- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Keramahan Masyarakat Indonesia, Kemanakah Engkau Kini?
TS
shuwal
Keramahan Masyarakat Indonesia, Kemanakah Engkau Kini?
Quote:
Barusan ane baca2 tulisan dari Kawan ane Gan..
Kisah seorang Kakek dengan keterbatasannya yang berjuang untuk menemui anaknya..
Semoga kita bisa mendapatkan hikmah dari Kisah ini..
Kisah seorang Kakek dengan keterbatasannya yang berjuang untuk menemui anaknya..
Semoga kita bisa mendapatkan hikmah dari Kisah ini..
Quote:
Berbeda dari biasanya, hari ini saya menjemput istri saya lebih awal dari jam kedatangannya di Terminal Arjosari, Malang. Pesan yang berisi "Di sebelahku ada bapak-bapak (mohon maaf) buta, tolong nanti sampeyan carikan bus menuju Pakisaji" itulah yang memunculkan rasa penasaran saya. Ada 2 kemungkinan, yang pertama adalah kejadian itu benar adanya, yang kedua adalah istri saya sengaja mengerjai saya agar saya datang lebih awal (seringkali memang saya terlambat, hehehe). 1 jam sudah saya melihat hilir mudik dan keramaian terminal di Minggu pagi ini. Sesekali saya pantau apakah bus yang mengangkut wanita yang sangat saya cintai ini sudah datang ataukah belum. Lumayan lama, tapi apalah arti menunggu untuk sang belahan jiwa.
Tak banyak menit kemudian, bus bernama Widji dari jurusan Bojonegoro tiba di area terminal. Bukannya malah senang, rasa penasaran itulah yang kian menjadi. Saya ingin segera bertemu dengan Bapak tersebut. Agak saya percepat langkah guna menjawabnya. Oh, ternyata pesan istri saya benar, dia sedang menuntun seorang Bapak (lebih tepatnya adalah Kakek) turun dari bus. Tampak sekali beliau kesulitan menyelaraskan antara langkah kaki dan tongkat yang ia genggam erat. Segera saya pegang tangannya, saya arahkan rute untuknya turun dari bus agar langkah demi langkah gelapnya aman. Saya harus angkat topi untuk istri saya, dia masih sangat muda tapi rasa sosialnya begitu tinggi. Belakangan saya tau bahwa kakek ini naik bus dari Terminal Wilangun, Surabaya. Dari cerita istri saya, dia bantu kakek itu selama di bus (Surabaya-Malang) dengan cara duduk di sebelahnya. Saya kagum. Saya tidak salah pilih istri.
Tak sungkan, beliau mengucapkan "matur suwun" (terima kasih) kepada saya. Dalam hati, saya memujinya, beliau tidak bisa melihat, tapi masih punya rasa berterima kasih pada saya yang jauh lebih muda. Berapa banyak sekarang orang Indonesia yang mau demikian? Ah, jawablah sendiri pertanyaan itu dalam hati masing-masing. Kekagetan tak berhenti disitu, kembali istri saya benar, beliau ingin ke rumah anaknya di Pakisaji, semakin kagetlah saya. Saya kagum dengan semangatnya, sekaligus heran dengan anaknya, Bapaknya seperti ini kok dibiarkan naik bus sendirian? Ah, bagi saya itu tidak penting, itu di luar kontrol saya, sekarang yang berada dalam kontrol saya adalah bagaimana caranya mengantarkan kakek ini ke Pakisaji.
Beberapa pertanyaan singkat sempat saya lontarkan, termasuk menawarinya agar saya saja yang mengantar. Beliau menjawab (dalam bahasa Jawa yang saya Indonesia-kan) "Tidak usah, saya bisa naik bus sendiri, dibantu saja saya sudah sangat senang". Dilema bagi saya dalam hati. Sempat saya sedikit ngotot, tapi kengototan beliau jauh lebih hebat dari saya. Ya, saya harus mencarikannya bus jurusan Malang-Blitar.
15 menit berlalu, bus yang kami tunggu baru saja datang. Bergegas saya berlari menemui kondekturnya (karena saya tidak mungkin tidak "menitipkan" kakek itu ke kondektur bus tersebut karena alasan kesehatannya). Saya ceritakan ihwal pertemuan istri saya dengan kakek itu, dan akhirnya bertemu dengan saya juga. Saya ceritakan lengkap selengkap-lengkapnya. Cerita saya usai dan betapa terkejutnya saya ketika si kondektur bus (maaf nama bus-nya tidak saya sebutkan, tapi namanya bus-nya sangat familiar) menjawab (dalam bahasa Jawa) "Maaf, bus kami adalah bus cepat".
Sontak jantung rasanya mau copot! Beribu pertanyaan, bahkan mungkin berjuta, langsung penuh di pikiran. Heiiii, apa hubungannya antara mengangkut seorang kakek yang tidak bisa melihat dengan bus cepat??? Apakah ada sebuah logika yang membenarkan itu?? Kenapa tidak mau menolong?? Kenapa?? Bukankah dari kecil kita diajari untuk tolong menolong?? Bukankah masyarakat Indonesia terkenal keramahan dan sifat tolong menolongnya? Bukankah setiap agama mengajarkan sifat ramah dan tolong menolong?? Kenapa?? Hati saya hancur seketika. Sempat saya mengepalkan tangan untuk memukul kondektur tersebut, saya urungkan niat saya karena badan saya terlalu kecil untuk berkelahi, meski niat saya besarnya melebihi badan saya. Saya ingat wajahnya, saya pun bisa menebak orang ini berasal darimana, jika dilihat dari logat bicaranya.
Ya sudahlah, saya mundur dan menjelaskan kenyataan pahit ini kepada istri dan kakek yang sedang menunggu 3 meter dari bus bahwa beliau tidak diperkenankan naik ke bus. Saya amati wajah beliau yang terdiam, sedikit banyak saya paham perasaannya yang kalut dan terluka. Mungkin kekurangannya yang menjadikan beliau tidak diterima untuk menjadi salah satu penumpang bus tersebut. Meskipun saya bukan keluarganya langsung, saya juga merasakan sakitnya, karena mungkin saya dan istri saya telah menjadi keluarganya secara batin dan emosional.
Saya berbisik ke istri "Kita cari alternatif lain". Pelan istri saya menuntunnya kembali untuk berjalan. Ya, kami belum menyerah. Bahkan tidak akan menyerah. Tujuan kami berikutnya adalah pangkalan angkot. Sepanjang perjalanan kami memang diperhatikan orang dan mungkin menjadi pusat perhatian. Terserahlah. Saya tidak peduli. Tiba di tempat yang dituju, saya coba ceritakan permasalahan kami. 1 sopir angkot cuek. 2 sopir angkot juga tak peduli. Sampai akhirnya ada seorang sopir yang dengan tulus mendengarkan cerita saya dan bersedia melanjutkan tongkat estafet tanggung jawab kami." Ah, ternyata masih ada orang baik disini". Begitu pikir saya dalam hati. Langsung saya ceritakan lebih rinci tentang kakek ini dan kemana tujuannya. Sang sopir angkot ini mengangguk-angguk tanda mengerti. Legalah sudah perasaan saya dan beliau juga sudah duduk dengan tenang di dalam angkot.
Kembali saya ingat wajah orang-orang yang menolak memberikan pertolongan kepada kakek yang tidak bisa melihat itu. Sejenak terlintas pikiran "Oh, mungkin masyarakat Indonesia yang dulu ramah dan suka menolong itu kini tinggal kenangan. Tak lupa saya mendoakan orang-orang itu agar di masa tuanya tidak mengalami hal seperti yang dialami kakek itu, termasuk kesehatannya yang kurang. Dan tentu saja saya berdoa untuk kakek itu semoga selamat sampai tujuan serta agar setiap bagian dalam hidupnya dimudahkan. Amin.
Quote:
Quote:
Quote:
Andai separuh saja Bangsa kita seperti bertindak seperti Pemuda ini, maka dunia akan takluk oleh kebaikan kita. Teruslah berbuat baik, sekecil apapun ketulusan yang kita perbuat tentunya sangat berarti bagi orang lain..!!!
Quote:
Luangkan waktu 5 detik Agan untuk bantu trit ini agar agan2 yang lain bisa mendapatkan hikmah dari pesan yang disampaikan..
Quote:
Agan yang masih peduli terhadap sesama.
Quote:
Original Posted By Riskahamalia► terharu gan. semoga yang nolongin dapet balesan setimpal.. ane juga pernah ketemu sama bapak2 yang tunanetra di stasiun tanah abang, beliau minta bantuan soalnya pengen naik tangga (menuju peron) ane bantuin soalnya gak tega banget walau orang2 pada ngeliatin. kebanyakan orang sekarang cuma mentingin kepentingan pribadinya aja
0
3.1K
Kutip
21
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan