- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Survei Capres LSI yang Tidak Masuk Akal!


TS
spike10
Survei Capres LSI yang Tidak Masuk Akal!
Indeks calon presiden 2014 yang dibuat lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dinilai bermasalah. LSI dinilai telah mengabaikan ilmu politik untuk kepentingan kliennya, bakal calon presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical.
"LSI menyepelekan logika politik. Itu yang disayangkan," kata pengamat politik Andrianof Chaniago saat diskusi Meneropong Independensi Survei Politik di Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Hal itu dikatakan Andrianof menyikapi rilis LSI yang mengabaikan dua bakal capres terkuat untuk saat ini, yakni Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto. LSI membuat indeks capres 2014 dengan tiga variabel, yakni capres yang dicalonkan tiga partai terbesar, capres yang menjadi struktur partai, dan capres hasil konvensi Demokrat.
Andrianof menilai LSI ngawur dengan menentukan siapa capres yang dicalonkan dan tidak dicalonkan oleh parpol. Untuk menjadi capres/cawapres bukan hanya dengan modal jabatan di partai. Seseorang, lanjutnya, bisa maju dengan kekuatan modal, basis massa, karisma, dan lainnya.
Dia melihat ada upaya sistematis dari Partai Golkar agar bisa berkoalisi dengan PDIP dalam pilpres 2014. Selain menggunakan lembaga survei, dilakukan juga upaya lobi-lobi terhadap elit PDIP.
Melalui lembaga survei, kata Andrianof, opini bahwa parpol dengan elektabilitas tertinggi berhak mengusung capres dibentuk. Ada pun parpol di bawahnya hanya bisa mengusung cawapres.
Sebelumnya, peneliti LSI Adjie Alfaraby menyebut Jokowi berpeluang besar diusung sebagai cawapres. Dengan elektabilitas yang di atas rata-rata, sosok Jokowi dianggap mampu mendongkrak perolehan suara capres yang didampinginya. Elektabilitas Golkar menurut LSI teratas.
"Jadi kalau berkoalisi dengan PDI-P, siapa pun yang ditunjuk menjadi cawapres. Kalau tawaran diterima, PDI-P rugi. Tapi PDI-P dan Golkar sama-sama punya orang yang berpengalaman di politik. PDI-P enggak akan mudah termakan rekayasa," kata Andrianof.
"LSI menyepelekan logika politik. Itu yang disayangkan," kata pengamat politik Andrianof Chaniago saat diskusi Meneropong Independensi Survei Politik di Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Hal itu dikatakan Andrianof menyikapi rilis LSI yang mengabaikan dua bakal capres terkuat untuk saat ini, yakni Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto. LSI membuat indeks capres 2014 dengan tiga variabel, yakni capres yang dicalonkan tiga partai terbesar, capres yang menjadi struktur partai, dan capres hasil konvensi Demokrat.
Andrianof menilai LSI ngawur dengan menentukan siapa capres yang dicalonkan dan tidak dicalonkan oleh parpol. Untuk menjadi capres/cawapres bukan hanya dengan modal jabatan di partai. Seseorang, lanjutnya, bisa maju dengan kekuatan modal, basis massa, karisma, dan lainnya.
Dia melihat ada upaya sistematis dari Partai Golkar agar bisa berkoalisi dengan PDIP dalam pilpres 2014. Selain menggunakan lembaga survei, dilakukan juga upaya lobi-lobi terhadap elit PDIP.
Melalui lembaga survei, kata Andrianof, opini bahwa parpol dengan elektabilitas tertinggi berhak mengusung capres dibentuk. Ada pun parpol di bawahnya hanya bisa mengusung cawapres.
Sebelumnya, peneliti LSI Adjie Alfaraby menyebut Jokowi berpeluang besar diusung sebagai cawapres. Dengan elektabilitas yang di atas rata-rata, sosok Jokowi dianggap mampu mendongkrak perolehan suara capres yang didampinginya. Elektabilitas Golkar menurut LSI teratas.
"Jadi kalau berkoalisi dengan PDI-P, siapa pun yang ditunjuk menjadi cawapres. Kalau tawaran diterima, PDI-P rugi. Tapi PDI-P dan Golkar sama-sama punya orang yang berpengalaman di politik. PDI-P enggak akan mudah termakan rekayasa," kata Andrianof.
Spoiler for Sumber:
0
1.5K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan