Dalam salinan nilai rapor pendidikan terakhir di semester 2 kelas 1 pada buku induk tersebut, tercatat prestasi pendidikan Bunda Putri tergolong kurang baik. Terdapat tiga mata pelajaran mendapat nilai di bawah rata-rata, tertulis dengan tinta merah. Yakni, pelajaran Olahraga dan Kesehatan, Bahasa Asing dan Program Pendidikan Keterampilan Agraria.
Sedangkan pada mata pelajaran program pendidikan umum seperti Agama nilainya 6 dan nilai 7 pada pelajaran Kesenian dan PMP. Begitu juga dengan nilai program pendidikan akademis, Bunda Putri meraih nilai 6 untuk pelajaran matematika dan fisika, sedangkan pada palajaran Bahasa Indonesia, Biologi dan Kimia meraih nilai 7.
Dalam Buku Induk tersebut tercatat data Non Nurlaela lahir di Jambi tanggal 27 April 1962 sesuai dengan data pada kartu keluarga (KK) yang dimiliki ketua RT 18 RW 05 Blok Cinangka Desa/Kecamatan Cilimus. Dalam kartu keluarga juga tercatat data putri tunggal Non Saputri bernama Peni Farnita Saputri lahir pada 2 November 1980 di Bandung dengan ayahnya bernama Dedi Apriadi.
Ketua RT 18 RW 05 Didi Supardi membenarkan, Bunda Putri yang kini tengah ramai diperbincangkan terkait kasus suap impor daging sapi yang menyeret mantan Presiden PKS Lutfhi Hasan Ishak, adalah warganya. Nama yang tertera pada KK adalah Enon Nurlaela S.
Begitu juga dengan foto Bunda Putri yang banyak ditayangkan televisi bersama sejumlah pejabat, adalah benar warganya yang tinggal di rumah cukup mewah belakang rumahnya.
Menurut Agung Laksono, ayah Bunda Putri adalah salah satu pendiri golkar, dan termasuk dalam angkatan 45. Ahmadi juga adalah atasan dari Agung Laksono dulunya
“Saya tahu siapa sosok Bunda Puteri. Ayahnya adalah bos saya yaitu Almarhum Haji Ahmadi Brigjen Purnawirawan,” tandas Agung saat ditemui di Kantor Kemenko Kesra, Jakarta, Selasa, (22/10/2013).
Agung mengungkapkan, dulunya Ahmadi merupakan Ketua DPD Golkar DKI Jakarta dan Dewan Harian Daerah (DHD) angkatan 45 di DKI Jakarta pada tahun 1982
Note, Agung Laksono mengatakan Bunda Putri tidak mengenal SBY, ane akan bahas ini nanti karena ane ga percaya. Mungkin tidak dengan nama Bunda Putri, tapi jelas SBY kenal dengan nama Siti Nurlela.
Eit Eit.... tunggu dulu.. Anak Ahmadi? .. cerita tidak semudah itu. Ahmadi hanya "dipaksa" untuk mengenalkannya sebagai anak. Well, mungkin dipaksa kurang tepat, tapi ngga tau gimana caranya, intinya Ahmadi memperkenalkan dia sebagai anaknya. Ayah Bunda Putri sendiri masih tidak diketahui, tetapi ibunya Asyariyah dikenal membesarkan Saputri seorang diri sebelum akhirnya menikah lagi dan memberikan Bunda Putri 7 saudara tiri.
Warga mengenal Bunda Putri sebagai Non Saputri, perempuan sukses dari Desa Cilimus. Mantan pejabat Desa Cilimus yang enggan disebutkan namanya menyebutkan Non lahir dari keluarga pas-pasan. Ibunya, Asyariyah, membesarkan Non tanpa bapak. Awalnya mereka tinggal di rumah kontrakan bersama dua kakak Non, yakni Nur dan Moro. Perempuan, yang oleh mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq bertugas mengondisikan para decision maker, itu, merupakan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga itu.
Asyariyah lantas menikah lagi dengan lelaki di Desa Cilimus. Pernikahan ini membuahkan tujuh anak, antara lain Otong, Cecep, Euis, Asep, Yaya, Diding, dan Tata. Setelah pernikahan kedua ini, Asyariyah mengadu nasib ke luar desa. Ia pernah merantau ke Kalimantan dan menjadi tenaga kerja wanita di Timur Tengah.
Bunda Putri sekolah di SMP Pertiwi tahun 1975, dan kemudian hanya sampai kelas 1 di SMA Cilimus, sesuai dengan investigasi tim Liputan 6
Untuk mendapatkan cerita masa kecil Bunda Putri ini, tim bergerak ke salah satu sekolah SMP Pertiwi, tempat sang Bunda menuntut ilmu. Di sekolah ini, Bunda putri yang bernama Nurlela ini masuk menjadi siswi angkatan pertama pada 1975 silam.
Semasa sekolah, Bunda Putri atau yang akrap disapa teman sebayanya dengan panggilan Non memang tergolong anak yang supel dan baik dalam berteman.
"Dia anak yang supel dan baik menjalin pertemanan," kata Jusa Abdilla, mantan guru Bunda Putri kepada Liputan 6 SCTV.
Penelusuran dilanjutkan ke SMA Cilimus, tempat Non Nurlela menempuh pendidikan sekolah lanjutannya. Dari data buku induk yang dimiliki SMA ini, Non Nurlaela hanya mengenyam pendidikan di kelas 1.
Kemudian setelah itu menurut pengakuannya ke pejabat Kepulauan Riau, dia melanjutkan ke salah satu perguruan tinggi ternama di Bandung menurut cerita salah seorang di pertanian, tetapi sewaktu di konfirmasi, Dradjad Santoso tidak mengenalnya.
TEMPO.CO, Jakarta - Non Saputri alias Bunda Putri sering mengaku-ngaku alumnus jurusan teknik minyak Institut Teknologi Bandung angkatan 1975. Banyak pejabat yang percaya dengan pengakuan itu karena Bunda Putri pernah menjadi penasihat khusus Petronas ketika perusahaan minyak pemerintah Malaysia itu mengincar Blok Alpha-D di Laut Natuna.
.
.
Namun, Dradjad Santoso malah bingung ketika ditanya apakah di kelasnya dulu ada nama Non Saputri. Spesialis reservoir di Pertamina itu angkatan 1975 jurusan minyak ITB. “Tak ada nama Non Saputri,” kata dia. Menurut Dradjad, teman sekelasnya hanya 10 orang, dan hanya satu perempuan yang meninggal dua tahun lalu.
Dan kemudian menikah dengan seorang pemilik hotel warga negara perancis, bernama Bernard Taramin sesuai dengan pengakuan menantunya, yaitu Aldi Djemat
Detail jejak Non selepas dari kampung desa luput dari perhatian warga dusun. Setahu mereka Non merantau ke Jakarta dan sukses. Kisah sukses Non yang terekam warga diawali dengan perkimpoiannya dengan seorang warga negara Prancis. Mereka tidak ingat namanya. Tapi mantan menantu Non, Bernaldi Kadir Djemat alias Aldi, menyebutkan nama Bernard Tamarin. Pernikahan ini membuahkan anak semata wayang, Peni Fernita Saputri, mantan istri Aldi. Peni dikenal sebagai seorang artis.
Bunda putri pun sempat menikah dengan Hasanudin Ibrahim atau Odeng menurut Otong yang adalah adik bunda putri.
Spoiler for detik:
Quote:
Jakarta - Hasanudin Ibrahim atau yang sering dipanggil Odeng tetap bungkam ketika ditanya soal Bunda Putri. Dirjen Hortikultura Kementan ini dinyatakan sebagai suami Bunda Putri oleh Otong (adik Bunda Putri).
Usai rapat kerja di DPR RI bersama Mentan Suswono, Senin (21/10/2013) ia lantas bergegas menuju parkiran. Spontan wartawan pun mengejarnya untuk menanyai soal sosok Bunda Putri.
Setengah berlari, kepalanya terus tertunduk tanpa menanggapi pertanyaan wartawan. Sejumlah pertanyaan pun dilontarkan, seperti status pernikahannya saat ini, namun tak dijawab. Terakhir, wartawan bertanya, apakah masih sering mengunjungi rumah Bunda Putri di Cilimus, Kuningan?
"Tidak, sudah selesai," jawabnya lirih namun tegas.
Sepak terjang Bunda Putri
Alasan mengapa KPK kesulitan menjerat bunda putri, dan mengapa bunda putri juga ikut terlibat dalam banyak urusan politik di negeri ini adalah pekerjaan dia. Jadi apa pekerjaan dia? Kalau di negara maju, pekerjaan ini disebut sebagai Lobbyist.
Apakah itu lobbyist?
Contoh lobbyist adalah Peter Cruddas dan Duberstein. Siapakah Peter Cruddas? Ingat kasus Perdana Menteri David Cameron di Inggris? Harga Peter Cruddas adalah 250 ribu Poundsterling. Setelah membayar jasa lobi, Peter akan berusaha mempertemukan client dengan David Cameron.
Atau ingat kasus akuisisi Yahoo oleh Alibaba di Amerika? Pada saat itu Amerika tidak menyukai Alibaba, dan tidak setuju Yahoo dibeli oleh Alibaba. Duberstein disewa untuk melunakkan para politisi supaya alibaba bisa membeli Yahoo.
Jadi singkatnya, bunda putri, biarpun kelihatannya aktif dalam kasus korupsi di negara ini, bunda putri sendiri memang tidak ikut ikutan ke dalam kasus tersebut. Pekerjaan dia hanya sebatas mempertemukan kedua belah pihak. Soal apa kelanjutan kedua belah pihak tersebut sudah bukan urusannya. Contoh seperti Duberstein dan Peter Cruddas, Tugas Peter hanya mempertemukan client nya dengan PM David Cameron. Setelah clientnya bertemu, apakah clientnya akan membunuh David, itu sudah bukan urusannya. Dia sendiri tidak ikut ikut dalam pertemuan tersebut, tugasnya selesai setelah David Cameron setuju untuk membuat janji pertemuan dengan client tersebut. Atau dalam kasus Duberstein, apakah nantinya Yahoo akan dimatikan dan menjadi Alibaba, dan membuat masyarakat amerika marah, itu sudah bukan lagi salah Duberstein. Tugas Duberstein selesai sewaktu para politisi setuju Yahoo dibeli oleh Alibaba. Dengan latar belakang tersebut, sulit bagi KPK untuk menjerat Bunda Putri. Karena walaupun hasil lobi nya digunakan untuk korupsi, Bunda Putri sendiri tidak terlibat dan tidak tahu menahu mengenai kebijakan untuk hasil lobi dia tersebut. Karena itu KPK pun tidak begitu berminat menangkap bunda putri. Dan bunda putri pun ditakuti, karena biarpun dia tidak ikut ikut, dia tahu kartu mati semua pejabat. Tahu bukan berarti punya bukti ya. Dia hanya mendengar dari relasi relasinya.
Untuk pekerjaannya itu, maka relasi dan jaringan bunda putri sangat luas. Seperti diutarakan oleh Faisal Basri berikut ini:
Banyak kicauan di twitter yang menayangkan foto saya dengan Bunda Putri. Di foto itu ada seorang lagi yang saya tak ingat siapa gerangan nama dan latar belakangnya. Lebih banyak lagi komentar dan pertanyaan yang diajukan pada saya. Sejumlah wartawan juga bertanya tentang hubungan saya dengan Bunda Putri. Senin malam (21/9) ada yang bercerita muncul lagi foto saya bersama Bunda Putri di salah satu stasiun televisi swasta. Saya tidak mengomentari kicauan di twitter, juga tidak bersedia menjawab pertanyaan wartawan. Semoga tulisan ini menjadi penggantinya.
Saya pertama kali bertemu Bunda Putri tahun 2007 di coffee shop hotel Le Meridien, diperkenalkan oleh Kosasih yang juga baru saya kenal ketika itu. Perkenalan dengan Kosasih lewat Azwar Zulkarnaen, rekan saya di Pergerakan Indonesia. Kosasih dan Azwar berkecimpung dalam bisnis tambang batubara. Bunda Putri menemui saya setelah bertemu dengan seorang menteri Somalia yang sedang berkunjung di Jakarta. Entah apa urusannya, Bunda Putri tak bercerita.
Saya diajak bertemu Bunda Putri oleh Azwar karena menurutnya Bunda Putri hendak memberikan gambaran tentang peta politik di Jakarta. Kala itu saya berniat mengikuti konvensi bakal calon gubernur Jakarta yang diselenggarakan oleh PDI-Perjuangan. Menurut Azwar, Bunda Putri adalah anak dari Ahmadi, ketua DPD Golkar Jakarta di zaman Soeharto.
Pertemuan berlangsung singkat karena malam menjelang larut. Tak banyak yang dibicarakan. Analisis Bunda Putri tentang peta politik Jakarta pun tak ada yang baru dan kontak tak berlanjut. Saya lebih banyak meminta nasehat politik dari Sarwono Kusumaatmaja, sejak dulu hingga pilkada 2012 yang lalu.
Setelah cukup lama tak bertemu, staf Bunda Putri bernama Rudi mengundang saya bertemu Bunda Putri di coffee shop hotel Grand Hyatt. Saya diperkenalkan dengan orang-orang yang lebih dulu tiba dan beberapa orang dari Petronas Malaysia. Sempat juga bertemu dengan Marzuki Usman, mantan menteri pariwisata, tapi ia tak ikut dalam pertemuan ini. Kesan saya Bunda Putri sudah kenal lama dan cukup akrab dengan Marzuki Usman. Dengan berjalannya waktu, saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri betapa luas relasi Bunda Putri. Pada acara ulang tahun Bunda Putri saya bertemu dengan Andi Malarangeng dan beberapa pejabat. Pernah juga diajak bertemu dengan Purnomo Yusgiantoro di ruang VIP bandara Supadio, Pontianak. Saya sudah beberapa kali bertemu dengan Pak Pur, sekali di kediamannya. Di rumah Bunda Putri di Pondok Indah berjejeran foto Bunda Putri dengan para pejabat. Tak pelak lagi, Bunda Putri memang kenal banyak orang penting di negeri ini.
Saya tertarik mendengar kisah Petrronas yang telah memenangi konsesi ladang gas Kapodang, blok Muria. Menurut rencana, gas ini akan dialirkan ke PLTGU Tambak Lorok. Kontrak sudah ditandatangani antara Petronas dan PT. PLN. Namun, ada masalah dengan transmisi pipa yang akan menyalurkan gas dari ladang Kapodang ke PLTGU Tambak Lorok. Yang akan membangun jaringan pipa adalah Bakrie Group. Perundingan dengan Bakrie Group tak kunjung tuntas, molor bertahun-tahun, sehingga PLTGU hingga kini tak dioperasikan. Betapa besar kerugian negara kalau PLTGU itu dioperasikan tanpa pasokan gas sehingga harus menggunakan BBM. Besarnya potensi kerugian negara akibat keterlambatan realisasi pembangunan transmisi pipa ini sudah dihitung oleh BPK. Laporan BPK saya peroleh dari Rudi, staf Bunda Putri. Kalau tak salah, dalam tiga tahun kerugiannya hampir sama dengan dana yang dikucurkan ke Bank Century, sekitar Rp 6 triliun.
Berdasarkan laporan BPK dan tambahan informasi yang saya peroleh dari pejabat PT PLN, saya sempat menulis potensi kerugian negara ini. Dengan suka cita dan sukarela saya menulis dan memaparkan kasus ini dalam berbagai kesempatan.
Bunda Putri sangat dihormati oleh para pejabat Petronas. Bunda Putri boleh dikatakan sebagai pelobi Petronas, tak hanya di Indonesia melainkan juga di Timur Tengah atau Afrika. Itulah barangkali yang menjelaskan mengapa Bunda Putri kenal dengan menteri Somalia.
Cerita Bunda Putri dan stafnya tentu saja lebih detail dan membuat yang mendengarkannya geram terhadap sepak terjang Bakrie Group. Yang saya tuliskan sebatas fakta yang saya baca dalam laporan BPK dan informasi dari internal PT PLN. Informasi dari internal PT PLN, Laporan BPK, serta penjelasan Bunda Putri dan stafnya klop.
Saya pun diceritakan tentang keterlibatan Bunda Putri membantu kelistrikan di Kalimantan Barat. Saya tak terlibat sama sekali. Cuma sempat diperkenalkan dengan pihak pemasok listrik dari Sarawak yang hendak menjual listrik ke Kalimantan Barat. Penjualan listrik ini sudah terwujud. Sebagian wilayah Kalimantan Barat beroleh aliran listrik dari Malaysia. PT PLN yang membangun saluran transmisinya.
Kami beberapa kali bertemu di Pontianak karena saya kebetulan sudah hampir 10 tahun mengajar di Universitas Tanjung Pura sampai sekarang. Beberapa kali kebetulan waktu mengajar bersamaan dengan kehadiran Bunda Putri di Pontianak. Bunda Putri mengenal banyak pejabat di Kalimantan Barat. Di mata Bunda Putri, saya tak asing dengan kondisi Pontianak khususnya dan Kalimantan Barat umumnya. Dengan latar belakang itu, saya diminta menjadi anggota tim percepatan investasi di Kalimantan Barat. Seingat saya, Bunda Putri sebagai ketuanya. Surat Keputusan tim ini resmi ditandatangani oleh Gubernur Kalimantan Barat. Sekretaris tim adalah Ketua Bappeda Kalimantan Barat.
Kalau tak salah ingat, sebagai anggota tim saya terlibat dalam tiga kesempatan. Pertama, bertemu dengan Gubenur Kalimantan Barat di rumah dinas Gubernur. Kedua, menjadi pembicara seminar di kantor gubernur dengan tema percepatan pembangunan di Kalimantan Barat. Ketiga, ikut mendampingi delegasi calon investor dari China yang berkunjung ke Kalimantan Barat. Saya hanya menyertai beberapa pertemuan di Pontianak. Dalam setiap pertemuan itu, beberapa jajaran setingkat dinas memaparkan potensi ekonomi Kalimantan Barat di hadapan delegasi China.
Bunda Putri dan stafnya pernah pula bercerita tentang pabrik pupuk di Kalimantan Barat yang dimiliki Bunda Putri. Bunda Putri senang tanaman. Ia merupakan alumnus IPB, kalau tidak salah seangkatan dengan ekonom Iman Sugema.
Kontak dengan Bunda Putri selebihnya sebatas ngobrol dengan kerabat Bunda Putri, mulai dari pengacara, politisi, pengusaha, pejabat pemda, dan sanak familinya. Rasanya saya lebih sering tak bisa hadir karena biasanya pemberitahuan acara pertemuan sangat mendadak. Kalau sedang luang, baru saya datang. Tak pernah saya bertemu hanya berdua dengan Bunda Putri. Hampir semua pertemuan biasanya meriah dengan banyak pesertanya. Kadang sekedar makan malam bersama.
Siapa pun yang pernah berjumpa dengan Bunda Putri sangat boleh jadi punya kesan Ibu Putri memiliki relasi yang luas, bicaranya lugas tanpa tedeng aling-aling. Dalam suatu kunjungan di Pontianak, saya berjumpa dengan Adik dari Wakil Presiden, pensiunan BI bernama Ibu Tuti. Tak ada urusan politik dan bisnis yang kami bicarakan. Ibu Tuti bicara tentang kegiatan sosial dan kesenian. Kebetulan Kepala BI Pontianak adalah mantan koleganya di BI. Jadi, pertemuan itu juga dihadiri oleh Kepala BI Pontianak.
Satu hal kecil yang teringat, Bunda Putri gemar menyantap durian. Larut malam sekalipun, kalau sedang musim durian, Bunda Putri hampir selalu mengajak rombongan ke sentra durian di Pontianak. Sewaktu menghadiri acara pernikahan putra pejabat Petronas di Kuala Lumpur pun, tengah malam kami mendatangi pasar rakyat untuk menyantap durian.
Begitulah sekelumit pengenalan dan interaksi saya dengan Bunda Putri. Sudah hampir dua tahun saya tak berjumpa dengan sosok yang mendadak sontak menjadi tokoh misterius. Di mata saya, rasanya ia sosok yang tidak teramat misterius. Ia sosok yang hangat, seorang ibu yang memiliki anak perempuan semata wayang yang telah mengaruniainya seorang cucu lelaki. Yang membuat dia semakin misterius adalah komentar Presiden yang mengatakan 2.000 persen tak mengenalnya dan para petinggi PKS yang begitu saja menelan mentah-mentah apa yang mereka dengar dari ucapan Bunda Putri. Entahlah.
Dari sana jelas terlihat bahwa bunda putri juga tidak menyukai tindak tanduk Bakrie yang merugikan negara. Dia memberikan detil lengkap mengenai sepak terjang Bakrie. Faisal Bakrie juga mengungkapkan, bahwa Bunda juga memiliki relasi dengan pangeran Somalia. Demikian pula untuk membantu KalBar, Bunda Putri yang menegosiasikan masuknya listrik disana. Selain itu dia juga membantu negosiasi delegasi China. Dalam hal ini, kelihatannya dia dikontrak sebagai negosiator China.
Selain itu Andi Mallarangeng juga pernah membuka turnamen catur di rumah Bunda Putri. Jadi agan semua bisa membayangkan bagaimana dekatnya mereka. Berikut adalah kutipan dari Ketua RT Bunda Putri
‘’Waktu itu Bunda Putri mengadakan turnamen catur dan gapleh (kartu) di rumahnya,’’ ujar Ketua RT 18 RW 05 Dusun Wage, Desa/Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Didi Supriadi, saat ditemui ROL di rumahnya, kemarin.
Didi mengatakan, banyak warga yang mengikuti turnamen tersebut. Hadiahnya, berupa kaos dan rokok. Namun, lanjut Didi, hal lain yang menarik minat warga untuk datang ke rumah Bunda Putri adalah adanya informasi mengenai kedatangan Andi Mallarengeng. Warga ingin melihat sosok Andi Mallarangeng yang sebelumnya hanya bisa mereka lihat di televisi.
‘’Dan kami memang melihat Andi Mallarangeng (di rumah Bunda Putri),’’ tegas Didi. Namun, sepengetahuannya, Andi Mallarangeng malam itu menginap di sebuah hotel di Kabupaten Kuningan.