"Lennon menggoreng bola, menyisir dari pinggir lapangan, lepaskan umpan lambung, dan … gooooll! Tendangan gledek yang spektakuler, gol cantik tiada tara dari Adebayor.
Seru ya? Well, begitulah. Panduan dari komentator sebuah pertandingan sepakbola di televisi kerap kali ikut menentukan "kualitas" dari pertandingan itu sendiri. Kalau si komentator dianggap sok tahu, membosankan, atau garing, pemirsa takkan segan-segan mengganti channel TV-nya barang 1-2 menit.
"Komentator mah kebanyakan ngomong! Teori doang! Suruh main aja sono. Coba, bisa nggak?!"
"Lumayan ngebantu sih .. buat referensi biar menang taruhan."
"Kalau saya siiiih, ada atau tidak adanya komentator bola, yang penting nonton bola!!"
Buku kartun lucu berjudul "Kamus Istilah Komentator Bola" ini diawali Mice Misrad, sang pembuat, dengan sebuah fragmen yang tipikal terjadi dalam masyarakat Indonesia yang sangat menggilai bola, dan begitu histeris berkat siaran bola-bola luar negeri.
Demi menonton pertandingan tim kesayangannya, Mice (tokoh utama serial kartun ini), yang diilustrasikan memakai kostum 'Steven Gerrard', lebih dulu menyiapkan amunisi, mencari cemilan di warung rokok. Ada dialog lucu antara dia dan si tukang warung, yang sempat-sempatnya menyindir: "Hari gini jagoin Liverpool."
Spoiler for miNCE:
Adegan selanjutnya, Mice begitu bersemangat di depan TV, stand by sebelum kickoff. Dan seperti jamaknya acara siaran bola, waktu kosong diisi dengan talkshow dengan komentator (pengamat, pakar, atau apapun labelnya). Celakanya, Mice malah mengantuk dan ketiduran. Sia-sia semua gairah dan persiapan menonton bola ... gara-gara omong-omong bola yang kelewat panjang dan membosankan itu.
Bagian kedua buku ini mengartunkan istilah-istilah bola khas Indonesia, yang entah bagaimana asal muasalnya, atau siapa pencetusnya, banyak yang "aneh bin ajaib". Sebut saja bola muntah, menyisir lapangan, menggoreng bola, stadion yang angker, dan masih banyak lagi. Dan Mice mendefinisikan (dan menggambarkan) istilah-istillah itu dengan seenak udelnya sendiri -- tentu saja supaya lucu-- dan hasilnya memang lucu.
Spoiler for Jenis Pemain :
Bagian ketiga buku ini lebih "serius" walaupun diilustrasikan dengan gambar dan teks yang tetap jenaka. Mice bernostalgia tentang sebuah realitas kecintaan masyarakat Indonesia pada sepakbola. Anda yang menghabiskan masa kecil di era 80-an, akan langsung terkenang-kenang dengan fragmen yang oleh Mice diberi tajuk "Football's Coming Home!" itu.
Dulu, tentu saja, tidak ada siaran bola segambreng sekarang. Informasi tentang sepakbola didapat dari media yang sangat terbatas, ketika internet belum lahir, ketika televisi belum menjadi "dewa". Namun, kegilaan anak-anak pada sepakbola sudahlah dahsyat.
Dulu, lapangan bola adalah tempat hang out anak-anak. Mereka bermain perang-perangan, berantem-beranteman dan bersepakbola di sana, sampai senja turun, atau sampai mereka disatroni ibu-ibu mereka, karena sudah kelewat lama bermain dan mereka harus digiring paksa untuk ... mandi.
Dulu, duluuu sekali, orang Indonesia tak perlu punya replika jersey klub idola untuk disebut hobi sepakbola. Dulu, duluuuu sekali --karena memang tidak ada-- orang kita tak harus bergadang saban weekend untuk menonton siaran bola yang seakan-akan tanpa jeda seperti sekarang, supaya dibilang maniak sepakbola.
Ironisnya, ketika bersepakbola semakin menjadi sebuah rutinitas dan bahkan gaya hidup, adagium klasik itu masih berlaku sampai sekarang: "penduduk Indonesia ratusan juta, tapi punya satu kesebelasan yang hebat susahnya minta ampun". Atau, betapa lucunya negeri ini: semakin terekspos kecintaan orang-orangnya pada sepakbola, tapi semakin sedikit pula tanah-tanah lapangan untuk bermain sepakbola. Ah, klise.
Maka jadilah menikmati sepakbola salah satunya melalui televisi, dan itu berarti juga harus mendengarkan ocehan para komentator itu.
Komik-komik Mice, termasuk sewaktu masih bersanding dengan "Benny", seperti sudah dikenal demikian. Mengutip Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, (Benny &) Mice sebenarnya adalah bagian dari tradisi kritik kebudayaan yang disampaikan dengan bahasa sopan namun menggelitik dan membuat orang berpikir.
Barangkali menjadi penonton bola memang tak harus pintar. Sok pintar pun sah-sah saja. Paling jelek mereka akan dibilang suporter "karbitan" atau fans dengan kacamata kuda. Tapi, menjadi komentator sesungguhnya tidaklah mudah -- dan jangan dianggap gampangan, apalagi di negara yang punya banyak orang (sok) pintar. Sialnya, mungkin para komentator itu tidak sadar kalau kegaringannya membuat sebagian pemirsa harus memijit tombol 'mute' pada remote control pesawat TV-nya, karena merasa keasyikannya menonton sedikit terganggu.
Selamat bersenang-senang dengan sepakbola.
Spoiler for Sumur :
Judul buku: Mice Cartoon: Kamus Istilah Komentator Bola
Cerita dan Gambar: Muhammad Mice Asrad
Penerbit: Octopus's Garden
Tahun: 2012
Jumlah halaman: 112 halaman
Kaskuser yang baik ninggalin jejak ye gan sama ngasih and bukan