- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tantangan Kapolri Sutarman


TS
kemalmahendra
Tantangan Kapolri Sutarman
Kalau polisi merasa galau sekarang ini sungguhlah wajar. Siapa yang tidak galau kalau polisi yang seharusnya menjadi sahabat rakyat, kenyataannya justru kebalikannya. Penembakan terhadap aparat polisi bukannya menimbulkan empati, tetapi justru malah diberi tepuk tangan dan seakan-akan sepantasnya polisi diperlakukan seperti itu.
Ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dialami prajurit Komando Pasukan Khusus yang menyerang Lembaga Pemasyarakatan Cebongan dan menewaskan empat orang tahanan di dalamnya. Prajurit Kopassus tidak dianggap sebagai penjahat, tetapi justru dilihat sebagai pahlawan oleh masyarakat Yogyakarta.
Pasti ada yang salah dengan polisi apabila mereka dianggap sebagai musuh oleh masyarakat. Ahli Hukum Tata Negara Irman Putra Sidin mengatakan, dalam sebuah negara boleh tidak ada pemerintah, tetapi tidak bisa tidak ada polisi. Kehidupan masyarakat akan chaos kalau tidak ada polisi di tengah masyarakat.
Inilah salah satu pekerjaan rumah yang harus dilakukan Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang baru, Komisaris Jenderal Sutarman. Setelah menerima estafet tongkat komando dari Jenderal Timur Pradopo, tugas pertama yang harus dilakukan Sutarman adalah mengembalikan polisi sebagai sahabat rakyat.
Bagaimana caranya? Polisi harus dikembalikan sebagai "pelindung, pengayom, dan pelayan" bagi masyarakat. Untuk itu polisi harus datang dan menyapa masyarakat. Polisi tidak boleh hanya duduk di kantor dan menunggu pengaduan dari masyarakat.
Sekarang ini polisi cenderung lebih menjadi "tuan" daripada "pelayan" masyarakat. Polisi jarang untuk mau berkumpul dan bergaul dengan masyarakat. Padahal polisi wilayah seharusnya setiap saat membangun komunikasi dengan rukun tetangga dan rukun warga agar mengetahui persoalan yang terjadi di wilayah tugasnya.
Dengan bergaul dan berkomunikasi dengan warga, polisi bisa menitipkan tugas-tugas pengamanan kepada masyarakat. Konsep keamanan rakyat semesta tidak hanya menumpukan semua tugas pengamanan kepada polisi, tetapi juga masyarakat ikut bertanggung jawab.
Apalagi dengan semakin meningkatnya kejahatan dan juga aksi terorisme, polisi seharusnya menjadikan masyarakat sebagai pemberi peringatan dini. Masyarakatlah yang memberikan laporan terhadap setiap kejanggalan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.
Itulah yang dipakai oleh negara-negara lain dalam menjaga ketertiban dan keamanan. Jepang misalnya, bisa menciptakan kehidupan yang tenteram, karena masyarakat ikut menjaganya. Masyarakat menjadi ujung tombak bagi polisi dalam menjaga keamanan wilayah.
Namun syaratnya, polisi harus selalu berada di tengah masyarakat. Di Jepang, masyarakat tidak pernah kesulitan untuk bisa menyampaikan laporan, karena polisi selalu datang ke tempat mereka. Kalau pun harus mendatangi pos polisi, tempatnya tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
Kita tidak lagi polisi seperti itu. Sekarang polisi sudah seperti priyayi. Mereka lebih suka duduk di kantor dan menunggu laporan masyarakat. Itu pun dengan pelayanan yang jauh dari memuaskan. Masyarakat bukannya dibuat mudah ketika datang ke Kantor Polisi, tetapi justru dipersulit.
Masyarakat sebenarnya sudah mengeluhkan hal itu. Bahkan sekarang ini, masyarakat kalau tidak terpaksa enggan untuk berhubungan dengan polisi. Istilah yang sering diucapkan: "lapor kehilangan kambing ke polisi, bisa malah kita kehilangan sapi."
Aneh kalau polisi tidak pernah mendengar satire yang diucapkan masyarakat. Namun sepertinya polisi tidak peduli terhadap keluhan masyarakat itu. Dengan sikap itu tidak usah heran apabila polisi dijauhi oleh masyarakat dan akibatnya sekarang polisi dianggap sebagai musuh masyarakat.
Sekali lagi, kita tentu tidak ingin kondisi ini terus berlanjut. Polisi harus menjadi bagian dari masyarakat dan polisi harus menjadi sahabat bagi masyarakat. Oleh karena yang berubah perilaku sekarang ini adalah polisi, maka polisilah yang harus memperbaiki sikapnya apabila memang ingin menjadi sahabat bagi masyarakat.
Salah satu yang perlu dilakukan adalah mengubah gaya hidup. Polisi hrus meninggalkan gaya hidup mewah, terutama para perwiranya. Tidaklah mungkin polisi bisa dekat dengan rakyat, apabila motor yang dipakai Harley Davidson atau menggunakan mobil Ferrari. Tidaklah mungkin polisi mau bergaul dengan rakyat sekitarnya, kalau rumahnya mewah dan dijaga oleh polisi.
Polisi harus kembali ke kehidupannya yang normal. Bukan berarti polisi harus hidup miskin, tetapi janganlah hidup berlebihan. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah paling utama bagi Kapolri Sutarman. Keamanan masyarakat akan bisa kita ciptakan apabila polisi dan masyarakat bersama-sama menjaganya.
Ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dialami prajurit Komando Pasukan Khusus yang menyerang Lembaga Pemasyarakatan Cebongan dan menewaskan empat orang tahanan di dalamnya. Prajurit Kopassus tidak dianggap sebagai penjahat, tetapi justru dilihat sebagai pahlawan oleh masyarakat Yogyakarta.
Pasti ada yang salah dengan polisi apabila mereka dianggap sebagai musuh oleh masyarakat. Ahli Hukum Tata Negara Irman Putra Sidin mengatakan, dalam sebuah negara boleh tidak ada pemerintah, tetapi tidak bisa tidak ada polisi. Kehidupan masyarakat akan chaos kalau tidak ada polisi di tengah masyarakat.
Inilah salah satu pekerjaan rumah yang harus dilakukan Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang baru, Komisaris Jenderal Sutarman. Setelah menerima estafet tongkat komando dari Jenderal Timur Pradopo, tugas pertama yang harus dilakukan Sutarman adalah mengembalikan polisi sebagai sahabat rakyat.
Bagaimana caranya? Polisi harus dikembalikan sebagai "pelindung, pengayom, dan pelayan" bagi masyarakat. Untuk itu polisi harus datang dan menyapa masyarakat. Polisi tidak boleh hanya duduk di kantor dan menunggu pengaduan dari masyarakat.
Sekarang ini polisi cenderung lebih menjadi "tuan" daripada "pelayan" masyarakat. Polisi jarang untuk mau berkumpul dan bergaul dengan masyarakat. Padahal polisi wilayah seharusnya setiap saat membangun komunikasi dengan rukun tetangga dan rukun warga agar mengetahui persoalan yang terjadi di wilayah tugasnya.
Dengan bergaul dan berkomunikasi dengan warga, polisi bisa menitipkan tugas-tugas pengamanan kepada masyarakat. Konsep keamanan rakyat semesta tidak hanya menumpukan semua tugas pengamanan kepada polisi, tetapi juga masyarakat ikut bertanggung jawab.
Apalagi dengan semakin meningkatnya kejahatan dan juga aksi terorisme, polisi seharusnya menjadikan masyarakat sebagai pemberi peringatan dini. Masyarakatlah yang memberikan laporan terhadap setiap kejanggalan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.
Itulah yang dipakai oleh negara-negara lain dalam menjaga ketertiban dan keamanan. Jepang misalnya, bisa menciptakan kehidupan yang tenteram, karena masyarakat ikut menjaganya. Masyarakat menjadi ujung tombak bagi polisi dalam menjaga keamanan wilayah.
Namun syaratnya, polisi harus selalu berada di tengah masyarakat. Di Jepang, masyarakat tidak pernah kesulitan untuk bisa menyampaikan laporan, karena polisi selalu datang ke tempat mereka. Kalau pun harus mendatangi pos polisi, tempatnya tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
Kita tidak lagi polisi seperti itu. Sekarang polisi sudah seperti priyayi. Mereka lebih suka duduk di kantor dan menunggu laporan masyarakat. Itu pun dengan pelayanan yang jauh dari memuaskan. Masyarakat bukannya dibuat mudah ketika datang ke Kantor Polisi, tetapi justru dipersulit.
Masyarakat sebenarnya sudah mengeluhkan hal itu. Bahkan sekarang ini, masyarakat kalau tidak terpaksa enggan untuk berhubungan dengan polisi. Istilah yang sering diucapkan: "lapor kehilangan kambing ke polisi, bisa malah kita kehilangan sapi."
Aneh kalau polisi tidak pernah mendengar satire yang diucapkan masyarakat. Namun sepertinya polisi tidak peduli terhadap keluhan masyarakat itu. Dengan sikap itu tidak usah heran apabila polisi dijauhi oleh masyarakat dan akibatnya sekarang polisi dianggap sebagai musuh masyarakat.
Sekali lagi, kita tentu tidak ingin kondisi ini terus berlanjut. Polisi harus menjadi bagian dari masyarakat dan polisi harus menjadi sahabat bagi masyarakat. Oleh karena yang berubah perilaku sekarang ini adalah polisi, maka polisilah yang harus memperbaiki sikapnya apabila memang ingin menjadi sahabat bagi masyarakat.
Salah satu yang perlu dilakukan adalah mengubah gaya hidup. Polisi hrus meninggalkan gaya hidup mewah, terutama para perwiranya. Tidaklah mungkin polisi bisa dekat dengan rakyat, apabila motor yang dipakai Harley Davidson atau menggunakan mobil Ferrari. Tidaklah mungkin polisi mau bergaul dengan rakyat sekitarnya, kalau rumahnya mewah dan dijaga oleh polisi.
Polisi harus kembali ke kehidupannya yang normal. Bukan berarti polisi harus hidup miskin, tetapi janganlah hidup berlebihan. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah paling utama bagi Kapolri Sutarman. Keamanan masyarakat akan bisa kita ciptakan apabila polisi dan masyarakat bersama-sama menjaganya.
0
1.6K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan