- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Al-Qur’an dan Ahlul Bait, Dua Pusaka Berharga untuk Umat


TS
dhruv
Al-Qur’an dan Ahlul Bait, Dua Pusaka Berharga untuk Umat

Ayatullah al-Uzhma Abdullah Jawadi Amuli
Quote:
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al-Uzhma Abdullah Jawadi Amuli, salah seorang marja taqlidyang ma’ruf di kalangan umat Islam sebagai ulama akhlak dalam penyampaiannya pada kelas akhlak yang diasuhnya menyampaikan beberapa hal berikut.
Al-Qur’an al-Karim sebagai risalah kenabian disandingkan dengan Ahlul Bait, yang menjadi penyempurna agama ini. Setiap ayat Al-Qur’an disampaikan, penjelasan dan sabda mulia Ahlul Bait akan menyertainya dan setiap ucapan Ahlul Bait dinukil, ayat Al-Qur’an akan menegaskan kebenarannya. Karenanya dua pusaka berharga ini tidak akan mungkin bisa dipisahkan. Memisahkan keduanya berupa penyimpangan dari apa yang Rasulullah wasiatkan kepada umat ini. Upah atas dakwah dan risalah yang disampaikan Nabi adalah kecintaan kepada Al-Qur’an dan Ahlul Bait, bukan sekedar membaca Al-Qur’an.
Setiap muslim harus menunjukkan kecintaan kepada Al-Qur’an dan Ahlul Bait. Barangsiapa yang mengaku mencintai Al-Qur’an namun tidak memiliki pemahaman dan pengenalan yang benar terhadap Al-Qur’an, pada hakikatnya itu hanya sedekar pengakuan yang tidak berdasar. Begitupula yang mengaku mencintai Al-Qur’an namun tidak mengamalkan nilai-nilai Ilahiah yang terkandung di dalamnya, sesungguhnya ia bukanlah termasuk pecinta Al-Qur’an. Al-Qur’an harus menjadi kecintaan dan belahan jiwa manusia, demikian pula kecintaan kepada Ahlul Bait. Kecintaan kepada Ahlul Bait harus sampai pada derajat merasakan setiap kepedihan dan derita yang pernah mereka alami dalam perjuangan berat mendakwahkan Islam.
Apa Upah yang Diberikan sebagai Balasan dari Risalah Nabi?
Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa pada hakikatnya upah Nabi dalam penyampaian dakwahnya juga kembali manfaatnya kepada diri kita sendiri. Manfaat kecintaan kita kepada Ahlul Bait pada akhirnya akan kembali juga kepada kita. Ini sama halnya dengan nyawa syuhada, yang Allah sebut dalam Al-Qur’an sebagai transaksi jual-beli. Syuhada menjual nyawanya dan Allah yang membelinya. Hal tersebut bukan berarti Allah membutuhkan nyawa syuhada sehingga membelinya, melainkan syuhada berjihad ikhlas karena Allah dan syahid untuk meraih manfaat yang kembali kepada dirinya. Kita bukanlah pekerja atau karyawan bagi Allah melainkan pekerja bagi diri sendiri. Pahala dari amalan-amalan baik kita, kembali manfaatnya untuk diri kita sendiri.
Upah terpenting sebagai balasan dari risalah Nabi sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an adalah kecintaan kepada Ahlul Bait. Kecintaan kepada Ahlul Bait adalah pondasi awal dari segala kebaikan di dunia sebagaimana firman Allah, “قُل لا أَسأَلُکُمْ عَلَیْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدةَ فِی الْقُرْبَىٰ” yang kemudian dilanjutkan, “ومَن یَقْتَرِفْ حَسَنَةً نزِدْ لَهُ فِیهَا حُسنا,” maksudnya yaitu sebaik-baiknya kebaikan adalah kecintaan kepada Ahlul Bait dan jika kamu memiliki kecintaan itu, Kami akan lipat gandakan pahala untukmu.
Bagaimana Mencintai Ahlul Bait?
Kewajiban kita berkenaan dengan Ahlul Bait adalah memberikan kecintaan dan pemuliaan kepada mereka. Bentuk kecintaan adalah mengenal siapa saja mereka, mengenal ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran mereka, dan kemudian mengamalkan apa yang telah mereka perintahkan dan anjurkan. Semua itu adalah bentuk kecintaan dan ungkapan terima kasih atas pengorbanan dan perjuangan mereka dalam mendakwahkan ajaran Ilahi ini.
Maqam Sayyidah Fatimah
Syaikh Kulaini meriwayatkan dalam kitabnya Al-Kafi bahwa Malaikat Jibril terkadang mengunjungi Sayyidah Fatimah dan menyampaikan kabar kepadanya dan Sayyidah Fatimah pun menyampaikan berita-berita yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib yang kemudian dicatat oleh beliau, sehingga dikenal dengan nama “Mushaf Fatimah”.
Sebagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Musa memiliki mushaf, demikian pula dengan Sayyidah Fatimah. Hal ini menunjukkan ketinggian maqam putri kesayangan Nabi tersebut.
Kedudukan Sayyidah Fatimah di sisi para pecintanya adalah sebagaimana para nabi dan imam dalam sisi hujjah. Bahwa apa pun yang disampaikan dan diucapkan Sayyidah Fatimah adalah hujjah. Sehingga ulama bisa mengeluarkan fatwa dengan merujuk kepada apa yang disampaikan Sayyidah Fatimah. Hal ini meniscayakan adanya sifat ‘ishmah pada diri Sayyidah Fatimah, sehingga beliau tidak mungkin menyampaikan sesuatu kecuali kebenaran. Perkataan Sayyidah Fatimah adalah hujjah dan dalil dalam agama ini sebagaimana Imam Ali dalam Nahjul Balaghah pernah menyampaikan hujjah dengan bersandar pada apa yang telah diucapkan oleh Sayyidah Fatimah. Karenanya keyakinan mendasar dalam aqidah Syiah bahwa Sayyidah Fatimah di antara ma’shumin yang telah disucikan Allah dari dosa dan kesalahan sehingga tidak ada jalan bagi syaitan untuk menggoda dan membuat beliau menjadi lalai, khilaf dan terlupa.
Sayyidah Fatimah pernah bersabda, “Barang siapa beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya keikhlasan, Allah akan memberikan kepadanya sebaik-baiknya maslahat.”
Al-Qur’an al-Karim sebagai risalah kenabian disandingkan dengan Ahlul Bait, yang menjadi penyempurna agama ini. Setiap ayat Al-Qur’an disampaikan, penjelasan dan sabda mulia Ahlul Bait akan menyertainya dan setiap ucapan Ahlul Bait dinukil, ayat Al-Qur’an akan menegaskan kebenarannya. Karenanya dua pusaka berharga ini tidak akan mungkin bisa dipisahkan. Memisahkan keduanya berupa penyimpangan dari apa yang Rasulullah wasiatkan kepada umat ini. Upah atas dakwah dan risalah yang disampaikan Nabi adalah kecintaan kepada Al-Qur’an dan Ahlul Bait, bukan sekedar membaca Al-Qur’an.
Setiap muslim harus menunjukkan kecintaan kepada Al-Qur’an dan Ahlul Bait. Barangsiapa yang mengaku mencintai Al-Qur’an namun tidak memiliki pemahaman dan pengenalan yang benar terhadap Al-Qur’an, pada hakikatnya itu hanya sedekar pengakuan yang tidak berdasar. Begitupula yang mengaku mencintai Al-Qur’an namun tidak mengamalkan nilai-nilai Ilahiah yang terkandung di dalamnya, sesungguhnya ia bukanlah termasuk pecinta Al-Qur’an. Al-Qur’an harus menjadi kecintaan dan belahan jiwa manusia, demikian pula kecintaan kepada Ahlul Bait. Kecintaan kepada Ahlul Bait harus sampai pada derajat merasakan setiap kepedihan dan derita yang pernah mereka alami dalam perjuangan berat mendakwahkan Islam.
Apa Upah yang Diberikan sebagai Balasan dari Risalah Nabi?
Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa pada hakikatnya upah Nabi dalam penyampaian dakwahnya juga kembali manfaatnya kepada diri kita sendiri. Manfaat kecintaan kita kepada Ahlul Bait pada akhirnya akan kembali juga kepada kita. Ini sama halnya dengan nyawa syuhada, yang Allah sebut dalam Al-Qur’an sebagai transaksi jual-beli. Syuhada menjual nyawanya dan Allah yang membelinya. Hal tersebut bukan berarti Allah membutuhkan nyawa syuhada sehingga membelinya, melainkan syuhada berjihad ikhlas karena Allah dan syahid untuk meraih manfaat yang kembali kepada dirinya. Kita bukanlah pekerja atau karyawan bagi Allah melainkan pekerja bagi diri sendiri. Pahala dari amalan-amalan baik kita, kembali manfaatnya untuk diri kita sendiri.
Upah terpenting sebagai balasan dari risalah Nabi sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an adalah kecintaan kepada Ahlul Bait. Kecintaan kepada Ahlul Bait adalah pondasi awal dari segala kebaikan di dunia sebagaimana firman Allah, “قُل لا أَسأَلُکُمْ عَلَیْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدةَ فِی الْقُرْبَىٰ” yang kemudian dilanjutkan, “ومَن یَقْتَرِفْ حَسَنَةً نزِدْ لَهُ فِیهَا حُسنا,” maksudnya yaitu sebaik-baiknya kebaikan adalah kecintaan kepada Ahlul Bait dan jika kamu memiliki kecintaan itu, Kami akan lipat gandakan pahala untukmu.
Bagaimana Mencintai Ahlul Bait?
Kewajiban kita berkenaan dengan Ahlul Bait adalah memberikan kecintaan dan pemuliaan kepada mereka. Bentuk kecintaan adalah mengenal siapa saja mereka, mengenal ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran mereka, dan kemudian mengamalkan apa yang telah mereka perintahkan dan anjurkan. Semua itu adalah bentuk kecintaan dan ungkapan terima kasih atas pengorbanan dan perjuangan mereka dalam mendakwahkan ajaran Ilahi ini.
Maqam Sayyidah Fatimah
Syaikh Kulaini meriwayatkan dalam kitabnya Al-Kafi bahwa Malaikat Jibril terkadang mengunjungi Sayyidah Fatimah dan menyampaikan kabar kepadanya dan Sayyidah Fatimah pun menyampaikan berita-berita yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib yang kemudian dicatat oleh beliau, sehingga dikenal dengan nama “Mushaf Fatimah”.
Sebagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Musa memiliki mushaf, demikian pula dengan Sayyidah Fatimah. Hal ini menunjukkan ketinggian maqam putri kesayangan Nabi tersebut.
Kedudukan Sayyidah Fatimah di sisi para pecintanya adalah sebagaimana para nabi dan imam dalam sisi hujjah. Bahwa apa pun yang disampaikan dan diucapkan Sayyidah Fatimah adalah hujjah. Sehingga ulama bisa mengeluarkan fatwa dengan merujuk kepada apa yang disampaikan Sayyidah Fatimah. Hal ini meniscayakan adanya sifat ‘ishmah pada diri Sayyidah Fatimah, sehingga beliau tidak mungkin menyampaikan sesuatu kecuali kebenaran. Perkataan Sayyidah Fatimah adalah hujjah dan dalil dalam agama ini sebagaimana Imam Ali dalam Nahjul Balaghah pernah menyampaikan hujjah dengan bersandar pada apa yang telah diucapkan oleh Sayyidah Fatimah. Karenanya keyakinan mendasar dalam aqidah Syiah bahwa Sayyidah Fatimah di antara ma’shumin yang telah disucikan Allah dari dosa dan kesalahan sehingga tidak ada jalan bagi syaitan untuk menggoda dan membuat beliau menjadi lalai, khilaf dan terlupa.
Sayyidah Fatimah pernah bersabda, “Barang siapa beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya keikhlasan, Allah akan memberikan kepadanya sebaik-baiknya maslahat.”
0
2.5K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan