- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Terapi Baru Disfungsi Ereksi (DE) "Tanpa Obat"


TS
tehe
Terapi Baru Disfungsi Ereksi (DE) "Tanpa Obat"
Spoiler for Penjelas Disfungsi Ereksi (DE):
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan untuk memperoleh atau mempertahankan ereksi yang cukup, untuk melakukan hubungan suami istri yang memuaskan. Kondisi ini setidaknya harus terjadi dalam 3 bulan, secara terus menerus. “Jika DE yang terjadi hilang timbul, mungkin karena ada stressor dan tidak masuk kategori DE,” jelas dr. Ponco Birowo, SpU, PHd.
Penyebab DE karena berbagai factor: gaya hidup dalam hal ini merokok, kurang olahraga, stress dan obesitas. Bisa karena penyakit diabetes mellitus, hiperkolesterol, penyakit jantung dan hipertensi. Atau karena gangguan psikis (DE phsycogenic). Kalau DE organic dibagi 2: DE neurogenic dan vasculogenic, di mana DE memang karena organnya, misal karena gangguan vaskularisasi.
Penyebab DE karena berbagai factor: gaya hidup dalam hal ini merokok, kurang olahraga, stress dan obesitas. Bisa karena penyakit diabetes mellitus, hiperkolesterol, penyakit jantung dan hipertensi. Atau karena gangguan psikis (DE phsycogenic). Kalau DE organic dibagi 2: DE neurogenic dan vasculogenic, di mana DE memang karena organnya, misal karena gangguan vaskularisasi.
Spoiler for Terapi DE Konvensional:
Berdasar guideline, terapi DE dibagi 3: terapi lini pertama, lini kedua dan lini ketiga. Terapi lini pertama, ditujukan untuk mengobati semua faktor yang reversible seperti diabetes, hipertensi dan hiperkoleterol. Modifikasi gaya hidup dengan menghindari rokok, menurunkan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik.
Baru kemudian pemberian obat-obatan seperti PDE5-inhibitor. “Sayangnya, PDE5-inhibitor hanya bekerja ketika ada rangsangan” tambah dr. Ponco. Singkatnya, Nitric Oxide (NO) dibuat dengan rangsangan, NO yang terbentuk selanjutnya menciptakan zat yang merelaksasi GTP, cGMP. cGMP selanjutnya dipertahankan oleh PDE5 inhibitor untuk ereksi.
Pasien dengan defisiensi androgen, yang bisa dilakukan adalah mengatasi defisiensi androgen dengan terapi hormone. Bisa juga menggunakan vacuum constrictions, yang bertujuan memaksa pembuluh darah di penis berkembang hingga tercapai ereksi. Setelah ereksi, bagian pangkal penis ditahan atau dijepit menggunakan karet untuk mempertahankannya, atau agar darah tetap bertahan di corpus cavernosum. Sayangnya alat ini membuat penis kesemutan, sehingga tidak nyaman.
Terapi lini kedua DE, dengan menyuntikkan cairan intra carvernosum untuk mempertahankan ereksi. Bisa dengan medicated uretheral system for erection, tapi terapi ini tidak banyak digunakan karena urethra tidak bisa melakukan penyerapan obat dengan baik.
Terapi lini ketiga DE, adalah dengan mengganti corpus cavernosum dengan silicon prosthesis. Kekurangannya, penis akan tegang terus selama 24 jam. Bila tidak digunakan penis bisa ditekuk, tapi pasien merasa tidak nyaman. Teknik lain menggunakan inflatable penile prosthesis. Alat ini menggunakan cairan untuk mengisi prosthesis yang sebelumnya sudah ditanamkan di penis, agar bisa tegang. Jika tidak diperlukan cairan bisa dikosongkan.
Baru kemudian pemberian obat-obatan seperti PDE5-inhibitor. “Sayangnya, PDE5-inhibitor hanya bekerja ketika ada rangsangan” tambah dr. Ponco. Singkatnya, Nitric Oxide (NO) dibuat dengan rangsangan, NO yang terbentuk selanjutnya menciptakan zat yang merelaksasi GTP, cGMP. cGMP selanjutnya dipertahankan oleh PDE5 inhibitor untuk ereksi.
Pasien dengan defisiensi androgen, yang bisa dilakukan adalah mengatasi defisiensi androgen dengan terapi hormone. Bisa juga menggunakan vacuum constrictions, yang bertujuan memaksa pembuluh darah di penis berkembang hingga tercapai ereksi. Setelah ereksi, bagian pangkal penis ditahan atau dijepit menggunakan karet untuk mempertahankannya, atau agar darah tetap bertahan di corpus cavernosum. Sayangnya alat ini membuat penis kesemutan, sehingga tidak nyaman.
Terapi lini kedua DE, dengan menyuntikkan cairan intra carvernosum untuk mempertahankan ereksi. Bisa dengan medicated uretheral system for erection, tapi terapi ini tidak banyak digunakan karena urethra tidak bisa melakukan penyerapan obat dengan baik.
Terapi lini ketiga DE, adalah dengan mengganti corpus cavernosum dengan silicon prosthesis. Kekurangannya, penis akan tegang terus selama 24 jam. Bila tidak digunakan penis bisa ditekuk, tapi pasien merasa tidak nyaman. Teknik lain menggunakan inflatable penile prosthesis. Alat ini menggunakan cairan untuk mengisi prosthesis yang sebelumnya sudah ditanamkan di penis, agar bisa tegang. Jika tidak diperlukan cairan bisa dikosongkan.
Spoiler for Modifikasi Gaya Hidup:
http://www.alpinehealth.co.in/images/LIFESTYLE%20MODIFICATION-2.jpg
Spoiler for Obat PDE5 Inhibitor:
http://yuanadesukma.files.wordpress.com/2011/05/viagra-and-pills.jpg
Spoiler for Testosterone terapi:
http://choosefit.com/wp-content/uploads/2011/10/testosterone-21410.jpg
Spoiler for Vacuum Costriction:
http://www.studentozdoc.com.au/public/album_photo/06/0f/0ef7_f64b.JPG?c=ba49
Spoiler for Terapi DE Moderen:
Sampai tahun 2000, terapi untuk DE umumnya tidak bekerja dengan baik. Selain ada efek samping dan sering dikeluhkan pasien. Harganya juga relative mahal. “Sebuah penelitian menyatakan, angka drop out penggunaan PDE5 inhibitor mencapai 67,5%. Dari sini banyak yang berpikir untuk menciptakan terapi baru, yang bisa memberi manfaat bagi penderita DE,” jelas Dr.dr. Nur Rasyid, SpU.
Ada beberapa terapi baru untuk DE, antaranya; New PDE5-inhibitor, terapi kombinasi, Low-intensity Extracorporeal Shockwave Therapy (Li-ESWT), serta beberapa terapi yang akan ada di masa mendatang. PDE5 inhibitor yang baru di antaranya: udenafil, mirodenafil, lodenafil, avanafil. Secara garis besar, semua gugusnya sama dengan PDE5 inhibitror versi sebelumnya yaitu sildenavil, tadalavil dan verdenavil. Yang membedakan hanya rantai karbonnya.
Terapi kombinasi yang dimaksud adalah, penggunaan PDE5 inhibitor ditambah salah satu terapi, seperti vacuum constriction device, intra urethral alprostadil, intra cavernous injection, androgen supplementation. Perlu diingat, semakin banyak menggunakan obat, risiko efek samping semakin besar.
Saat ini, terapi yang menjadi harapan penderita DE adalah Li-ESWT. Prinsip terapi ini adalah menggunakan gelombang kejut, yang dihasilkan mesin atau generator dan kemudian di salurkan melalui probe. “Ini terapi revolusioner untuk gangguan disfungsi ereksi (DE),” ujar Prof. Dr. Hadiarto Mangunnegoro, SpP(K), FCCP, Direktur Rumah Sakit Asri di Jakarta.
Terapi terbaru untuk DE, dan mungkin bisa menjadi harapan di masa yang akan datang adalah hydrogen sulfide dan gene therapy. Dalam penelitian, prinsip kerja hydrogen sulfide adalah dengan menurunkan kadar kalsium di otot polos corpus cavernosum; hampir sama dengan prinsip kerja PDE5-inhibitor. Sementara gene therapy, bekerja dengan cara menambah pompa kalium, sehingga kalsium di otot polos corpus cavernosum berkurang.
Ada beberapa terapi baru untuk DE, antaranya; New PDE5-inhibitor, terapi kombinasi, Low-intensity Extracorporeal Shockwave Therapy (Li-ESWT), serta beberapa terapi yang akan ada di masa mendatang. PDE5 inhibitor yang baru di antaranya: udenafil, mirodenafil, lodenafil, avanafil. Secara garis besar, semua gugusnya sama dengan PDE5 inhibitror versi sebelumnya yaitu sildenavil, tadalavil dan verdenavil. Yang membedakan hanya rantai karbonnya.
Terapi kombinasi yang dimaksud adalah, penggunaan PDE5 inhibitor ditambah salah satu terapi, seperti vacuum constriction device, intra urethral alprostadil, intra cavernous injection, androgen supplementation. Perlu diingat, semakin banyak menggunakan obat, risiko efek samping semakin besar.
Saat ini, terapi yang menjadi harapan penderita DE adalah Li-ESWT. Prinsip terapi ini adalah menggunakan gelombang kejut, yang dihasilkan mesin atau generator dan kemudian di salurkan melalui probe. “Ini terapi revolusioner untuk gangguan disfungsi ereksi (DE),” ujar Prof. Dr. Hadiarto Mangunnegoro, SpP(K), FCCP, Direktur Rumah Sakit Asri di Jakarta.
Terapi terbaru untuk DE, dan mungkin bisa menjadi harapan di masa yang akan datang adalah hydrogen sulfide dan gene therapy. Dalam penelitian, prinsip kerja hydrogen sulfide adalah dengan menurunkan kadar kalsium di otot polos corpus cavernosum; hampir sama dengan prinsip kerja PDE5-inhibitor. Sementara gene therapy, bekerja dengan cara menambah pompa kalium, sehingga kalsium di otot polos corpus cavernosum berkurang.
Spoiler for Terapi Menggunakan Li-ESWT:
Gelombang kejut ditemukan saat pesawat dengan kecepatan supersonic menembus udara, di situ timbul gelombang kejut. Sejarah Li-ESWT tak lepas dari pendahulunya yaitu ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy), yakni metode non-operatif menggunakan mesin berteknologi tinggi, yang dapat memecah batu pada saluran kemih dengan mengonsentrasikan gelombang kejut (shock wave) dari luar tubuh. Teknologi ini sudah dikenal sejak tahun 1980.
Seiring waktu dan berkembangnya teknologi, tahun 2000-an teknologi gelombang kejut mulai digunakan untuk penanganan penyakit jantung dan di bidang ortopedi. Menyusul kemudian di bidang neurologi dan dermatology. Di bidang jantung, teknologi gelombang kejut digunakan untuk neovascularisasi pembuluh darah baru.
“Karena butuh waktu cukup lama, paling tidak 9 minggu, alat ini tidak popular di kalangan kardiology” jelas Dr. Nur Rasyid. Kalah dengan stent atau pemasangan cincin dan CABG (Coronary Arteri Bypass Grafting), yang mampu membentuk pembuluh darah baru, dan langsung memberikan hasil positif bagi pasien. Di bidang orthopedic, teknologi gelombang kejut digunakan untuk memperbaiki trauma sendi atau trauma otot, dan hingga saat ini masih banyak digunakan.
Atas dasar konsep neovascularisasi yang bisa dibuat oleh gelombang kejut, kemudian diaplikasikan untuk disfungsi ereksi vasculogenic. Li-ESWT terdiri dari beberapa komponen, yaitu generator untuk membuat dan mengirimkan gelombang electric, yang kemudian dikirim ke alat yang dinamakan probe. Di probe, ada bermacam instrument. Ada yang sifatnya electromagnetic, spare gape, piezoelectric. Untuk batu ginjal, dibutuhkan pusat gelombang kejut yang kecil. Dengan tujuan agar batu bisa dipukul, tetapi organ lainnya tidak. Pada pengobatan DE, gelombang kejut tidak terfokus tetapi lebih lebar dan dengan tekanan yang minim.
Untuk memecah batu saluran kemih, dibutuhkan tekanan 900 bar. Karena tekanan yang tinggi inilah sebelum terapi, sistim pembekuan darah pasien bekerja dengan baik atau tidak, menghentikan konsumsi obat pengencer darah minimal 5-7 hari, sebelum terapi. Tidak popular penggunaannya untuk jantung, muncul ide untuk dimanfaatkan sebagai terapi DE, yang disebabkan masalah vaskuler. Tekanan gelombang kejut untuk DE antara 100 bar, mulai digunakan tahun 2010.
Cara kerja Li-ESWT adalah dengan menghasilkan gelombang kejut. Gelombang kejut ini menimbulkan shear stress dalam jaringan yang ditembak. “Adanya shear stress kemudian menyebabkan respon, di dalam mau pun di luar sel. Selanjutnya menstimulus NO shyntitase lebih banyak. Terbentuk growth factor, zat yang akan membentuk endotel vascular baru, yang juga membentuk sel proliverasi dalam darah dan terbentuklah aliran darah baru. Kondisi inilah yang meningkatkan aliran darah local di penis” jelasnya.
Seiring waktu dan berkembangnya teknologi, tahun 2000-an teknologi gelombang kejut mulai digunakan untuk penanganan penyakit jantung dan di bidang ortopedi. Menyusul kemudian di bidang neurologi dan dermatology. Di bidang jantung, teknologi gelombang kejut digunakan untuk neovascularisasi pembuluh darah baru.
“Karena butuh waktu cukup lama, paling tidak 9 minggu, alat ini tidak popular di kalangan kardiology” jelas Dr. Nur Rasyid. Kalah dengan stent atau pemasangan cincin dan CABG (Coronary Arteri Bypass Grafting), yang mampu membentuk pembuluh darah baru, dan langsung memberikan hasil positif bagi pasien. Di bidang orthopedic, teknologi gelombang kejut digunakan untuk memperbaiki trauma sendi atau trauma otot, dan hingga saat ini masih banyak digunakan.
Atas dasar konsep neovascularisasi yang bisa dibuat oleh gelombang kejut, kemudian diaplikasikan untuk disfungsi ereksi vasculogenic. Li-ESWT terdiri dari beberapa komponen, yaitu generator untuk membuat dan mengirimkan gelombang electric, yang kemudian dikirim ke alat yang dinamakan probe. Di probe, ada bermacam instrument. Ada yang sifatnya electromagnetic, spare gape, piezoelectric. Untuk batu ginjal, dibutuhkan pusat gelombang kejut yang kecil. Dengan tujuan agar batu bisa dipukul, tetapi organ lainnya tidak. Pada pengobatan DE, gelombang kejut tidak terfokus tetapi lebih lebar dan dengan tekanan yang minim.
Untuk memecah batu saluran kemih, dibutuhkan tekanan 900 bar. Karena tekanan yang tinggi inilah sebelum terapi, sistim pembekuan darah pasien bekerja dengan baik atau tidak, menghentikan konsumsi obat pengencer darah minimal 5-7 hari, sebelum terapi. Tidak popular penggunaannya untuk jantung, muncul ide untuk dimanfaatkan sebagai terapi DE, yang disebabkan masalah vaskuler. Tekanan gelombang kejut untuk DE antara 100 bar, mulai digunakan tahun 2010.
Cara kerja Li-ESWT adalah dengan menghasilkan gelombang kejut. Gelombang kejut ini menimbulkan shear stress dalam jaringan yang ditembak. “Adanya shear stress kemudian menyebabkan respon, di dalam mau pun di luar sel. Selanjutnya menstimulus NO shyntitase lebih banyak. Terbentuk growth factor, zat yang akan membentuk endotel vascular baru, yang juga membentuk sel proliverasi dalam darah dan terbentuklah aliran darah baru. Kondisi inilah yang meningkatkan aliran darah local di penis” jelasnya.
Spoiler for Hasil Terapi Dengan Li-ESWT :
Studi mengenai Li-ESWT sudah dimulai tahun 2000. Dimulai pada binatang dan telah diujikan pada manusia. Beberapa teori yang didapat dari penelitian sebelumnya, diteliti lagi dalam berbagai level dan terbukti bahwa terjadi neovascularisasi pembuluh darah.
Dalam penelitian oleh Yoram Vardi dan kawan-kawan, dan dipublikasikan di European Urology Journal (2010), Li-ESWT digunakan untuk terapi DE vasculogenik pada 20 pasien, dengan International Index of Erectile Functions (IIEF) 5-19. Ke-20 responden ini masih memberi respon terhadap terapi PDE5i.
Dalam penelitian, responden mendapat setidaknya 5 tembakan di daerah penis. Masing-masing tempat mendapat sekitar 300 tembakan dan dibutuhkan setidaknya 12 kali pertemuan. Bisa dikatakan, setiap responden mendapat total tembakan 18.000 kali. Terapi dilakukan 2x seminggu. Interval terapi dilakukan pada minggu 1-3. Pada minggu ke 4-6 pasien tidak mendapat terapi, tujuannya untuk pembentukan pembuluh darah baru. Pada minggu ke 7-9 dilakukan terapi yang sama. Total 12 sesi pertemuan membutuhkan waktu 9 minggu.
Hasil penelitian ini menunjukan, 5 pasien tidak lagi memerlukan pengobatan untuk ereksi; 15 pasien atau 75% meningkat skor ereksinya dari 13,5 menjadi 20,6; berbeda secara signifikan. Sekitar 50% responden tidak lagi memerlukan terapi PDE5i. Semantara 5 responden masih memerlukan PDE5i tapi hanya sesekali.
Penelitian mengenai Li-ESWT juga dilakukan pada mereka yang tidak respon terhadap PDE5-inhibitor. Penelitian Ilan Gruenwald dan kawan-kawan dipublikasikan di Sex Medicine Journal (2012). Dalam penelitian ini diikutsertakan 29 pasien dengan rata-rata usia 62 tahun.
Mekanisme terapi sama dengan penelitian sebelumnya. Hasilnya, erection hardness score (EHS) pasien yang tadinya di bawah 2, setelah terapi 10 pasien langsung bisa ereksi tanpa obat. Sebanyak 75% responden mampu ereksi lebih baik ketika ditambah PDE5 inhibitor. Dalam follow up 1 berikutnya pasien masih bisa ereksi dengan baik.
Atas dasar ini, EAU guideline in sexual dysfunction 2013 menyatakan, Li-ESWT memiliki potensial rehabilitative karakteristik untuk pasien DE. Belum dijelaskan level of evident-nya apa, tetapi dikatakan menjanjikan untuk terapi DE.
Li-ESWT aman diberikan pada pasien. Dengan alat ini, penderita DE tidak lagi bergantung pada obat, dalam hal ini PDE5 inhibitor. Sebanyak 70% kasus DE memberi respon yang baik pada terapi ini. Diharapkan ini bisa menjadi terobosan baru di bidang infertilitas, khususnya mengatasi masalah DE, yang angka kejadiannya cukup banyak di Indonesia. Untuk 12 sesi pertemuan atau per paketnya dihargai sekitar Rp. 30 juta.
Dalam penelitian oleh Yoram Vardi dan kawan-kawan, dan dipublikasikan di European Urology Journal (2010), Li-ESWT digunakan untuk terapi DE vasculogenik pada 20 pasien, dengan International Index of Erectile Functions (IIEF) 5-19. Ke-20 responden ini masih memberi respon terhadap terapi PDE5i.
Dalam penelitian, responden mendapat setidaknya 5 tembakan di daerah penis. Masing-masing tempat mendapat sekitar 300 tembakan dan dibutuhkan setidaknya 12 kali pertemuan. Bisa dikatakan, setiap responden mendapat total tembakan 18.000 kali. Terapi dilakukan 2x seminggu. Interval terapi dilakukan pada minggu 1-3. Pada minggu ke 4-6 pasien tidak mendapat terapi, tujuannya untuk pembentukan pembuluh darah baru. Pada minggu ke 7-9 dilakukan terapi yang sama. Total 12 sesi pertemuan membutuhkan waktu 9 minggu.
Hasil penelitian ini menunjukan, 5 pasien tidak lagi memerlukan pengobatan untuk ereksi; 15 pasien atau 75% meningkat skor ereksinya dari 13,5 menjadi 20,6; berbeda secara signifikan. Sekitar 50% responden tidak lagi memerlukan terapi PDE5i. Semantara 5 responden masih memerlukan PDE5i tapi hanya sesekali.
Penelitian mengenai Li-ESWT juga dilakukan pada mereka yang tidak respon terhadap PDE5-inhibitor. Penelitian Ilan Gruenwald dan kawan-kawan dipublikasikan di Sex Medicine Journal (2012). Dalam penelitian ini diikutsertakan 29 pasien dengan rata-rata usia 62 tahun.
Mekanisme terapi sama dengan penelitian sebelumnya. Hasilnya, erection hardness score (EHS) pasien yang tadinya di bawah 2, setelah terapi 10 pasien langsung bisa ereksi tanpa obat. Sebanyak 75% responden mampu ereksi lebih baik ketika ditambah PDE5 inhibitor. Dalam follow up 1 berikutnya pasien masih bisa ereksi dengan baik.
Atas dasar ini, EAU guideline in sexual dysfunction 2013 menyatakan, Li-ESWT memiliki potensial rehabilitative karakteristik untuk pasien DE. Belum dijelaskan level of evident-nya apa, tetapi dikatakan menjanjikan untuk terapi DE.
Li-ESWT aman diberikan pada pasien. Dengan alat ini, penderita DE tidak lagi bergantung pada obat, dalam hal ini PDE5 inhibitor. Sebanyak 70% kasus DE memberi respon yang baik pada terapi ini. Diharapkan ini bisa menjadi terobosan baru di bidang infertilitas, khususnya mengatasi masalah DE, yang angka kejadiannya cukup banyak di Indonesia. Untuk 12 sesi pertemuan atau per paketnya dihargai sekitar Rp. 30 juta.
Spoiler for Alat Li-ESWT:
http://i1328.photobucket.com/albums/w524/antotehe/Picture098_zpse3d18c06.jpg
Diubah oleh tehe 24-10-2013 09:27
0
4.8K
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan