- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Gelar “AJA” untuk Profesi yang Mulia
TS
hary12453
Gelar “AJA” untuk Profesi yang Mulia
Mohon maaf gan, cuma mau share tulisan saya. Mudah-Mudahan bermanfaat..
Spoiler for Silakan Baca:
Gelar “AJA” untuk Profesi yang Mulia
Jangan tanya apa kepanjangan “AJA”. Mending kita bahas tentang profesinya. Semulia apa sih kok bisa dapat gelar “AJA”, karena dari sekian banyak profesi mulia, cuma profesi ini yang mendapat gelar “AJA”. Saya sarankan saudara-saudari bertanya kepada saya “kenapa”, supaya cocok dengan setiap paragraph yang saya mulai dengan “mungkin karena”.
Ya sudah, anggap saja saya sudah ditanya “kenapa cuma profesi mulia ini yang mendapat gelar AJA?”. Saya jawab ya?
Mungkin karena mereka ini tak punya pekerjaan. Heran kan? Iya, coba saja tanya “anda bekerja?” satu per satu dari mereka akan menjawab “tidak” bahkan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka sendiri, dan juga orang lain kebanyakannya menganggap profesi ini tidak punya pekerjaan. Seperti mustahil ya? Tapi ini nyata saudara-saudara.
Saya jawab lagi ya?
Mungkin karena mereka ini kurang punya peran dalam kehidupan sosial. Terkait alasan sebelumnya, memang mereka jarang terlihat keluar untuk bekerja. Bagaimana mungkin akan dianggap punya peran sosial, lha wong mereka lebih sering di rumah, paling-paling cuci piring,cuci baju, bersih-bersih rumah, masak, ngurus anak, nunggu suami pulang. Sementara profesi lain perannya luar biasa,mengadakan bakti sosial, seminar-seminar, dll pokoknya peran sosialnya terlihat banget dibanding profesi yang sedang kita bicarakan ini. Eh, sudah pada mulai bisa nebak kan profesi apa yang saya maksud? Kalau sudah, coba kembali sejenak ke alasan pertama tadi, baca lagi dan iya kan? Nyata kan?
Saya jawab lagi ya?
Mungkin karena mereka ini fungsinya sangat kecil bagi bangsa. Secapek-capeknya mereka di dalam rumah, paling-paling cuma anak-anak dan suaminya yang merasakan manfaatnya. Gak sampai membawa dampak terhadap majunya bangsa. Beda sama orang-orang yang dengan buah pemikirannya bisa menciptakan sesuatu untuk bangsa, seperti pesawat, bangunan-bangunan, obat-obatan dan lain sebagainya. Sudah semakin jelas kan profesi apa yang saya maksud? Ya, saya sedang membicarakan profesi Ibu Rumah Tangga.
Sebuah profesi mulia yang hampir selalu saya dengar ditambahkan gelar “AJA”. Kembali jika ditanya “Ibu bekerja?” jawabnya “Nggak, saya Ibu Rumah Tangga AJA”. “Istrimu kerja?” jawabnya “Nggak, Istriku Ibu Rumah Tangga AJA”. “Eh, si Ibu itu lulusan S2 tapi jadi Ibu Rumah Tangga AJA”. Banyak alasan kenapa ditambah gelar AJA. Tiga diantaranya ya yang sudah saya sebutkan di atas. Iya nggak?? Saya harap dan sangat berharap semua orang akan menjawab TIDAK.
Semoga semua marah dan protes ketika di atas saya mengatakan mereka tak punya pekerjaan. Karena itu pertanda bahwa semua setuju bahwa menjadi Ibu Rumah Tangga itu berat dan banyak sekali kerjanya. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Mulai dari pekerjaan Koki, Guru, Laundry, Manajer, Akuntan, Admin, Perawat, Sekretaris, Motivator, dan banyak lagi. Semuanya disabet habis sama Ibu Rumah Tangga. Tak kenal libur, tak kenal harga lembur.
Bayangkan kalau seandainya mau digaji, berapa kira-kira gaji yang pantas untuk Ibu Rumah Tangga? Nggak akan sanggup dibayar oleh suami dan anak-anak. Tapi tenang, Ibu Rumah Tangga tak minta gaji, yang penting anak dan suami bisa happy, insyaAllah kelelahannya langsung terobati. Mulia kan? Herannya banyak wanita di era modern ini lebih memilih untuk tidak memilih profesi ini. Eh, nggak jadi heran deh, kan memang Ibu Rumah Tangga berat kerjanya, daripada repot urusin rumah mending keluar rumah saja kejar karir cari uang, demi rumah dan anak-anak juga katanya.
Semoga semua marah dan protes ketika saya mengatakan Ibu Rumah Tangga kurang punya peran dalam hal sosial. Karena justru Ibu Rumah Tangga lah yang mengajarkan anak-anaknya untuk hidup berinteraksi dengan orang lain. Dari diri Ibu Rumah Tangga lah nilai-nilai etika, adab, norma-norma itu ditanamkan. Full time Ibu Rumah Tangga mendidik anaknya, menjaga anaknya dari perilaku-perilaku tidak baik. Full time Ibu Rumah Tangga bekerja demi terciptanya makhluk-makhluk sosial yang berbudi luhur berakhlak yang karimah. Tak sampai hati Ibu Rumah Tangga menitipkan anaknya kepada orang lain meskipun di tempat-tempat penitipan anak termahal dan terjamin sekalipun. Karena ia khawatir kekurangan waktu anak bersama ibu dapat mempengaruhi perilaku anak nantinya. Dan lain sebagainya, yang semuanya itu merupakan peran besar Ibu Rumah Tangga yang termasuk di dalamnya juga masalah sosial.
Semoga semua marah dan protes ketika saya mengatakan bahwa Ibu Rumah Tangga fungsinya sangat kecil bagi bangsa. Karena fungsi terbesar bagi bangsa justru ada pada Ibu Rumah Tangga. Ya, mungkin tak terasa, tapi itu karena kitanya saja yang tidak peka. Sebenarnya dibalik layar rumah tangga yang ia kelola, ada pergerakan-pergerakan yang tiada kita kira jasanya. Bisa jadi benar jika dikatakan hanya berkutat pada rumah, suami, dan anak-anaknya. Tapi siapa sangka, fokusnya Ibu Rumah Tangga berkutat pada ketiganya, mampu merubah dunia di luar rumahnya melalui tangan-tangan orang-orang yang diurus dan dididiknya.
Masih ada alasan lagi untuk member gelar AJA untuk Ibu Rumah Tangga? Masih ada alasan lagi untuk menganggap miring, rendah, remeh, tiada guna wanita berprofesi Ibu Rumah Tangga? Dan untuk Ibu Rumah Tangga, masih ada alasan lagi untuk malu, minder menjadi dirimu yang sebenarnya? Mungkin masih banyak alasan-alasan yang sekedar terlintas tapi tak berani diperjelas. Coba saja tanya, tanyakan pada Ibu Rumah Tangga yang masih malu akan adanya dirinya, tanya kenapa musti malu? Banyak jawaban terlintas, tapi sekali lagi tak berani untuk diperjelas. Tanyakan pada pemandang-pemandang rendah Ibu Rumah Tangga, tanya kenapa kamu memandangnya sampai sedemikian rupa? Banyak jawaban yang terlintas, tapi lagi-lagi tak berani untuk diperjelas.
Saya beranikan diri untuk memperjelas dengan tiga alasan di atas, tapi semuanya tertolak. Tertolak bagi logika dan nurani saya, dan semoga tertolak pula bagi logika dan nurani para pembaca. Sebagai pertanda bahwa semakin banyak manusia sadar sepenuh jiwa bahwa Ibu Rumah Tangga bukan profesi biasa, tapi ia profesi yang mulia. Maka masihkah pantaskah AJA berada di belakang Ibu Rumah Tangga?
huruhary.com
Jangan tanya apa kepanjangan “AJA”. Mending kita bahas tentang profesinya. Semulia apa sih kok bisa dapat gelar “AJA”, karena dari sekian banyak profesi mulia, cuma profesi ini yang mendapat gelar “AJA”. Saya sarankan saudara-saudari bertanya kepada saya “kenapa”, supaya cocok dengan setiap paragraph yang saya mulai dengan “mungkin karena”.
Ya sudah, anggap saja saya sudah ditanya “kenapa cuma profesi mulia ini yang mendapat gelar AJA?”. Saya jawab ya?
Mungkin karena mereka ini tak punya pekerjaan. Heran kan? Iya, coba saja tanya “anda bekerja?” satu per satu dari mereka akan menjawab “tidak” bahkan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka sendiri, dan juga orang lain kebanyakannya menganggap profesi ini tidak punya pekerjaan. Seperti mustahil ya? Tapi ini nyata saudara-saudara.
Saya jawab lagi ya?
Mungkin karena mereka ini kurang punya peran dalam kehidupan sosial. Terkait alasan sebelumnya, memang mereka jarang terlihat keluar untuk bekerja. Bagaimana mungkin akan dianggap punya peran sosial, lha wong mereka lebih sering di rumah, paling-paling cuci piring,cuci baju, bersih-bersih rumah, masak, ngurus anak, nunggu suami pulang. Sementara profesi lain perannya luar biasa,mengadakan bakti sosial, seminar-seminar, dll pokoknya peran sosialnya terlihat banget dibanding profesi yang sedang kita bicarakan ini. Eh, sudah pada mulai bisa nebak kan profesi apa yang saya maksud? Kalau sudah, coba kembali sejenak ke alasan pertama tadi, baca lagi dan iya kan? Nyata kan?
Saya jawab lagi ya?
Mungkin karena mereka ini fungsinya sangat kecil bagi bangsa. Secapek-capeknya mereka di dalam rumah, paling-paling cuma anak-anak dan suaminya yang merasakan manfaatnya. Gak sampai membawa dampak terhadap majunya bangsa. Beda sama orang-orang yang dengan buah pemikirannya bisa menciptakan sesuatu untuk bangsa, seperti pesawat, bangunan-bangunan, obat-obatan dan lain sebagainya. Sudah semakin jelas kan profesi apa yang saya maksud? Ya, saya sedang membicarakan profesi Ibu Rumah Tangga.
Sebuah profesi mulia yang hampir selalu saya dengar ditambahkan gelar “AJA”. Kembali jika ditanya “Ibu bekerja?” jawabnya “Nggak, saya Ibu Rumah Tangga AJA”. “Istrimu kerja?” jawabnya “Nggak, Istriku Ibu Rumah Tangga AJA”. “Eh, si Ibu itu lulusan S2 tapi jadi Ibu Rumah Tangga AJA”. Banyak alasan kenapa ditambah gelar AJA. Tiga diantaranya ya yang sudah saya sebutkan di atas. Iya nggak?? Saya harap dan sangat berharap semua orang akan menjawab TIDAK.
Semoga semua marah dan protes ketika di atas saya mengatakan mereka tak punya pekerjaan. Karena itu pertanda bahwa semua setuju bahwa menjadi Ibu Rumah Tangga itu berat dan banyak sekali kerjanya. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Mulai dari pekerjaan Koki, Guru, Laundry, Manajer, Akuntan, Admin, Perawat, Sekretaris, Motivator, dan banyak lagi. Semuanya disabet habis sama Ibu Rumah Tangga. Tak kenal libur, tak kenal harga lembur.
Bayangkan kalau seandainya mau digaji, berapa kira-kira gaji yang pantas untuk Ibu Rumah Tangga? Nggak akan sanggup dibayar oleh suami dan anak-anak. Tapi tenang, Ibu Rumah Tangga tak minta gaji, yang penting anak dan suami bisa happy, insyaAllah kelelahannya langsung terobati. Mulia kan? Herannya banyak wanita di era modern ini lebih memilih untuk tidak memilih profesi ini. Eh, nggak jadi heran deh, kan memang Ibu Rumah Tangga berat kerjanya, daripada repot urusin rumah mending keluar rumah saja kejar karir cari uang, demi rumah dan anak-anak juga katanya.
Semoga semua marah dan protes ketika saya mengatakan Ibu Rumah Tangga kurang punya peran dalam hal sosial. Karena justru Ibu Rumah Tangga lah yang mengajarkan anak-anaknya untuk hidup berinteraksi dengan orang lain. Dari diri Ibu Rumah Tangga lah nilai-nilai etika, adab, norma-norma itu ditanamkan. Full time Ibu Rumah Tangga mendidik anaknya, menjaga anaknya dari perilaku-perilaku tidak baik. Full time Ibu Rumah Tangga bekerja demi terciptanya makhluk-makhluk sosial yang berbudi luhur berakhlak yang karimah. Tak sampai hati Ibu Rumah Tangga menitipkan anaknya kepada orang lain meskipun di tempat-tempat penitipan anak termahal dan terjamin sekalipun. Karena ia khawatir kekurangan waktu anak bersama ibu dapat mempengaruhi perilaku anak nantinya. Dan lain sebagainya, yang semuanya itu merupakan peran besar Ibu Rumah Tangga yang termasuk di dalamnya juga masalah sosial.
Semoga semua marah dan protes ketika saya mengatakan bahwa Ibu Rumah Tangga fungsinya sangat kecil bagi bangsa. Karena fungsi terbesar bagi bangsa justru ada pada Ibu Rumah Tangga. Ya, mungkin tak terasa, tapi itu karena kitanya saja yang tidak peka. Sebenarnya dibalik layar rumah tangga yang ia kelola, ada pergerakan-pergerakan yang tiada kita kira jasanya. Bisa jadi benar jika dikatakan hanya berkutat pada rumah, suami, dan anak-anaknya. Tapi siapa sangka, fokusnya Ibu Rumah Tangga berkutat pada ketiganya, mampu merubah dunia di luar rumahnya melalui tangan-tangan orang-orang yang diurus dan dididiknya.
Masih ada alasan lagi untuk member gelar AJA untuk Ibu Rumah Tangga? Masih ada alasan lagi untuk menganggap miring, rendah, remeh, tiada guna wanita berprofesi Ibu Rumah Tangga? Dan untuk Ibu Rumah Tangga, masih ada alasan lagi untuk malu, minder menjadi dirimu yang sebenarnya? Mungkin masih banyak alasan-alasan yang sekedar terlintas tapi tak berani diperjelas. Coba saja tanya, tanyakan pada Ibu Rumah Tangga yang masih malu akan adanya dirinya, tanya kenapa musti malu? Banyak jawaban terlintas, tapi sekali lagi tak berani untuk diperjelas. Tanyakan pada pemandang-pemandang rendah Ibu Rumah Tangga, tanya kenapa kamu memandangnya sampai sedemikian rupa? Banyak jawaban yang terlintas, tapi lagi-lagi tak berani untuk diperjelas.
Saya beranikan diri untuk memperjelas dengan tiga alasan di atas, tapi semuanya tertolak. Tertolak bagi logika dan nurani saya, dan semoga tertolak pula bagi logika dan nurani para pembaca. Sebagai pertanda bahwa semakin banyak manusia sadar sepenuh jiwa bahwa Ibu Rumah Tangga bukan profesi biasa, tapi ia profesi yang mulia. Maka masihkah pantaskah AJA berada di belakang Ibu Rumah Tangga?
huruhary.com
0
1K
Kutip
1
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan