- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Telkomsel mau halangi XL-Axis?
TS
budiliem76
Telkomsel mau halangi XL-Axis?
Wah, jangan gitu dong Telkomsel. Ada operator mau buat layanan yang berkualitas kok dihalang-halangi? Ckckck
MAJALAH ICT - Jakarta. Ramainya rencana konsolidasi XL- AXIS tak lepas dari kekhawatiran sejumlah operator, terutama Telkomsel yang khawatir bila pasarnya digerogoti perusahaan gabungan tersebut.
Bukan rahasia lagi, dengan frekuensi gabungan yang lebih besar, tentunya XL- AXIS bisa lebih bebas bergerak memberikan layanan data yang luar biasa dibandingkan operator lain seperti Telkomsel maupun Indosat. Hasil merger XL-AXIS akan menjadi kekuatan baru yang bisa melawan posisi operator-operator besar saat ini.
Sehingga tak heran bila beredar rumor bahwa ada operator yang berniat menggagalkan proses merger ini dengan 'memanas-manasi’ pemerintah dan regulator agar mengambil semua atau sebagian frekuensi AXIS, sehingga merger ini batal.
Menanggapi rumor tersebut, sumber Majalah ICT, yang juga analis industri telekomunikasi dapat mengerti mengapa rumor tersebut beredar, karena persaingan industri telekomunikasi demikian ketat. “Soal APEC saja semua berebutan ingin menjadi yang terdepan, apalagi dengan penggabungan perusahaan atau merger,” katanya.
Terkait dengan upaya menggagalkan merger, menurutnya, ini merupakan strategi yang sejak awal sebenarnya sudah terlihat nyata. "Ada yang merasa terancam. Mempengaruhi pemerintah untuk mengagalkan merger ongkosnya lebih murah daripada harus mengakuisisi operator telekomunikasi lain,” ceritanya.
Telkomsel sendiri menegaskan tidak merasa terancam dengan rencana merger XL dengan AXIS. Demikian dikatakan Direktur Utama PT telkomsel, Alex J. Sinaga. “Kami terancam? Kecuali XL mengakuisisi Telkomsel, baru itu namanya mengancam,” kelakar Alex.
Kalaupun XL-AXIS bersatu, maka Telkomsel memang tetap akan berada di atas puncak klasemen perolehan pendapatan maupun jumlah penggunanya. Dihitung-hitung, saat ini, Telkomsel menguasai sekitar 50 persen pasar telekomunikasi seluler Indonesia. Dan kalaupun XL-AXIS melebur, maka penggabung XL-AXIS hanya akan menambah posisi di pasar hingga 28% saja.
Angka yang masih butuh waktu lama untuk menyamai Telkomsel yang diuntungkan secara historis karena menjadi operator seluler kedua Indonesia, setelah Satelindo, yang berdiri sekitar 18 tahun lalu.
Hanya saja, yang dikhawatirkan Telkomsel adalah potensi XL yang akan bisa lebih maju cepat dengan kepemilikan frekuensi yang lebih banyak, jika bergabung nantinya
Inilah yang tidak diduga Telkomsel. Namun, tentunya jalan keluar masih banyak. Posisi PT Hutchison 3 Indonesia (3) masih bisa 'digoyang’ untuk dijadikan partner. Namun karena 35% saham Telkomsel dimiliki Singapura, tentu urusan beli-membeli atau konsolidasi dengan operator lain juga tidak bisa dikatakan mudah. Apalagi, sebagai penghasil uang utama PT Telkom, setoran ke negara Indonesia dan Singapura menjadi faktor Telkomsel kurang bisa bergerak leluasa.
Majalahict.com
Gan, ini ane tambahin di pejwan yak:
Iya sih gan, Axis rada-rada ya. Tapi ane dapet kabar beginian, mungkin bisa menjawab
JAKARTA. Keputusan Protelindo untuk memutuskan layanan 400 tower telekomunikasinya kepada Axis ternyata terus berlanjut. Bahkan di sejumlah lokasi towernya, Protelindo memasang pengumuman mengenai larangan bagi pihak Axis untuk masuk ke lokasi tersebut.
Protelindo juga mengancam bahwa pelanggaran terhadap larangan itu merupakan tindak pidana dan akan dituntut secara hukum. "Kelihatannya Axis sedang mengalami masalah keuangan sampai akhirnya Protelindo menghentikan layanan dan membuat larangan seperti itu. Situasi ini sangat tidak menguntungkan konsumen dan mengganggu bisnis tower telekomunikasi," ungkap seorang pelaku bisnis tower di Jakarta, Jum'at (11/10)
Sumber tadi mengatakan, Axis sebenarnya telah menunggak pembayaran ke sejumlah tower provider sejak beberapa bulan terakhir. Hal itu terjadi menyusul kebijakan pemegang saham Axis yaitu Saudi Telecom (STC) yang sudah tidak menginjeksi modal baru. Sementara biaya operasional Axis sangat tinggi, termasuk biaya sewa tower yang jelas sangat besar.
"Margin bisnis seluler yang semakin tipis membuat posisi Axis makin sulit," katanya.
Menurut sumber tersebut, tersendatnya pembayaran sewa tower kini menjadi perhatian utama manajemen. Sebab, tidak ada solusi bersama, maka yang paling merugi adalah pemilik tower karena pembayaran dari Axis akan terus terhambat.
"Melihat keuangan Axis yang sedang kritis, solusi terbaik adalah negosiasi kembali kewajiban dengan tower provider. Tanpa ada negosiasi ulang, berat bagi Axis untuk menyelesaikan masalah ini. Pemegang saham dari Saudi Telecom sudah angkat tangan, makanya mereka akan jual ke XL," ujar sumber tersebut.
Head Of Corporate Communication Axis, Anita Avianty menolak untuk memberikan penjelasan terkait permasalahan dengan perusahaan tower provider. Namun dia menegaskan, bahwa perusahaan sedang mencari solusi terbaik agar kegiatan bisnis berjalan dengan baik. "Sampai saat ini layanan konsumen Axis berjalan dengan baik. Namun bila ada masalah dengan patner bisnis kami, hal itu bisa diselesaikan secara win-win solution," ujarnya.
Axis sendiri untuk mengatasi pemutusan fasilitas layanan dari tower provider seperti Protelindo telah menjalankan kerjasama roaming dengan XL Axiata. Melalui kerjasama itu pelanggan Axis tetap dapat menikmati layanan dengan baik.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Telekomunikasi (Mastel) Mas Wigantoro Roes Setiadi mengatakan, sebaiknya persoalan yang melibatkan operator dan tower provider itu tidak sampai mengganggu pelayanan kepada konsumen. Selain itu, ia berharap setiap persoalan yang dihadapi pelaku industri telekomunikasi bisa diselesaikan dengan cara yang bijak dan menguntungkan kedua pihak.
“Menurut saya sebaiknya dua direkturnya ketemu, sebab tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Jangan sampai pelanggan dikorbankan," katanya.
http://industri.kontan.co.id/news/ax...semakin-kritis
Quote:
Perseteruan Telkomsel - XL, Dibalik Konsolidasi XL-AXIS
MAJALAH ICT - Jakarta. Ramainya rencana konsolidasi XL- AXIS tak lepas dari kekhawatiran sejumlah operator, terutama Telkomsel yang khawatir bila pasarnya digerogoti perusahaan gabungan tersebut.
Bukan rahasia lagi, dengan frekuensi gabungan yang lebih besar, tentunya XL- AXIS bisa lebih bebas bergerak memberikan layanan data yang luar biasa dibandingkan operator lain seperti Telkomsel maupun Indosat. Hasil merger XL-AXIS akan menjadi kekuatan baru yang bisa melawan posisi operator-operator besar saat ini.
Sehingga tak heran bila beredar rumor bahwa ada operator yang berniat menggagalkan proses merger ini dengan 'memanas-manasi’ pemerintah dan regulator agar mengambil semua atau sebagian frekuensi AXIS, sehingga merger ini batal.
Menanggapi rumor tersebut, sumber Majalah ICT, yang juga analis industri telekomunikasi dapat mengerti mengapa rumor tersebut beredar, karena persaingan industri telekomunikasi demikian ketat. “Soal APEC saja semua berebutan ingin menjadi yang terdepan, apalagi dengan penggabungan perusahaan atau merger,” katanya.
Terkait dengan upaya menggagalkan merger, menurutnya, ini merupakan strategi yang sejak awal sebenarnya sudah terlihat nyata. "Ada yang merasa terancam. Mempengaruhi pemerintah untuk mengagalkan merger ongkosnya lebih murah daripada harus mengakuisisi operator telekomunikasi lain,” ceritanya.
Telkomsel sendiri menegaskan tidak merasa terancam dengan rencana merger XL dengan AXIS. Demikian dikatakan Direktur Utama PT telkomsel, Alex J. Sinaga. “Kami terancam? Kecuali XL mengakuisisi Telkomsel, baru itu namanya mengancam,” kelakar Alex.
Kalaupun XL-AXIS bersatu, maka Telkomsel memang tetap akan berada di atas puncak klasemen perolehan pendapatan maupun jumlah penggunanya. Dihitung-hitung, saat ini, Telkomsel menguasai sekitar 50 persen pasar telekomunikasi seluler Indonesia. Dan kalaupun XL-AXIS melebur, maka penggabung XL-AXIS hanya akan menambah posisi di pasar hingga 28% saja.
Angka yang masih butuh waktu lama untuk menyamai Telkomsel yang diuntungkan secara historis karena menjadi operator seluler kedua Indonesia, setelah Satelindo, yang berdiri sekitar 18 tahun lalu.
Hanya saja, yang dikhawatirkan Telkomsel adalah potensi XL yang akan bisa lebih maju cepat dengan kepemilikan frekuensi yang lebih banyak, jika bergabung nantinya
Inilah yang tidak diduga Telkomsel. Namun, tentunya jalan keluar masih banyak. Posisi PT Hutchison 3 Indonesia (3) masih bisa 'digoyang’ untuk dijadikan partner. Namun karena 35% saham Telkomsel dimiliki Singapura, tentu urusan beli-membeli atau konsolidasi dengan operator lain juga tidak bisa dikatakan mudah. Apalagi, sebagai penghasil uang utama PT Telkom, setoran ke negara Indonesia dan Singapura menjadi faktor Telkomsel kurang bisa bergerak leluasa.
Majalahict.com
Gan, ini ane tambahin di pejwan yak:
Quote:
Quote:
Original Posted By udepdoang►
sama bray..inet gue juga udah rada lemot sejak berita merger nongol
gue pake axisPRO
sama bray..inet gue juga udah rada lemot sejak berita merger nongol
gue pake axisPRO
Quote:
Original Posted By Mr Pocong►
ane juga make axis pro ulitmate gan
ini di tempat ane jaringan 3G nya lg di maintenance pindah blok bandwitch sesuai dengan aturan dari regulator udah lebih dari 3 hari ga bisa dipake
ane juga make axis pro ulitmate gan
ini di tempat ane jaringan 3G nya lg di maintenance pindah blok bandwitch sesuai dengan aturan dari regulator udah lebih dari 3 hari ga bisa dipake
Iya sih gan, Axis rada-rada ya. Tapi ane dapet kabar beginian, mungkin bisa menjawab
Quote:
PEMUTUSAN KONEKSI AXIS OLEH PROTELINDO
Axis semakin kritis?
Axis semakin kritis?
JAKARTA. Keputusan Protelindo untuk memutuskan layanan 400 tower telekomunikasinya kepada Axis ternyata terus berlanjut. Bahkan di sejumlah lokasi towernya, Protelindo memasang pengumuman mengenai larangan bagi pihak Axis untuk masuk ke lokasi tersebut.
Protelindo juga mengancam bahwa pelanggaran terhadap larangan itu merupakan tindak pidana dan akan dituntut secara hukum. "Kelihatannya Axis sedang mengalami masalah keuangan sampai akhirnya Protelindo menghentikan layanan dan membuat larangan seperti itu. Situasi ini sangat tidak menguntungkan konsumen dan mengganggu bisnis tower telekomunikasi," ungkap seorang pelaku bisnis tower di Jakarta, Jum'at (11/10)
Sumber tadi mengatakan, Axis sebenarnya telah menunggak pembayaran ke sejumlah tower provider sejak beberapa bulan terakhir. Hal itu terjadi menyusul kebijakan pemegang saham Axis yaitu Saudi Telecom (STC) yang sudah tidak menginjeksi modal baru. Sementara biaya operasional Axis sangat tinggi, termasuk biaya sewa tower yang jelas sangat besar.
"Margin bisnis seluler yang semakin tipis membuat posisi Axis makin sulit," katanya.
Menurut sumber tersebut, tersendatnya pembayaran sewa tower kini menjadi perhatian utama manajemen. Sebab, tidak ada solusi bersama, maka yang paling merugi adalah pemilik tower karena pembayaran dari Axis akan terus terhambat.
"Melihat keuangan Axis yang sedang kritis, solusi terbaik adalah negosiasi kembali kewajiban dengan tower provider. Tanpa ada negosiasi ulang, berat bagi Axis untuk menyelesaikan masalah ini. Pemegang saham dari Saudi Telecom sudah angkat tangan, makanya mereka akan jual ke XL," ujar sumber tersebut.
Head Of Corporate Communication Axis, Anita Avianty menolak untuk memberikan penjelasan terkait permasalahan dengan perusahaan tower provider. Namun dia menegaskan, bahwa perusahaan sedang mencari solusi terbaik agar kegiatan bisnis berjalan dengan baik. "Sampai saat ini layanan konsumen Axis berjalan dengan baik. Namun bila ada masalah dengan patner bisnis kami, hal itu bisa diselesaikan secara win-win solution," ujarnya.
Axis sendiri untuk mengatasi pemutusan fasilitas layanan dari tower provider seperti Protelindo telah menjalankan kerjasama roaming dengan XL Axiata. Melalui kerjasama itu pelanggan Axis tetap dapat menikmati layanan dengan baik.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Telekomunikasi (Mastel) Mas Wigantoro Roes Setiadi mengatakan, sebaiknya persoalan yang melibatkan operator dan tower provider itu tidak sampai mengganggu pelayanan kepada konsumen. Selain itu, ia berharap setiap persoalan yang dihadapi pelaku industri telekomunikasi bisa diselesaikan dengan cara yang bijak dan menguntungkan kedua pihak.
“Menurut saya sebaiknya dua direkturnya ketemu, sebab tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Jangan sampai pelanggan dikorbankan," katanya.
http://industri.kontan.co.id/news/ax...semakin-kritis
0
4.2K
Kutip
42
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan