- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[SBY Vs TV Oon] SBY : Ada Media yang 'Menelanjangi' dan Memperolok Demokrat


TS
AkuCintaNanae
[SBY Vs TV Oon] SBY : Ada Media yang 'Menelanjangi' dan Memperolok Demokrat
TRIBUNJOGJA.COM, BOGOR - Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluhkan perlakuan media yang dianggap telah memperolok-olok dan menjadikan Partai Demokrat sebagai bulan-bulanan pemberitaan.
"Ada televisi dan media massa yang selama dua tahun menelanjangi Partai Demokrat," kata SBY dalam sambutannya di acara temu kader Partai Demokrat di Sentul Internasional Convention Center (SICC), Bogor, Sabtu (26/10/2013),
SBY mengatakan, partainya memang tidak memiliki televisi, koran maupun media online. Ia juga mengaku partainya tidak punya uang melimpah untuk menguasai siaran di televisi. "Kita tidak punya uang melimpah untuk menguasai siaran di televisi," ucapnya.
Lebih lanjut SBY mengajak para calon anggota legislatif untuk berbicara di kampung-kampung dalam menyosialisasikan program dari caleg itu sendiri. Menurutnya untuk pasang iklan di televisi butuh uang ratusan miliar.
"Kalau kita tidak bisa berbicara di media massa, bicaralah di kampung-kampung," katanya.
Sementara itu, pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang mulai mengkritik media dengan sangat keras ini menunjukkan adanya kepanikan. Memang, bila dilihat dari kajian analisis media yang dilakukan Indonesia Public Institute (IPI), dalam dua bulan terakhir menunjukkan citra negatif Partai Demokrat (PD) menempati posisi paling tinggi.
Citra negatif PD berada di angka 31.7%. Posisi kedua ditempati PKS sebesar 26.8%. Ketiga, Partai Golkar 18.6%, posisi ke empat PDIP sebesar 14.8%. Sedangkan partai lainnya di bawah 4 %.
"Isu yang memberikan sentimen pemberitaan negatif PD antara lain kasus Sengman, Bunda Putri, Perppu, Hambalang dan penahanan Andi Mallarangeng, konflik antara PPI ormas yang didirikan Anas Urbaningrum dengan PD hingga isu penculikan Subur Budi Santoso oleh BIN," ujar Karyono Wibowo, peneliti senior IPI, dalam rilis yang diterima Tribunnews, Jakarta, Sabtu (26/10/2013).
Sementara itu, sentimen pemberitaan negatif PKS masih didominasi seputar kasus impor daging sapi. Begitu pun sentimen pemberitaan negatif Partai Golkar, masih didominasi seputar kasus korupsi kader-kadernya, ditambah isu suap dan korupsi yang diduga melibatkan Ratu Atut Chosiyah.
Demikian pula PDIP, sentimen pemberitaan negatif masih didominasi kasus korupsi yang melibatkan kadernya. Selain itu, sikap PDIP yang belum jelas calonkan Jokowi juga menimbulkan sentimen negatif.
Adapun sampel dalam analisis media ini gunakan tujuh media cetak; Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Sindo, Koran Tempo, Jawa Pos dan Suara Pembaruan.
SBY sudah mulai gusar atas pemberitaan media yang mulai kritis terhadap SBY. Padahal, kalaupun ada pers yang kritis, hal itu masih dalam batas kewajaran. Justru menyerang media dalam mainstream libertarianisme pers saat ini bisa jadi bumerang. SBY dan PD perlu hati-hati menyikapi setiap masalah yang berhubungan dengan pers.
"Saya melihat agak aneh saja, kalau dulu pada tahun 2004, SBY dipuja dan dibesarkan media kok beliau nggak protes ya. Kok sekarang ketika pers mulai kritis, beliau protes dan gusar," tukas dia.(*)
http://jogja.tribunnews.com/2013/10/...rolok-demokrat
kalau Sibuya Perang secara terbuka dengan TV Oon sebenarnya bakal menarik simpati publik karena Tv OOn sudah jadi "public enemy".
makanya jangan kayak banci....sikat aja lahhh
sekalian menyelamatkan sepak bola indonesia juga kan ?
"Ada televisi dan media massa yang selama dua tahun menelanjangi Partai Demokrat," kata SBY dalam sambutannya di acara temu kader Partai Demokrat di Sentul Internasional Convention Center (SICC), Bogor, Sabtu (26/10/2013),
SBY mengatakan, partainya memang tidak memiliki televisi, koran maupun media online. Ia juga mengaku partainya tidak punya uang melimpah untuk menguasai siaran di televisi. "Kita tidak punya uang melimpah untuk menguasai siaran di televisi," ucapnya.
Lebih lanjut SBY mengajak para calon anggota legislatif untuk berbicara di kampung-kampung dalam menyosialisasikan program dari caleg itu sendiri. Menurutnya untuk pasang iklan di televisi butuh uang ratusan miliar.
"Kalau kita tidak bisa berbicara di media massa, bicaralah di kampung-kampung," katanya.
Sementara itu, pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang mulai mengkritik media dengan sangat keras ini menunjukkan adanya kepanikan. Memang, bila dilihat dari kajian analisis media yang dilakukan Indonesia Public Institute (IPI), dalam dua bulan terakhir menunjukkan citra negatif Partai Demokrat (PD) menempati posisi paling tinggi.
Citra negatif PD berada di angka 31.7%. Posisi kedua ditempati PKS sebesar 26.8%. Ketiga, Partai Golkar 18.6%, posisi ke empat PDIP sebesar 14.8%. Sedangkan partai lainnya di bawah 4 %.
"Isu yang memberikan sentimen pemberitaan negatif PD antara lain kasus Sengman, Bunda Putri, Perppu, Hambalang dan penahanan Andi Mallarangeng, konflik antara PPI ormas yang didirikan Anas Urbaningrum dengan PD hingga isu penculikan Subur Budi Santoso oleh BIN," ujar Karyono Wibowo, peneliti senior IPI, dalam rilis yang diterima Tribunnews, Jakarta, Sabtu (26/10/2013).
Sementara itu, sentimen pemberitaan negatif PKS masih didominasi seputar kasus impor daging sapi. Begitu pun sentimen pemberitaan negatif Partai Golkar, masih didominasi seputar kasus korupsi kader-kadernya, ditambah isu suap dan korupsi yang diduga melibatkan Ratu Atut Chosiyah.
Demikian pula PDIP, sentimen pemberitaan negatif masih didominasi kasus korupsi yang melibatkan kadernya. Selain itu, sikap PDIP yang belum jelas calonkan Jokowi juga menimbulkan sentimen negatif.
Adapun sampel dalam analisis media ini gunakan tujuh media cetak; Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Sindo, Koran Tempo, Jawa Pos dan Suara Pembaruan.
SBY sudah mulai gusar atas pemberitaan media yang mulai kritis terhadap SBY. Padahal, kalaupun ada pers yang kritis, hal itu masih dalam batas kewajaran. Justru menyerang media dalam mainstream libertarianisme pers saat ini bisa jadi bumerang. SBY dan PD perlu hati-hati menyikapi setiap masalah yang berhubungan dengan pers.
"Saya melihat agak aneh saja, kalau dulu pada tahun 2004, SBY dipuja dan dibesarkan media kok beliau nggak protes ya. Kok sekarang ketika pers mulai kritis, beliau protes dan gusar," tukas dia.(*)
http://jogja.tribunnews.com/2013/10/...rolok-demokrat
kalau Sibuya Perang secara terbuka dengan TV Oon sebenarnya bakal menarik simpati publik karena Tv OOn sudah jadi "public enemy".
makanya jangan kayak banci....sikat aja lahhh
sekalian menyelamatkan sepak bola indonesia juga kan ?
0
2.2K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan