KARAWANG, (PRLM).- Kaum buruh di Kabupaten Karawang terbagi dalam menyikapi ajakan mogok massal nasional. Ribuan buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Karawang menyatakan siap melaksanakan ajakan tersebut. Padahal, sehari sebelumnya ribuan buruh dari Aliansi Buruh Karawang (ABK) mendeklarasikan penolakan terhadap ajakan itu. Mereka lebih memilih jalur musyawarah untuk memperjuangkan hak-haknya.

Dua sikap yang saling bertolak belakang itu dituangkan dengan cara yang sama. Buruh dari ABK maupun FSPMI menerjunkan ribuaan anggotanya ke halaman kantor Bupati agar aspirasinya didengar para pejabat setempat.

"Teman-teman yang tidak mau melakukan mogok nasional adalah elit-elit buruh. Mereka egois karena hanya mengedepankan kepentingan sendiri," ujar koordinator lapangan buruh FSPMI, Doni Subiantono, saat berunjuk rasa di Plaza Pemkab Karawang, Selasa (29/10/2013).

Dikatakan, aksi mogok terpaksa ditempuh untuk menekan pemegang kebijakan terkait tuntutan kenaikan upah."Di tengah melambungnya harga bahan pokok, upah buruh sudah saatnya dinaikkan," ujar Doni.

Hal senada dikatakan aktivis Serikat Buruh Karawang (Serbuk), Khamid Istakhori. Menurut dia, gerakan melawan arus yang dilakukan buruh ABK merupakan permainan yang arah dan kepentingannya mudah diterka.

"Sikap mereka tidak perlu direspons serius. Perbedaan pendapat adalah hal biasa," tutur Khamid.

Dikatakan juga, tuntutan FSPMI kali ini meminta kenaikan UMK sebesar 50 persen dari UMK 2013. Selain itu, pihaknya juga mendesak agar anggota FPSMI dilibatkan dalam Dewan Pengupahan Kabupaten (Depekab).

http://www.pikiran-rakyat.com/node/256710

Tidak semua buruh bisa dikompori Said Iqbal.