tetap dapat bekerja dengan baik dan melayani masyarakat. "Kalau dengan kinerja baik, tidak ada alasan untuk mencopot orang berdasarkan jender atau agama. Kita harus dukung orang berdasarkan dia punya kinerja," kata pria yang akrab disapa Ahok tersebut.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Lenteng Agung Asmat mengatakan, sudah tidak ada lagi aksi penolakan oleh warga terhadap Susan. Menurut dia, aksi unjuk rasa terjadi di awal Oktober lalu. "Selama ini, sudah tidak ada. Yang penting, kita tetap bekerja melayani masyarakat dengan baik," ujar Asmat.
Saat Basuki tiba di sana, Susan tengah mengikuti pelatihan sosialisasi reformasi birokrasi. Wakil Lurah dan Sekretaris Kelurahan juga tidak ada di lokasi karena kegiatan yang sama.
Kendati demikian, Basuki mengaku puas melihat pelayanan di Kantor Kelurahan Lenteng Agung. Di kantor kelurahan itu, sistem loket konvensional telah berubah menjadi sistem loket seperti bank. Selain itu, di ruang tunggu dan loket pelayanan, juga telah disediakan permen dan air minum dalam kemasan untuk warga. "Pelayanannya saya lihat sudah cukup baik," kata Basuki.
Setelah melihat pelayanan di kantor kelurahan itu, Basuki berbincang-bincang dengan warga setempat. Saat itu, Basuki turut menanyakan kepada warga apakah benar warga menolak keberadaan Lurah Susan. Sebelum meninggalkan kantor kelurahan, warga saling berebut untuk berfoto bersama Basuki.
Basuki mengatakan, kedatangannya ke Kantor Kelurahan Lenteng Agung itu menjadi bukti dukungan moril kepada Susan untuk tetap dapat bekerja dengan baik dan melayani masyarakat. "Kalau dengan kinerja baik, tidak ada alasan untuk mencopot orang berdasarkan jender atau agama. Kita harus dukung orang berdasarkan dia punya kinerja," kata pria yang akrab disapa Ahok tersebut.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Lenteng Agung Asmat mengatakan, sudah tidak ada lagi aksi penolakan oleh warga terhadap Susan. Menurut dia, aksi unjuk rasa terjadi di awal Oktober lalu. "Selama ini, sudah tidak ada. Yang penting, kita tetap bekerja melayani masyarakat dengan baik," ujar Asmat.
sumber
Kirain menghadapi warga yang membawa fentungan.
Ternyata......


Spoiler for Opini Menarik:
Apa yang menarik dari hasil inspeksi mendadak (sidak) dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Kantor Kelurahan Lenteng Agung, Selasa, 29/10/2013?
Yang menarik adalah hikmah dan inspirasi yang bisa dipetik dari hasil kunjungan mendadak Ahok itu.
Ketika tiba di sana Ahok tidak bertemu dengan lurah perempuan yang cantik, tapi juga yang paling heboh se-Indonesia itu, Susan Jasmine Zulkifli. Wakil Lurah dan Sekretaris Kelurahan juga tidak berada di tempat. Mereka semua sedang mengikuti kegiatan pelatihan sosilisasi reformasi birokrasi di luar kantor. Meskipun demikian, Ahok mengaku puas setelah melihat sendiri kualitas pelayanan kepada warga di Kelurahan yang saat ini paling terkenal se-Indonesia itu (kompas.com).
Terkenalnya Lurah Susan dengan Kelurahannya itu dikarenakan beberapa waktu lalu telah terjadi beberapakali aksi penolakan dari segilintir orang (warga Lenteng Agung) berwawasan sempit yang menolak lurah tersebut dengan alasan karena dia beragama Kristen dan jenis kelaminnya perempuan. Bukan karena kinerjanya buruk.
Front Pembela Islam (FPI) adalah termasuk pihak yang tegas-tegas menolak Lurah Susan dengan alasan yang sama. Bahkan mereka telah menegaskan bahwa penolakan itu merupakan harga mati.
Lurah Susan menjadi semakin terkenal setelah Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi pun sempat-sempatnya menyempatkan dirinya mengurus urusan kelas kelurahan itu, dengan pernyataannya yang kemudian mengundang kontroversi luas itu. Dengan alasan yang terlalu dibuat-buat dan logika yang terbalik, yakni khawatir kinerja Lurah Susan terganggu karena aksi-aksi demo penolakan itu, Gamawan Fauzi menyerukan kepada Gubernur DKI Jakarta, Jokowi agar mengikuti kehendak para pendemo intoleran itu, mencopot Susan dari jabatannya itu!
Jokowi tidak memenuhi seruan Gamawan tersebut dengan alasan dia hanya patuh kepada hukum, bukan kepada kehendak sekelompok orang tertentu. Apalagi kalau kehendak itu jelas-jelas bertentangan dengan hukum.
Seandainya saja Jokowi memenuhi seruan Gamawan yang simpatisan berat FPI ini, saat melakukan sidak itu mungkin saja apa yang dilihat Ahok tidak seperti yang dilihat sekarang.
Meskipun tidak bertemu dengan Lurah Susan, Ahok mengaku puas melihat pelayanan di Kantor Kelurahan Lenteng Agung itu. Di kantor kelurahan itu, sistem loket konvensional telah berubah menjadi sistem loket seperti bank. Selain itu, di ruang tunggu dan loket pelayanan, juga telah disediakan permen dan air minum dalam kemasan untuk warga. Sesuatu yang sesuai dengan apa yang pernah disampaikan oleh Jokowi demi peningkatan kualitas layanan terhadap warga.
Pada kesempatan itu pula Ahok menyempatkan diri berbincang-bincang dengan beberapa warga setempat. Dalam perbincangan itu Ahok juga bertanya apakah benar mereka menolak keberadaan Lurah Susan. Mereka menjawabnya, tidak.
Seperti biasa, warga pun beramai-ramai menggunakan kesempatan itu untuk foto bersama Ahok. Suatu pertanda bahwa sesungguhnya warga di sana juga mencintai pimpinannya itu. Tidak seperti orasi-orasi demo yang melontarkan unsur-unsur SARA ketika mereka menyatakan penolakannya terhadap Lurah Susan itu.
Ahok mengatakan bahwa kedatangannya di sana juga merupakan bukti kongkrit dukungan moril Pemprov DKI kepada Lurah Susan, yang diangkat berdasarkan hasil uji kepatutan dan kelayakan lewat program lelang jabatan yang pernah dilakukan Pemprov.
“Kalau dengan kinerja baik, tidak ada alasan untuk mencopot orang berdasarkan jender atau agama. Kita harus dukung orang berdasarkan dia punya kinerja,” kata Ahok.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Lenteng Agung Asmat juga mengatakan, sudah tidak ada lagi aksi penolakan oleh warga terhadap Susan. Menurut dia, aksi unjuk rasa terjadi di awal Oktober lalu. “Selama ini, sudah tidak ada. Yang penting, kita tetap bekerja melayani masyarakat dengan baik,” ujar Asmat.
Apa yang terjadi di Lenteng Agung ini membuat masyarakat menjadi semakin terbuka matanya bahwa untuk mendapat pimpinan yang baik itu bukan tergantung karena agamanya, jenis kelaminnya, sukunya, dan lain-lain, melainkan tergantung pada jati diri dan integritas seseorang.
Agama apapun dia bisa saja dia adalah sosok pimpinan yang seburuk-buruknya, yang mengejar dan meraih jabatannya itu hanya demi kepentingannya sendiri, terutama memperkaya diri alias korupsi, dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan warganya. Seperti para pejabat tinggi negara dan petinggi-petinggi parpol tertentu dan kawan-kawan mereka, yang sekarang memenuhi penjara dan antri untuk masuk penjara KPK.
Jadi, seandainya sekarang masyarakat harus memilih siapa yang dikehendaki menjadi lurahnya, apakah lurah Susan Jasmine Zulkifli yang perempuan dan Kristen tetapi berintegritas tinggi, ataukah seorang laki-laki beragama Islam, tetapi hanya namanya saja beragama Islam tetapi tidak menjalani agamanya itu dengan secara baik dan benar, alias bermental dan bermoral bobrok, korupsi, dan lain-lain. Siapakah yang mau mereka pilih? ***
link
Yang menarik adalah hikmah dan inspirasi yang bisa dipetik dari hasil kunjungan mendadak Ahok itu.
Ketika tiba di sana Ahok tidak bertemu dengan lurah perempuan yang cantik, tapi juga yang paling heboh se-Indonesia itu, Susan Jasmine Zulkifli. Wakil Lurah dan Sekretaris Kelurahan juga tidak berada di tempat. Mereka semua sedang mengikuti kegiatan pelatihan sosilisasi reformasi birokrasi di luar kantor. Meskipun demikian, Ahok mengaku puas setelah melihat sendiri kualitas pelayanan kepada warga di Kelurahan yang saat ini paling terkenal se-Indonesia itu (kompas.com).
Terkenalnya Lurah Susan dengan Kelurahannya itu dikarenakan beberapa waktu lalu telah terjadi beberapakali aksi penolakan dari segilintir orang (warga Lenteng Agung) berwawasan sempit yang menolak lurah tersebut dengan alasan karena dia beragama Kristen dan jenis kelaminnya perempuan. Bukan karena kinerjanya buruk.
Front Pembela Islam (FPI) adalah termasuk pihak yang tegas-tegas menolak Lurah Susan dengan alasan yang sama. Bahkan mereka telah menegaskan bahwa penolakan itu merupakan harga mati.
Lurah Susan menjadi semakin terkenal setelah Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi pun sempat-sempatnya menyempatkan dirinya mengurus urusan kelas kelurahan itu, dengan pernyataannya yang kemudian mengundang kontroversi luas itu. Dengan alasan yang terlalu dibuat-buat dan logika yang terbalik, yakni khawatir kinerja Lurah Susan terganggu karena aksi-aksi demo penolakan itu, Gamawan Fauzi menyerukan kepada Gubernur DKI Jakarta, Jokowi agar mengikuti kehendak para pendemo intoleran itu, mencopot Susan dari jabatannya itu!
Jokowi tidak memenuhi seruan Gamawan tersebut dengan alasan dia hanya patuh kepada hukum, bukan kepada kehendak sekelompok orang tertentu. Apalagi kalau kehendak itu jelas-jelas bertentangan dengan hukum.
Seandainya saja Jokowi memenuhi seruan Gamawan yang simpatisan berat FPI ini, saat melakukan sidak itu mungkin saja apa yang dilihat Ahok tidak seperti yang dilihat sekarang.
Meskipun tidak bertemu dengan Lurah Susan, Ahok mengaku puas melihat pelayanan di Kantor Kelurahan Lenteng Agung itu. Di kantor kelurahan itu, sistem loket konvensional telah berubah menjadi sistem loket seperti bank. Selain itu, di ruang tunggu dan loket pelayanan, juga telah disediakan permen dan air minum dalam kemasan untuk warga. Sesuatu yang sesuai dengan apa yang pernah disampaikan oleh Jokowi demi peningkatan kualitas layanan terhadap warga.
Pada kesempatan itu pula Ahok menyempatkan diri berbincang-bincang dengan beberapa warga setempat. Dalam perbincangan itu Ahok juga bertanya apakah benar mereka menolak keberadaan Lurah Susan. Mereka menjawabnya, tidak.
Seperti biasa, warga pun beramai-ramai menggunakan kesempatan itu untuk foto bersama Ahok. Suatu pertanda bahwa sesungguhnya warga di sana juga mencintai pimpinannya itu. Tidak seperti orasi-orasi demo yang melontarkan unsur-unsur SARA ketika mereka menyatakan penolakannya terhadap Lurah Susan itu.
Ahok mengatakan bahwa kedatangannya di sana juga merupakan bukti kongkrit dukungan moril Pemprov DKI kepada Lurah Susan, yang diangkat berdasarkan hasil uji kepatutan dan kelayakan lewat program lelang jabatan yang pernah dilakukan Pemprov.
“Kalau dengan kinerja baik, tidak ada alasan untuk mencopot orang berdasarkan jender atau agama. Kita harus dukung orang berdasarkan dia punya kinerja,” kata Ahok.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Lenteng Agung Asmat juga mengatakan, sudah tidak ada lagi aksi penolakan oleh warga terhadap Susan. Menurut dia, aksi unjuk rasa terjadi di awal Oktober lalu. “Selama ini, sudah tidak ada. Yang penting, kita tetap bekerja melayani masyarakat dengan baik,” ujar Asmat.
Apa yang terjadi di Lenteng Agung ini membuat masyarakat menjadi semakin terbuka matanya bahwa untuk mendapat pimpinan yang baik itu bukan tergantung karena agamanya, jenis kelaminnya, sukunya, dan lain-lain, melainkan tergantung pada jati diri dan integritas seseorang.
Agama apapun dia bisa saja dia adalah sosok pimpinan yang seburuk-buruknya, yang mengejar dan meraih jabatannya itu hanya demi kepentingannya sendiri, terutama memperkaya diri alias korupsi, dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan warganya. Seperti para pejabat tinggi negara dan petinggi-petinggi parpol tertentu dan kawan-kawan mereka, yang sekarang memenuhi penjara dan antri untuk masuk penjara KPK.
Jadi, seandainya sekarang masyarakat harus memilih siapa yang dikehendaki menjadi lurahnya, apakah lurah Susan Jasmine Zulkifli yang perempuan dan Kristen tetapi berintegritas tinggi, ataukah seorang laki-laki beragama Islam, tetapi hanya namanya saja beragama Islam tetapi tidak menjalani agamanya itu dengan secara baik dan benar, alias bermental dan bermoral bobrok, korupsi, dan lain-lain. Siapakah yang mau mereka pilih? ***
link
TOP Comment


Quote:
Original Posted By deponia►"Lebih baik dipimpin oleh pemimpin kafir yang
adil, daripada dipimpin oleh pemimpin muslim
yang zalim” - Ibnu Taimiyah
adil, daripada dipimpin oleh pemimpin muslim
yang zalim” - Ibnu Taimiyah
Quote:
Diubah oleh ptambu 02-11-2013 00:22
0
10.9K
Kutip
86
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan