Ketertarikan TS terhadap Zen bermula dari membaca serial novel legendaris besutan Takashi Matsuoka Samurai: Kastel Awan Burung Greja dan Samurai: Jembatan Musim Gugur 2 tahun yang lalu. Novel ini begitu melekat di hati TS sehinga TS sudah membacanya berkali-kali. Mulai dari karakter, alur cerita, gaya penceritaan hingga settingnya semua mampu menarik hati TS.
Hingga setelah membacanya berkali-kali TS mulai memperhatikan suasana Zen yang sangat kental dalam novel tersebut, ini ternyata berasal dari sang penulis yang pernah bekerja di kuil zen sebelum ia menjadi seorang penulis. Di akhir novel serial pertamanya penulis sempat sedikit mendiskripsikan mengenai Zen melalu dialog antara Genji dan Emily. Dialognya adalah sebagai berikut:
Spoiler for Kutipan:
Semua samurai mempraktikkan disiplin sekte Zen, sebuah agama tanpa ajaran, bahkan tanpa doktrin yang dapat dia pahami, semuanya begitu serius, muram, dan sunyi. Apakah itu benar-benar merupakan agama? Emily pernah meminta Genji menjelaskannya, dan dia hanya tertawa.
"Hanya sedikit yang bisa dijelaskan. Aku hanya bermain-main dengannya. Aku terlalu malas untuk menekuninya" kata Genji.
"Apa yang harus dilakukan?" tanya Emily. Genji duduk dengan pose berlipat yang disebut lotus, kedua kakinya ditekuk dan diletakkan di atas paha yang berlawanan, lalu menutup matanya.
"Dan, apa yang sekarang yang kini kau lakukan? Menurutku, Anda tidak melakukan apa-apa."
"Aku melepaskan," kata Genji. "Melepaskan?Melepaskan apa?"
"Pertama, ketegangan tubuh. Kedua, pikiran. Ketiga, semuanya." "Untuk tujuan apa?"
"Kau adalah orang asing yang berpikiran Barat," kata Genji, "selalu memikirkan tujuan. Proses itu sendiri adalah tujuan. Kau duduk. Kau melepaskan."
"Dan setelah melepaskan, lalu apa?"
"Kau melepaskan proses melepaskan tadi." "Aku tak mengerti." Genji tersenyum, meluruskan kakinya dan berkata, "Zengen tua pasti bilang itu awal yang bagus. Aku bukan contoh yang baik, aku tak pernah bisa berhasil lebih dari melepaskan ketegangan tubuh dan seringnya bahkan aku tak bisa melakukan itu. Kalau Rahib Tokuken turun gunung, dia pasti bisa menjelaskan dengan lebih baik. Tetapi, kita tak bisa yakin. Mungkin dia sudah mendapatkan pencerahan sedemikian rupa sehingga dia tak bisa lagi membicarakannya."
"Kau kadang mengatakan hal bodoh," kata Emily. "Semakin besar pencerahan semakin terang penjelasan yang diberikan, dan semakin sempurna pemahaman yang diberikan. Itulah mengapa Tuhan memberikan anugrah bicara kepada kita"
"Zengen pernah berkata kepadaku, pencerahan tertinggi adalah kesunyian yang paling dalam. Bahkan, kata-kata itulah yang mendorong Tokuen pergi ke gunung, dia mendengar kata-kata itu dan keesokan harinya dia pergi."
"Kapan itu?"
"Lima atau enam tahun yang lalu. Mungkin juga tujuh."
Emily tersenyum sendiri. Dia berpikir, bisa saja ia di jepang selama sisa hidupnya dan tetap tak mengerti. Dia mengengkat kepala dan melihat genji tersenyum kepadanya. Mungkin tak begitu penting untuk paham. Mungkin yang lebih penting adalah peduli.
Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Kata Zen adalah bahasa Jepang yang berasal dari bahasa mandarin "Chan". Kata "Chan" sendiri berasal dari bahasa Pali "jhana" atau bahasa Sanskerta dhyana( ध्यान ). Dalam bahasa vietnam Zen dikenal sebagai “thiền” dan dalam bahasa korea dikenal sebagai “seon”.
Jhana atau Dhyāna adalah sebuah kondisi batin yang terpusat yang ditemui dalam meditasi. Meski secara semantik, kata Chan sendiri berasal dari kata ‘dhyāna’ (sansekerta) atau ‘jhana’ (pali). Zen tidak bertujuan pada pencapaian jhana. Ini sekadar menunjukkan bahwa ajaran Zen sangat menekankan pada aspek meditasi atau samadhi.
Aliran Zen asli kemudian diteruskan sampai ke generasi ke-6 Hui Neng. Setelah itu aliran Zen berpencar di Tiongkok, dan berkembang pesat di Jepang.
kwanum.org sebuah website Zen mendefenisikan zen sebagai berikut:
Spoiler for What is Zen:
Spoiler for Versi Inggris:
Zen is very simple… What are you?
In this whole world everyone searches for happiness outside, but nobody understands their true self inside.
Everybody says, “I” – “I want this, I am like that…” But nobody understands this “I.” Before you were born, where did your I come from? When you die, where will your I go? If you sincerely ask, “what am I?” sooner or later you will run into a wall where all thinking is cut off. We call this “don’t know.”
Zen is keeping this “don’t know” mind always and everywhere.
When walking, standing, sitting,
lying down, speaking, being
silent, moving, being still.
At all times, in all places, without
interruption – what is this?
One mind is infinite kalpas.
Meditation in Zen means keeping don’t-know mind when bowing, chanting and sitting Zen. This is formal Zen practice. And when doing something, just do it. When driving, just drive; when eating, just eat; when working, just work.
Finally, your don’t-know mind will become clear. Then you can see the sky, only blue. You can see the tree, only green. Your mind is like a clear mirror. Red comes, the mirror is red; white comes the mirror is white. A hungry person comes, you can give him food; a thirsty person comes, you can give her something to drink. There is no desire for myself, only for all beings. That mind is already enlightenment, what we call Great Love, Great Compassion, the Great Bodhisattva Way. It’s very simple, not difficult!
Zen sangat simpel..... Siapa dirimu?
Di seluruh dunia ini semua orang mencari kebahagiaan di luar diri mereka, tapi tidak ada orang yang mengerti kebenaran di dalam diri mereka.
Semua orang mengatakan, "Aku " - " Aku ingin ini , aku seperti itu ... " Tapi tak seorang pun memahami kata "Aku" ini. Sebelum Anda lahir, dari mana “Aku”-mu berasal? Bila Anda meninggal , di mana akan “Aku”-mu pergi? Jika Anda tulus bertanya, "Siapa aku ? " Cepat atau lambat Anda akan berjalan ke dinding di mana semua pemikiran terputus. Kami menyebutnya "tidak tahu "
Zen menjaga pikiran "tidak tahu" ini selalu ada dan di mana saja .
Ketika berjalan, berdiri, duduk,
berbarin, berbicara, menjadi
diam, bergerak.
Pada setiap saat, di setiap tempa , tanpa
gangguan - apakah ini?
Satu pikiran kalpa yang tak terbatas .
Meditasi dalam Zen berarti menjaga pikiran “tidak tahu”ini ketika membungkuk, berdoa dan duduk dalam meditasi Zen. Ini adalah praktek Zen formal. Dan ketika melakukan sesuatu, lakukan saja. Ketika mengemudi, hanya mengemudi, ketika makan, hanya makan, saat bekerja, hanya bekerja.
Akhirnya , ke-“tidak tahu”-an pikiran Anda akan menjadi jelas . Kemudian Anda dapat melihat langit , hanya biru. Anda dapat melihat pohon itu, hanya hijau. Pikiran Anda adalah seperti cermin yang jelas. Merah datang, cermin berwarna merah, putih datang cermin berwarna putih. Orang lapar datang, Anda bisa memberinya makanan; orang haus datang, Anda bisa memberikan sesuatu untuk minum. Tidak ada keinginan untuk diriku sendiri, hanya untuk semua makhluk. Pikiran yang sudah tercerahkan, itulah yang kita sebut Cinta Sejati. Ini sangat sederhana, tidak sulit!