- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Salah Satu Cara Menikmati Senja di Embung Nglanggeran Yogyakarta yang Murah Meriah


TS
yogakuyoga
Salah Satu Cara Menikmati Senja di Embung Nglanggeran Yogyakarta yang Murah Meriah
Ada banyak cara menikmati matahari tenggelam. Biasanya orang akan pergi ke pantai atau menikmatinya dari tempat yang tinggi. Setelah beberapa kali gagal menikmati senja di pantai, saya akhirnya memutuskan untuk menikmati senja di tempat wisata yang masih tergolong baru dikawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Wonosari, Yogyakarta, yakni di Embung Nglanggeran.
Embung Nglanggeran merupakan sebuah kolam luas yang berada tepat di kaki gunung Nglanggeran yang di gunakan masyarakat untuk mengairi kebun buah yang ada di sekitar tempat itu.
Untuk perjalanan kali ini, saya dan teman saya memilih untuk tidak melewati jalur yang biasanya di lewati wisatawan pada umumnya. Pada pukul 14.00, kami berangkat dari rumah dengan tujuan pertama adalah Candi Ijo. Candi Ijo ini terletak di sekitar kompleks Keraton Ratu Boko. Kenapa kami memutuskan untuk mengunjungi tempat ini? Jawabannya sebenarnya sepele, kami adalah lowbudget traveler waktu itu dan kebetulan Candi Ijo adalah salah satu tempat wisata dengan biaya murah. Ketika sampai di sana, kami hanya diminta untuk memberi uang pemeliharaan candi secara suka rela. Selain itu, sebenarnya candi ini memang menarik. Sebuah situs kebudayaan yang terlupakan. Banyak yang tidak tahu bahwa Candi Ijo ini merupakan candi tertinggi di Jogja. Dari candi ini, pengunjung bisa menikmati kota Jogja dari ketinggian, bahkan kita bisa melihat Bandara Adisutjipto dari sana.
Setelah puas menikmati keindahan alam di Candi Ijo, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Embung Nglanggeran. Waktu itu tepat pukul 15.30 kami berangkat dari Candi Ijo. Sekali lagi, kami tidak memilih melewati rute yang bisanya di lewati orang, melainkan melewati jalan desa yang memberi tantangan tersendiri bagi kami.
Perjalanan melalui jalan Piyungan sungguh menyenangkan, memberikan sensasi yang berbeda. Terlebih lagi ketika kami melewati desa teletubies. Desa yang unik yang seluruh rumahnya memiliki bentuk seperti rumah teletubies.
Setelah melewati rumah teletubies dan berfoto-foto sejenak, kami melanjutkan perjalanan kami. Kali ini jalannya lebih buruk, jalan setengah setapak itu benar-benar melelahkan, sampai akhirnya kami menemukan sebuah jembatan gantung. Berhenti sejenak untuk menikmati kesunyian di sana, kami pun mengambil gambarnya.
Setelah puas berfoto-foto disana, akhirnya kami sampai di Embung Nglanggeran tepat pukul 17.30. Sampai sana kami menunggu sejenak sampai matahari turun dan menikmati keadaan di sana. Ini dia yang selama ini di tunggu-tunggu. Menikmati senja dengan tenang di atas Embung Nglanggeran.
Menikmati senja usai sudah, kami memutuskan turun. Di perjalanan pulang, kami berhenti sejenak di warung soto Mbak Djam yang terkenal disana. Tempat ini mengejutkan karena begitu cozy untuk tempat yang berada di sana. Makanan di sini rasanya tak perlu di ragukan lagi. Mantaaappppp.... Sembari menunggu makanan yang kami pesan, kami menikmati sisa-sisa senja dari tempat itu.
Setelah menikmati soto yang super duper enak dan super duper murah (seporsi Rp 6.000), kami akhirnya pulang lewat jalan wonosari. Ini adalah pilihan tepat. Semua tahu kalau Jalan Jogja-Wonosari di waktu malam memang luar biasa. Ada Bukit Bintang, dimana kita bisa menikmati malam dengan kerlipan lampu-lampu kota dari atas.
Akhirnya perjalanan low budget kami berakhir. Setelah di hitung-hitung, kami hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 55.000 untuk dua orang (bensin Rp 20.000, retribusi Candi Ijo Rp 5.000, retribusi Embung Rp 8.000 dan soto dua porsi plus minum dan rempeyek dua bungkus Rp 22.000).
Spoiler for Embung Nglanggeran:
Embung Nglanggeran merupakan sebuah kolam luas yang berada tepat di kaki gunung Nglanggeran yang di gunakan masyarakat untuk mengairi kebun buah yang ada di sekitar tempat itu.
Untuk perjalanan kali ini, saya dan teman saya memilih untuk tidak melewati jalur yang biasanya di lewati wisatawan pada umumnya. Pada pukul 14.00, kami berangkat dari rumah dengan tujuan pertama adalah Candi Ijo. Candi Ijo ini terletak di sekitar kompleks Keraton Ratu Boko. Kenapa kami memutuskan untuk mengunjungi tempat ini? Jawabannya sebenarnya sepele, kami adalah lowbudget traveler waktu itu dan kebetulan Candi Ijo adalah salah satu tempat wisata dengan biaya murah. Ketika sampai di sana, kami hanya diminta untuk memberi uang pemeliharaan candi secara suka rela. Selain itu, sebenarnya candi ini memang menarik. Sebuah situs kebudayaan yang terlupakan. Banyak yang tidak tahu bahwa Candi Ijo ini merupakan candi tertinggi di Jogja. Dari candi ini, pengunjung bisa menikmati kota Jogja dari ketinggian, bahkan kita bisa melihat Bandara Adisutjipto dari sana.
Spoiler for Candi Ijo:
Setelah puas menikmati keindahan alam di Candi Ijo, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Embung Nglanggeran. Waktu itu tepat pukul 15.30 kami berangkat dari Candi Ijo. Sekali lagi, kami tidak memilih melewati rute yang bisanya di lewati orang, melainkan melewati jalan desa yang memberi tantangan tersendiri bagi kami.
Perjalanan melalui jalan Piyungan sungguh menyenangkan, memberikan sensasi yang berbeda. Terlebih lagi ketika kami melewati desa teletubies. Desa yang unik yang seluruh rumahnya memiliki bentuk seperti rumah teletubies.
Spoiler for Domes Teletubies:
Setelah melewati rumah teletubies dan berfoto-foto sejenak, kami melanjutkan perjalanan kami. Kali ini jalannya lebih buruk, jalan setengah setapak itu benar-benar melelahkan, sampai akhirnya kami menemukan sebuah jembatan gantung. Berhenti sejenak untuk menikmati kesunyian di sana, kami pun mengambil gambarnya.
Spoiler for Jembatan gantung:
Setelah puas berfoto-foto disana, akhirnya kami sampai di Embung Nglanggeran tepat pukul 17.30. Sampai sana kami menunggu sejenak sampai matahari turun dan menikmati keadaan di sana. Ini dia yang selama ini di tunggu-tunggu. Menikmati senja dengan tenang di atas Embung Nglanggeran.
Spoiler for Senja di Embung Nglanggeran:
Menikmati senja usai sudah, kami memutuskan turun. Di perjalanan pulang, kami berhenti sejenak di warung soto Mbak Djam yang terkenal disana. Tempat ini mengejutkan karena begitu cozy untuk tempat yang berada di sana. Makanan di sini rasanya tak perlu di ragukan lagi. Mantaaappppp.... Sembari menunggu makanan yang kami pesan, kami menikmati sisa-sisa senja dari tempat itu.
Spoiler for Soto Mbak Djam:
Setelah menikmati soto yang super duper enak dan super duper murah (seporsi Rp 6.000), kami akhirnya pulang lewat jalan wonosari. Ini adalah pilihan tepat. Semua tahu kalau Jalan Jogja-Wonosari di waktu malam memang luar biasa. Ada Bukit Bintang, dimana kita bisa menikmati malam dengan kerlipan lampu-lampu kota dari atas.
Akhirnya perjalanan low budget kami berakhir. Setelah di hitung-hitung, kami hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 55.000 untuk dua orang (bensin Rp 20.000, retribusi Candi Ijo Rp 5.000, retribusi Embung Rp 8.000 dan soto dua porsi plus minum dan rempeyek dua bungkus Rp 22.000).
0
4K
41


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan