- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Masyarakat Muslim Leihitu Bantu Bangun Gereja Tua di Desa Hila - Maluku
TS
juragan.nego
Masyarakat Muslim Leihitu Bantu Bangun Gereja Tua di Desa Hila - Maluku
Quote:
Merdeka.com - Kapanlagi.com - Masyarakat Muslim di jazirah Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah sepakat untuk membangun kembali Gereja tua di Desa Hila yang rusak akibat 'tragedi kemanusiaan', sejak 19 Januari 1999 lalu.
Ketua Umum Hena Hetu, Ismael Titapele, di Ambon, Rabu, mengatakan, kesepakatan itu terjadi setelah 19 Raja (Kepala Desa-red) mengaakan pertemuan pada 18 Juli lalu, dan disepakati untuk pembangunan fondasi dananya akan dihimpun dari masyarakat Muslim setempat.
"Fondasi Gereja tua di Hila itu siap didanai masyarakat Muslim jazirah Leihitu, selanjutnya kami meminta kepedulian pemerintah, baik Provinsi Maluku maupun Maluku Tengah serta donatur lainnya agar pembangunannya dapat dimulai Agustus mendatang," katanya.
Kesepakatan lainnya dari masyarakat Muslim di jazirah Leihitu adalah siap menerima kembali saudara-saudara Kristen ke desa asal seperti dari Hila dan Larike, Kecamatan Leihitu serta Tial, Kecamatan Salahutu.
"Kami melalui Camat Lehitu dan Salahutu sudah sepakat untuk memfasilitasi saudara-saudara Kristen kembali ke Desa asalnya. Apalagi, melalui pertemuan kekeluargaan mereka pun menyatakan kerinduan untuk kembali ke Desa asalnya dan ingin hidup berdampingan secara damai dengan saudara-saudara Muslim,"tandas Titapele.
Ia mengemukakan, situasi keamanan Maluku yang semakin kondusif, terutama di kota dan Pulau Ambon sebagai pusat "tragedi kemanusiaan", memotivasi Hena Hetu untuk mengfasilitasi berbagai program pemulihan mendukung kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pendekatan adat melalui hubungan 'Pela Gandong'.
"Rasanya pendekatan adat 'Pela Gandong' strategis dalam menjembatani program pemulihan Maluku paska "tragedi kemanusiaan". Apalagi, Gereja tua di Desa Hila merupakan salah satu aset pariwisata yang menjadi incaran wisman untuk dikunjungi, ujar Titapele. sumber
Quote:
Original Posted By kyaitapa►Satu lagi dari Negri Ambon
Metrotvnews.com, Ambon: Warga Desa Buano, Pulau Seram dan Desa Ulatt, Pulau Saparua, Maluku, yang penduduknya berbeda agama menggelar tradisi budaya membantu pembangunan gereja di Desa Ulatt.
Dalam tradisi ini warga Buano yang penduduknya muslim menyumbangkan ratusan batang kayu untuk renovasi gedung gereja dan pastori di Desa Ulatt yang penduduknya beragama kristen. Warga pun hiteris dan berebutan memikul kayu.
Kedua desa ini memiliki hubungan persaudaraan gadong sejak zaman leluhur. Nenek moyang mereka terpisah dan berbeda agama.
Ratusan warga Desa Buano ini datang ke Desa Ulatt dengan menggunakan berbagai kapal. Mereka disambut warga Ulatt dari teluk Pulau Saparua. Warga kemudian turun di pantai desa ini dan membawa kayu tiang pamali atau kayu tiang induk untuk renovasi gedung Gereja Syalom di Desa Ulatt.
Tiang pamali yang panjangya lima meter ini dipikul warga Buano sejauh 2 km menuju Desa Ulatt. Warga tampak berebutan memikul kayu yang dibungkus dengan kain warnah merah dan putih ini.
Dalam tradisi adat Buano warga merasa terhormat bisa memikul tiang pamali ini untuk pembangunan gereja karena tidak semua generasi Buano bisa menyaksikan tradisi ini karena dilakukan puluhan tahun sekali.
Sepanjang jalan menuju Desa Ulatt, mereka dihibur musik tradisional dari Desa Ulatt dengan lagu gandong yang merupakan lagu persaudaraan warga Maluku.
Tiang pamali ini kemudian diserahkan warga Buano kepada Majelis Jamaat Gereja Syalom Desa Ulatt. Prosesi penyerahan tiang pamali ini diwarani isak tangis warga.
Selain warga Buano, proses ini juga dihadir saudara satu gandong mereka dari Desa Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah, yang penduduknya beragama kristen.
Pemuka Kristen kemudian membawa tiang pamali ini ke gedung Gereja Syalom yang akan direnovasi. Gedung gereja ini terakhir direnovasi tahun 1970 yang seluruh kayu diberi oleh warga Buano. Bantuan yang sama juga dilakukan warga Ulatt dan Oma saat warga Buano membangun masjid.
Menurut warga, leluhur mereka berjumlah tiga orang berasal dari satu gandong. Saudara tertua terbuang di Buano, Seram yang penduduknya beragama Islam. Sedangkan saudara kedua terbuang di Desa Oma, Haruku, dan saudara bungsu terpisah di Desa Ulatt yang berpenduduk kristen.
Tradisi ini dilakukan secara turun temurun untuk menunjukkan persaudaraan pela dan gadong ada sejak zaman leluhur mereka. Prosesi tradisi adat ini kemudian diakhiri dengan makan patita bersama.
Taro pejwan TS
Metrotvnews.com, Ambon: Warga Desa Buano, Pulau Seram dan Desa Ulatt, Pulau Saparua, Maluku, yang penduduknya berbeda agama menggelar tradisi budaya membantu pembangunan gereja di Desa Ulatt.
Dalam tradisi ini warga Buano yang penduduknya muslim menyumbangkan ratusan batang kayu untuk renovasi gedung gereja dan pastori di Desa Ulatt yang penduduknya beragama kristen. Warga pun hiteris dan berebutan memikul kayu.
Kedua desa ini memiliki hubungan persaudaraan gadong sejak zaman leluhur. Nenek moyang mereka terpisah dan berbeda agama.
Ratusan warga Desa Buano ini datang ke Desa Ulatt dengan menggunakan berbagai kapal. Mereka disambut warga Ulatt dari teluk Pulau Saparua. Warga kemudian turun di pantai desa ini dan membawa kayu tiang pamali atau kayu tiang induk untuk renovasi gedung Gereja Syalom di Desa Ulatt.
Tiang pamali yang panjangya lima meter ini dipikul warga Buano sejauh 2 km menuju Desa Ulatt. Warga tampak berebutan memikul kayu yang dibungkus dengan kain warnah merah dan putih ini.
Dalam tradisi adat Buano warga merasa terhormat bisa memikul tiang pamali ini untuk pembangunan gereja karena tidak semua generasi Buano bisa menyaksikan tradisi ini karena dilakukan puluhan tahun sekali.
Sepanjang jalan menuju Desa Ulatt, mereka dihibur musik tradisional dari Desa Ulatt dengan lagu gandong yang merupakan lagu persaudaraan warga Maluku.
Tiang pamali ini kemudian diserahkan warga Buano kepada Majelis Jamaat Gereja Syalom Desa Ulatt. Prosesi penyerahan tiang pamali ini diwarani isak tangis warga.
Selain warga Buano, proses ini juga dihadir saudara satu gandong mereka dari Desa Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah, yang penduduknya beragama kristen.
Pemuka Kristen kemudian membawa tiang pamali ini ke gedung Gereja Syalom yang akan direnovasi. Gedung gereja ini terakhir direnovasi tahun 1970 yang seluruh kayu diberi oleh warga Buano. Bantuan yang sama juga dilakukan warga Ulatt dan Oma saat warga Buano membangun masjid.
Menurut warga, leluhur mereka berjumlah tiga orang berasal dari satu gandong. Saudara tertua terbuang di Buano, Seram yang penduduknya beragama Islam. Sedangkan saudara kedua terbuang di Desa Oma, Haruku, dan saudara bungsu terpisah di Desa Ulatt yang berpenduduk kristen.
Tradisi ini dilakukan secara turun temurun untuk menunjukkan persaudaraan pela dan gadong ada sejak zaman leluhur mereka. Prosesi tradisi adat ini kemudian diakhiri dengan makan patita bersama.
Taro pejwan TS

Indahnya Kebersamaan..

Andai di setiap pelosok nusantara terjadi hal ini, tentu Indonesia akan menjadi negara maju yang disegani di dunia..

Diubah oleh juragan.nego 27-10-2013 18:27
0
6.3K
Kutip
42
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan