ketika masih kecil agan2 ditanya "apa cita2 kamu?" maka jawaban agan tidak jauh2 dari Presiden, Menteri, Polisi, Dokter, Pilot, Guru, Pramugari. atau, tanyakan juga kepada anak agan sekarang. apa jawabannya?

ketika kita (atau anak kita) menjawab pertanyaan tersebut, pastilah merasa bangga, dan berharap kelak bisa menjadi apa yang dicita2kan.

salah jika kita ingin jadi Presiden, Menteri, Polisi, Dokter, Pilot, Guru, Pramugari? tentu tidak! tapi, yang jadi pertanyaan adalah, kenapa tidak ada seorang pun yag bericat2 menjadi seorang petani?

Petani adalah profesi yang terlupakan

Petani adalah profesi besar yang terlupakan. kenapa ane bilang besar tapi terlupakan? tanya apda diri agan masing2, ketika agan2 makan (nasi, sayuran, ikan) pernahkah agan berfikir dari mana makan tersebut berasal? ane rasa tidak. kita semua taunya beras, sayuran, ikan dan lain2nya sudah tersedia dipasar, dan kita cukup mengeluarkan uang untuk membelinya.

Petani adalah profesi yang "hina" dan tidak dihargai

agan berasal dari desa dan bergelar sarjana? coba agan kembali ke desa, kemudian menjadi petani. apa pandangan masayarakat di desa sana? jauh2 sekolah ke kota, bergelar sarjana, ternyata "jadi" petani juga. mungkin itulah pandangan yang tercipta ketika hal tersebut terjadi.

Hal tersebut menggambarkan sebuah pandangan masyarakat terhadap profesi petani yang masih dianggap tidak memiliki posisi yang penting, bahkan sebgaian menganggap petania dalah profesi yang "hina" karena image petani yang tidak jauh dari kemiskinan dan himpitan ekonomi.

Saya malu menjadi anak petani

ini yang benar2 bahaya. jika si anak malu punya ayah (orang tua) yang berprofesi sebagai petani, dan terjadi pada semua anak dalam kurun waktu yang lama dari generasi ke generasi, lalu siapa kelak yang akan menjadi petani? pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang bisa kita lakukan ketika di amsa mendatang, profesi ini benar2 punah?

petani melarang anaknya menjadi petani

ini adalah sebuah dilema. sangat tepat ketika si petani ingin anaknya mendapat kehidupan yang lebih layak. sekarang ini, banyak petani yang melarang anak2nya mengikuti jejak orangtuanya sebagai petani. tidak salah memang, karena setiap orangtua ingin anaknya bahagia.

tapi dibalik itu semua, secara tidak langsung si orangtua yang berprofesi sebagai petani mendorong anak2nya untuk menjejaki profesi di sektor lain. Itu sebab nya, pilihan bekerja di luar petani menjadi trend yang kini tengah berlangsung dalam kehidupan masyarakat pedesaan. akibatnya, urbanisasi besar2an seperti yang menimpa Kota Jakarta.

5 Juta Petani Lenyap dalam kurun waktu 10 tahun!
Badan Pusat Statistik mencatat jumlah petani pada 2003 lalu masih mencapai 31,17 juta orang. Namun hingga pertengahan tahun 2013 ini, jumlahnya sudah menurun menjadi 26,13 juta orang. Arti nya dalam sepuluh tahun terakhir ada penurunan jumlah petani sebesar 5,04 juta orang atau ada penurunan 1,75 persen per tahun.

Sebetul nya, jumlah petani yang lenyap 5 juta orang selama periode 10 tahun terakhir, bukanlah sesuatu yang merisaukan, selama hal tersebut mampu memberi berkah kepada petani yang beralih profesi itu. Kita akan bahagia jika kondisi kehidupan mereka menjadi semakin baik dan sejahtera.

yaapp...ketika profesi petani benar2 lenyap, apa yang bisa kita lakukan?sebenarnya, tidak ada yang salah dan kita tidak perlu risau dengan mulai ditinggalkannya profesi petani. toh semua ingin mendapat kehidupan yang lebih layak. beda jaman, beda pula tuntutan untuk mendapat kehidupan yang sejahtera.

Cuma, kita tentu bakalan merasa prihatin, bilamana ternyata kita hidup dalam suasana yang lebih buruk ketimbang menjadi seorang petani.

sekali lagi, di sini ane tidak bermaksud merendah2kan profesi petani atau juga menganggap profesi lain lebih diagung2kan, tetapi mari kita coba untuk menghargai profesi petani.

sebagai catatan, ane juga anak seorang bapak yang sudah lebih dari 40 tahun beprofesi sebagai seorang petani padi dan saya bangga punya bapak saya bisa ngasih makan Presiden, Menteri, Polisi, Dokter, Pilot, Guru, Pramugari dan laennya