- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
BALADA POLWAN JELITA


TS
antoranger
BALADA POLWAN JELITA

Ternyata nasib seorang Briptu Rani Indah Yuni (POLWAN) sangat merana Gan.
langsung aja Gan :
Anak saya stres akibat perlakuan tidak senonoh
yang dilakukan atasannya.”
Masraya Situmeang, akhirnya buka mulut
soal menghilangnya Briptu Rani Yuni Nugraeni,
putrinya.
Si ibu tidak menjelaskan secara detail apa saja pelecehan
seksual yang dilakukan atasannya, Kapolres
Mojokerto AKBP Eko Puji Nugroho terhadap Rani.

Spoiler for :
Ia hanya bilang, Rani yang
bertugas sebagai Sespri Kapolres,
mendapat tugas yang
aneh. Rani harus sering-sering
datang ke sejumlah tempat hiburan
malam di Mojokerto dan
Surabaya. Namun bukan untuk
penyelidikan.
“Ia disuruh menemani para
kolega Kapolres berkaraoke,”
kata Masraya kepada wartawan
di rumahnya di Jalan Neglasari,
Bandung, Ujung Berung, Jawa Barat.
Sementara menurut keterangan Rani secara tertulis
kepada Propam Polda Jawa Timur, pelecehan dan
penghinaan yang diterimanya sudah terjadi sejak 2008,
saat ditempatkan di Polres Mojokerto.
Anggota Polri bernomor NRP 8806201 itu, mengaku
sering dihina dan dilecehkan atasannya, AKP Lilik
Achiril Ekawati, Kabag Humas Polres Mojokerto.
“Beliau memandang saya sebagai wanita nakal (pramuria),”
kata Rani dalam surat tertulis yang diterima,Karena tidak kerasan dengan sikap Lilik, Rani pun
mengajukan permohonan pindah tugas. Namun Kapolres
Mojokerto tidak mengizinkannya. Terpaksa
Rani tetap bertugas di sana.
Hinaan dan pelecehan yang diterima anak pertama
pasangan Maedi Suti dan Masraya Situmeang itu rupanya
tidak juga berhenti. Bahkan saat Rani menikah
dengan Edi Wibowo, anggota Sat Brimobda Polda Jawa
Timur, 2011 lalu. Meski begitu Rani terus bertahan
lantaran mendapat dukungan sang suami.
Namun sayangnya, pernikahan Rani dengan Edi
Wibowo hanya berjalan setahun. Setelah itu Rani yang
telah dikaruniai seorang anak perempuan, menjadi janda
bertugas sebagai Sespri Kapolres,
mendapat tugas yang
aneh. Rani harus sering-sering
datang ke sejumlah tempat hiburan
malam di Mojokerto dan
Surabaya. Namun bukan untuk
penyelidikan.
“Ia disuruh menemani para
kolega Kapolres berkaraoke,”
kata Masraya kepada wartawan
di rumahnya di Jalan Neglasari,
Bandung, Ujung Berung, Jawa Barat.
Sementara menurut keterangan Rani secara tertulis
kepada Propam Polda Jawa Timur, pelecehan dan
penghinaan yang diterimanya sudah terjadi sejak 2008,
saat ditempatkan di Polres Mojokerto.
Anggota Polri bernomor NRP 8806201 itu, mengaku
sering dihina dan dilecehkan atasannya, AKP Lilik
Achiril Ekawati, Kabag Humas Polres Mojokerto.
“Beliau memandang saya sebagai wanita nakal (pramuria),”
kata Rani dalam surat tertulis yang diterima,Karena tidak kerasan dengan sikap Lilik, Rani pun
mengajukan permohonan pindah tugas. Namun Kapolres
Mojokerto tidak mengizinkannya. Terpaksa
Rani tetap bertugas di sana.
Hinaan dan pelecehan yang diterima anak pertama
pasangan Maedi Suti dan Masraya Situmeang itu rupanya
tidak juga berhenti. Bahkan saat Rani menikah
dengan Edi Wibowo, anggota Sat Brimobda Polda Jawa
Timur, 2011 lalu. Meski begitu Rani terus bertahan
lantaran mendapat dukungan sang suami.
Namun sayangnya, pernikahan Rani dengan Edi
Wibowo hanya berjalan setahun. Setelah itu Rani yang
telah dikaruniai seorang anak perempuan, menjadi janda

Spoiler for :
Rani pun terpaksa tinggal di rumah kos.
Usai bercerai, Rani kemudian bertugas sebagai
ajudan Kapolres Mojokerto AKBP Eko Puji Nugroho.
Menurut Rani, Jabatan barunya ini semakin menambah
beban pikiran dan batinnya.
Betapa tidak, sejak jadi Sespri Kapolres, Rani harus
sering pulang larut malam. Sementara ia harus
memperhatikan anaknya yang masih bayi.
Kondisi ini diperparah dengan kelakuan sang Kapolres
yang mulai genit. “Kapolres sering mengajak saya
jalan-jalan dan makan di ruangannya. Namun saya
menolaknya,” terang Rani.
Pelecehan yang tidak dilupakan Rani adalah saat
ada pengukuran baju dinas anggota Polres Mojokerto.
Sebab hanya Rani yang diminta mengukur baju di
ruangan Kapolres. Parahnya lagi, sang komandanlah
yang langsung melakukan pengukuran baju itu. “Tubuh
saya dipegang-pegang,” imbuh Rani.
Pelecehan yang dilakukan Kapolres tidak berhenti
sampai di situ. Meski sudah sering permintaannya ditolak,
Rani terus-menerus diminta menemani sejumlah
kolega Kapolres yang ingin mencari hiburan.
Untuk memaksa Rani ikut, Kapolres sengaja menyita
BlackBerry (BB) merek Dakota miliknya. Jika tidak
ikut, maka BB Rani akan disita.
Lama-kelamaan Rani semakin tidak betah berdinas
di Polres Mojokerto. Awal 2013, ia pun bermaksud meminta
pindah tugas ke Jakarta atau Bandung. Namun
lagi-lagi permintaan itu ditolak Kapolres.
“Untuk apa pindah Ran? Nanti kalau aku pindah dari
sini (Polres Mojokerto), baru kamu pindah,” begitu
kata Rani menirukan ucapan Kapolres.
Namun Rani kadung tidak kerasan. Sejak itulah ia
mangkir dari tugas dan memilih pulang ke rumah
orang tuanya di Bandung, Jawa Barat.
Hilangnya Rani membuat Polres Mojokerto menetapkan sebagai buronan
Usai bercerai, Rani kemudian bertugas sebagai
ajudan Kapolres Mojokerto AKBP Eko Puji Nugroho.
Menurut Rani, Jabatan barunya ini semakin menambah
beban pikiran dan batinnya.
Betapa tidak, sejak jadi Sespri Kapolres, Rani harus
sering pulang larut malam. Sementara ia harus
memperhatikan anaknya yang masih bayi.
Kondisi ini diperparah dengan kelakuan sang Kapolres
yang mulai genit. “Kapolres sering mengajak saya
jalan-jalan dan makan di ruangannya. Namun saya
menolaknya,” terang Rani.
Pelecehan yang tidak dilupakan Rani adalah saat
ada pengukuran baju dinas anggota Polres Mojokerto.
Sebab hanya Rani yang diminta mengukur baju di
ruangan Kapolres. Parahnya lagi, sang komandanlah
yang langsung melakukan pengukuran baju itu. “Tubuh
saya dipegang-pegang,” imbuh Rani.
Pelecehan yang dilakukan Kapolres tidak berhenti
sampai di situ. Meski sudah sering permintaannya ditolak,
Rani terus-menerus diminta menemani sejumlah
kolega Kapolres yang ingin mencari hiburan.
Untuk memaksa Rani ikut, Kapolres sengaja menyita
BlackBerry (BB) merek Dakota miliknya. Jika tidak
ikut, maka BB Rani akan disita.
Lama-kelamaan Rani semakin tidak betah berdinas
di Polres Mojokerto. Awal 2013, ia pun bermaksud meminta
pindah tugas ke Jakarta atau Bandung. Namun
lagi-lagi permintaan itu ditolak Kapolres.
“Untuk apa pindah Ran? Nanti kalau aku pindah dari
sini (Polres Mojokerto), baru kamu pindah,” begitu
kata Rani menirukan ucapan Kapolres.
Namun Rani kadung tidak kerasan. Sejak itulah ia
mangkir dari tugas dan memilih pulang ke rumah
orang tuanya di Bandung, Jawa Barat.
Hilangnya Rani membuat Polres Mojokerto menetapkan sebagai buronan

Spoiler for :
Bahkan Propam Polda
Jawa Timur membentuk tim khusus untuk mencari
Briptu Rani.
“Tim ini akan menguak jati diri polisi wanita itu,
termasuk rekam jejaknya selama menjadi anggota
polisi di Polres Mojokerto,” kata Kepala Subbidang
Penerangan Masyarakat Bidang Humas Polda Jawa
Timur, Ajun Komisaris Besar Pol Suhartoyo.
Tim itu juga akan menyelidiki tuduhan pelecehan
seksual itu. “Kami masih mencari keterangan dari
saksi-saksi beserta bukti-buktinya,” ujar Suhartoyo.
Namun Polres Mojokerto dan Polda Jawa Timur
hingga kini belum bisa meminta keterangan Rani.
Perempuan kelahiran Bogor, 18 Juni 1988 itu, tidak
kunjung ditemukan.
Majalah detik yang berupaya menemui Rani di
Bandung juga menemui jalan buntu. Ayah Rani, AKP
Maedi Suti yang bertugas sebagai Kapolsek Cibeunying
Kaler, Bandung, enggan menjawab pertanyaan
yang diajukan.
Jawa Timur membentuk tim khusus untuk mencari
Briptu Rani.
“Tim ini akan menguak jati diri polisi wanita itu,
termasuk rekam jejaknya selama menjadi anggota
polisi di Polres Mojokerto,” kata Kepala Subbidang
Penerangan Masyarakat Bidang Humas Polda Jawa
Timur, Ajun Komisaris Besar Pol Suhartoyo.
Tim itu juga akan menyelidiki tuduhan pelecehan
seksual itu. “Kami masih mencari keterangan dari
saksi-saksi beserta bukti-buktinya,” ujar Suhartoyo.
Namun Polres Mojokerto dan Polda Jawa Timur
hingga kini belum bisa meminta keterangan Rani.
Perempuan kelahiran Bogor, 18 Juni 1988 itu, tidak
kunjung ditemukan.
Majalah detik yang berupaya menemui Rani di
Bandung juga menemui jalan buntu. Ayah Rani, AKP
Maedi Suti yang bertugas sebagai Kapolsek Cibeunying
Kaler, Bandung, enggan menjawab pertanyaan
yang diajukan.
berikut penampakan sang suami Rani :
Spoiler for :

Spoiler for :
Sementara Masraya Situmeang, ibunda Rani, mengaku
telah memasrahkan persoalan anaknya kepada
seorang kerabatnya yang ada di Bogor.
Nah dari keterangan kerabat Rani di Bogor, terucap,
rumah berlantai dua di Perumahan Tanjung Mas Raya
Blok B-8 nomor 40, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu
adalah milik seorang pensiunan tentara bernama Isbulwaton.
Informasi yang diperoleh majalah detik, Isbulwaton
merupakan orang tua Firman, tunangan Rani. Firman
adalah perwira TNI AD berpangkat mayor yang saat
ini bertugas di Kodam 16 Pattimura, Ambon.
“Saya yang membawa Rani ke rumah calon suaminya.
Yang menyuruh ibunya Rani. Saya dikasih uang
Rp2,5 juta untuk antar Rani pakai mobil rental,” ujar
perempuan paruh baya yang enggan namanya diungkap.
Namun saat rumah mewah dan asri itu didatangi, Isbulwaton membantah Rani ada di
situ. “Ini rumah saya, bukan rumah Rani,” bentak pria
tersebut.
Mayor Firman saat dihubungi majalah detik juga
enggan memberi keterangan soal hubungannya dengan
Rani. Alasannya,
sesuai aturan di institusi TNI, dirinya
tidak bisa memberikan statement apa pun. “Kalau
saya dapat izin, saya mau. Saya kan bukan orang sipil,
saya ada jalur komandonya. Beda sama polisi,” ujarnya.
Firman lantas menyarankan meminta keterangan
ke Kapolres Mojokerto. Sebab, kata Firman, Kapolres
tahu soal Rani dari awal.
Sedangkan Kapolres Mojokerto AKBP Eko Puji Nugroho
saat dimintai tanggapannya,
enggan bercerita.
Alasannya, kasus Rani sudah ditangani Polda Jawa
Timur. “Sudah satu pintu itu. Saya takut salah bicara,
sebaiknya ke Polda saja.
telah memasrahkan persoalan anaknya kepada
seorang kerabatnya yang ada di Bogor.
Nah dari keterangan kerabat Rani di Bogor, terucap,
rumah berlantai dua di Perumahan Tanjung Mas Raya
Blok B-8 nomor 40, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu
adalah milik seorang pensiunan tentara bernama Isbulwaton.
Informasi yang diperoleh majalah detik, Isbulwaton
merupakan orang tua Firman, tunangan Rani. Firman
adalah perwira TNI AD berpangkat mayor yang saat
ini bertugas di Kodam 16 Pattimura, Ambon.
“Saya yang membawa Rani ke rumah calon suaminya.
Yang menyuruh ibunya Rani. Saya dikasih uang
Rp2,5 juta untuk antar Rani pakai mobil rental,” ujar
perempuan paruh baya yang enggan namanya diungkap.
Namun saat rumah mewah dan asri itu didatangi, Isbulwaton membantah Rani ada di
situ. “Ini rumah saya, bukan rumah Rani,” bentak pria
tersebut.
Mayor Firman saat dihubungi majalah detik juga
enggan memberi keterangan soal hubungannya dengan
Rani. Alasannya,
sesuai aturan di institusi TNI, dirinya
tidak bisa memberikan statement apa pun. “Kalau
saya dapat izin, saya mau. Saya kan bukan orang sipil,
saya ada jalur komandonya. Beda sama polisi,” ujarnya.
Firman lantas menyarankan meminta keterangan
ke Kapolres Mojokerto. Sebab, kata Firman, Kapolres
tahu soal Rani dari awal.
Sedangkan Kapolres Mojokerto AKBP Eko Puji Nugroho
saat dimintai tanggapannya,
enggan bercerita.
Alasannya, kasus Rani sudah ditangani Polda Jawa
Timur. “Sudah satu pintu itu. Saya takut salah bicara,
sebaiknya ke Polda saja.

sekian dan terima kasih
0
4.9K
Kutip
15
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan