Saya tetep yakin kok kalo masih ada partai yang bener-bener berjuang untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Kalaupun kita terus disuguhi berita yang bikin kita kecewa sama para wakil rakyat yang gebleg bukan berarti urat bahagia kita mesti putus karenanya. Dari ujung-ujung kampung hingga tengah perkotaan, masih banyak sekali yang peduli dengan negeri kita yang indah permai ini.

Nah kali ini saya ingin berbagi kisah tentang perempuan desa yang tidak terekam media apalagi masuk teve terus dapet sorak-sorai... sorai...

Namanya Rusminarni. Dari namanya aja kelihatan ndeso tapi semangat juangnya hmmm nggak mati-mati. Bahkan saking getolnya membina Ibu-ibu Majelis Taklim dan kaum wanita di desanya ia dipinang oleh sebuah Parpol untuk menjadi Calon Anggota Legislatif. Tak hanya itu, ia juga dipilih rame-rame untuk menjadi Ketua Himpaudi di Kecamatan Braja Selebah Lampung Timur.

Ketika dirinya ditanya kenapa mau menjadi caleg, ia menjawab dengan enteng bahwa melalui partai ia akan mendapatkan amal yang banyak. Nah, semangat beramal ini rupanya yang menjadikan wanita beranak empat ini sibuk kesana kemari mengisi beraneka pertemuan. Dan yang pasti peran suami juga nggak kalah menginspirasi.

Kini saat para caleg dari berbagai partai politik mulai berbagai rejeki dengan bermacam cara yang ditempuh, wanita muda ini tak surut untuk berbagi. Kalau berbagi uang tentu tak ada, lha wong rumahnya saja masih berdinding anyaman bambu. Tapi berbagi tak selalu dengan materi. Memberikan perhatian, senyuman, kepedulian, silaturahmi, doa adalah pemberian yang menurutnya jauh lebih dibutuhkan.

Negara ini membutuhkan orang-orang yang siap untuk memberikan bhakti bukan manusia yang lembek yang maunya netek dari ketiak orang lain (emang netek itu di ketiak ya wkwkwkwk..)

Bersama dengan teman-temannya ia juga membentuk Pos Ekonomi Wanita yang bertujuan untuk lebih mensejahterakan rakyat di pedesaan. Melakukan pelatihan, pendampingan, pelayanan...
wah pokoknya kalo liat ibu-ibu pada ngumpul kerasa kayak di teve, akur dan hangat.. Saya jadi berandai-andai jika ada sepuluh saja Rusminarni di setiap desa, kayaknya nggak ada kampung yang bener-bener udik. Kok jadi ngelantur...

Tantangan yang dihadapi wanita-wanita di pedesaan antara lain adalah pembodohan yang dilakukan oleh segelintir orang yang melacurkan diri. Membeli suara rakyat dengan harga tak terpuji. Meracuni pikiran dengan suap berkedok bantuan. Jauh dari keinginan negarawan desa yang ingin mencerdaskan sekaligus membangun kekuatan dari pedalaman.

Saatnya kita membantu dan mengawal lahirnya negarawan-negarawan yang suka beramal dalam bhakti bukan pencitraan yang bertopeng kemunafikan.



Rindu Indonesia yang disegani lawan dan dirindui kawan.
Hikhikhik...yang ada tapi wajah muram Ibu Pertiwi.