Peringati Sumpah Pemuda, Pelajar Minta Bahasa ‘Alay’ Ditinggalkan
Quote:
SURYA Online, SURABAYA – Memperingati 85 tahun Sumpah Pemuda, ratusan pelajar Jatim melakukan aksi turun jalan di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Minggu (27/10/2013). Massa berasal dari pelajar yang menamakan Forum OSIS Nusantara, FOJ Jatim, Aliansi Pelajar Surabaya, Komunitas Pelajar Surabaya, Teensclub Surabaya, dan CAKEP Indonesia.
Dalam aksinya, para pelajar mengenakan seragam putih abu-abu untuk siswa SMA sederajat dan putih biru untuk siswa SMP. Selain berorasi, mereka juga menuliskan tanda telapak tangan dan lima jari terbuka dengan tinta merah di spanduk putih sepanjang 34 meter. Tanda tangan dan cap lima jari itu sebagai simbol harapan kesempurnaan pemuda Tanah Air.
Tak hanya berorasi, massa pelajar juga menggelar berbagai aksi lainnya, seperti formasi barisan Pasukan Pengibar Bendera Sang Saka Merah Putih (Paskibraka), membentangkan Bendera Merah Putih sepanjang 85 meter, dan pembacaan puisi Cinta Tanah Air.
Korlap Aksi Malik Nuris mengatakan, pelajar turun ke jalan karena mengaku prihatin atas perkembangan globalisasi yang menggerus keberadaan bahasa nasional dan persatuan, yakni Bahasa Indonesia. Tergerusnya Bahasa Indonesia tersebut terlihat dari semakin membudayanya bahasa 'alay'.
“Keberadaan bahasa ‘alay’ dalam pergaulan sehari-hari tersebut nyata-nyata menggerus keberadaan Bahasa Indonesia. Kondisi inilah yang membuat kami, pelajar Indonesia sangat prihatin,” tegasnya, kepada wartawan, di sela-sela aksi.
Dikatakan Malik, aksi ratusan para pelajar ini merupakan bagian dari peringatan Sumpah Pemuda yang diucapkan pada 28 Oktober 1928 lalu. Selain prihatin dengan makin tergerusnya bahasa persatuan, pihaknya juga dengan prihatin dengan sikap pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang seolah melupakan nilai-nilai luhur kepemudaan yang harus dipanggul oleh semua pemuda Indonesia.
Agar nilai luhur kepemudaan itu tetap tersemai dalam dada, semua pemuda bangsa diajak lebih menghargai dan mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Meski tidak semua nilai yang terdapat dalam Sumpah Pemuda dapat diamalkan, minimal pemuda menggunakan bahasa Indonesia sebagai pergaulan bahasa sehari-hari. Dengan begitu, bahasa 'alay' dapat hilang dari kamus bahasa kita,” harap Malik.
udah mau 2014 gan,jangan lagi pake bahasa2 yg aneh dan bahasa2 yg sulit dimengerti
http://surabaya.tribunnews.com/2013/...y-ditinggalkan