- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Final Liga Champions Paling Bersejarah


TS
zidninurobiagam
Final Liga Champions Paling Bersejarah
Sorry ya gan sebeleumnya ane nubie banget dan mau coba coba bikin thread, sorry ni kalo repost sebelumnya ya gan
heheh
oke kita mulai nih gan, siapa sih yang gatau liga champions, ya liga champions adalah turnament antar klub terbesar dan paling bergengsi yang ada di eropa gan, seluruh dunia aja tau liga champions
, banyak juga yg rela tidur jam 2 buat tim kesayangan nya berlaga di turnament ini, tapi tau ga agan 4 partai yang paling bersejarah di liga champions, coba kita cari tau gan di bawah ini

Sebuah pertarungan klasik terhebat dalam sejarah Liga Champions. Dua raksasa ini bertemu dalam Final Liga Champions musim 1993/1994 untuk menentukan siapa yang terbaik di antara mereka.
Baik Milan dan Barcelona sedang alam performa terbaik mereka. Milan memenangkan tiga kali gelar liga domestik berturut dan Barcelona empat kali gelar La Liga berturut-turut. Barcelona dengan Johan Cruyff-nya dan Romario lebih difavoritkan untuk memenangkan laga ini, terutama karena Milan kehilangan beberapa pemain kunci seperti Marco van Basten, Franco Baresi, Alessandro Costacurta dan Brian Laudrup.
Tapi taktik jenius dari Fabio Capello berhasil seiring dua gol Daniele Massaro di babak pertama. AC Milan memainkan umpan-umpan pendek melalui Roberto Dona-Doni dan Desailly untuk meredam kedahsyatan lini tengah Barcelona.
Dejan Savicevic dan Marcel Desailly melengkapi pesta kemenangan AC Milan atas "Dream Team" Barcelona.

Laga final dipentaskan di Olimpia stadion, Munchen, dengan Juventus di pihak yang lebih diunggulkan mengatasi Dortmund. Pertemuan kedua tim juga menandai bertemunya para pemain Dortmund yang sebelumnya pernah bermain bagi Juventus, seperti playmaker Andreas Möller, Jürgen Kohler dan Paulo Sosa. Di sisi Juventus, Zinedine Zidane merupakan sosok yang paling di sorot debutnya di liga Champions, karena langsung sukses membawa juventus ke final di musim pertamanya, setelah di musim sebelumnya juga sukses membawa Bordeaux ke final piala UEFA.
Laga awal babak pertama pun dimulai dengan Juventus berinisiatif menenekan pertahanan Dortmund lewat aksi Vieri yang tendangannya menyentuh sisi gawang. Di menit ke-24 Dortmund sukses mencuri gol lewat Karl-Heinz Riedle yang dengan keras memasukan bola ke gawang Peruzzi memanfaatkan crossing liar dari Paul lambert yang sebelumnya memperoleh halauan bola dari pemain Juventus yang mengantisipasi sepak pojok Andreas Möller. 1-0!
Setelah usaha Zidane yang tak berhasil menaklukan Stefan Klos, 4 menit berselang, Dortmund mengagetkan Juventus dengan gol keduanya dari sundulan Riedle yang kali ini memanfaatkan tendangan sudut yang dieksekusi dengan baik oleh Möller. 2-0!
Skuad arahan Marcelo lippi yang bertaburkan bintang itu tak mau menyerah begitu saja, dan membuktikan bahwa mereka adalah tim terbaik di eranya..
berturut-turut, tendangan Zidane yang membentur tiang, tendangan Vieri, aksi Jugovic, sampai penyelamatan susah payah Klos memblok tendangan Vieri membuktikan bahwa Juventus adalah tim yang sangat berbahaya..
di menit ke 53, kolaborasi antara passing Zidane, akselerasi Bokšic, aksi tipuan Vieri dan kembali lagi ke Bokšic yang lalu mengirimkan crossing matang ke kotak penalti Dortmund diselesaikan dengan sentuhan tumit yang indah oleh Del Piero..
2-1!
Benar saja, hanya berselang 15 detik dia di lapangan, lewat rancangan serangan balik Möller yang kemudian mengirimkan umpan terobosan pada Ricken yang tak terkawal, Ricken dengan cerdik melepaskan tendangan lob dengan melihat celah yang ditinggalkan Peruzzi yang ragu bergerak ke depan dan kelengahan Paolo Montero mengawasi pemain Dortmund.
3-1 !

Enam menit setelah pertandingan dimulai, bek Ronny Johnsen dari Man. United melanggar striker Bayern Carsten Jancker. Mario Basler mengeksekusi free-kick itu dengan rendah, melewati pagar betis, membobol gawang United. Tendangan Mario Basler cukup spektakuler -- melengkung rendah tepat ke pojok kiri gawang United yang dikawal oleh Peter Schmeichel.
Awal mula yang buruk bagi United. Memasuki pertengahan babak pertama, pasukan Fergie mulai mendominasi tetapi gagal menciptakan peluang yang berbahaya ke arah gawang Bayern. Jelas sekali Setan Merah menjadi kurang eksplosif tanpa gelandang Paul Scholes dan Roy Keane -- terkena hukuman di semifinal sebelumnya.
Di lain pihak, lini pertahanan Bayern yang diatur Ottmar Hitzfeld tanpak sangat rapi dan teratur. Andy Cole, yang berusaha mendekati kotak penalti, langsung dihadang oleh bek-bek Die Roten. Bayern Muenchen juga tampak berusaha melakukan counter-attack saat United kehilangan bola di daerah Bayern. Carsten Jancker memberondong lini belakang United dengan aksi solo-run yang baik -- tetapi terkena off-side, terima kasih untuk lini pertahanan rapi yang dipimpin oleh Jaap Stam.
Andy Cole berhasil melepaskan tendangan di kotak München, tetapi kiper Oliver Kahn berhasil menepis bola. Kemudian, Alexander Zickler melakukan tendangan spekulasi yang melebar ke gawang Schmeichel. Mario Basler mengeksekusi free-kick sekali lagi, gagal mengarah ke gawang. Di akhir babak pertama, sayap kanan United Ryan Giggs menerima umpan dari Cole, disundul olehnya ke arah Kahn, gagal menjadi gol. Babak pertama berakhir.
Awal babak kedua, Jancker berhasil memaksa Peter Schmeichel terbang menyelamatkan gawangnya. Basler kembali mengancam United lewat tendangan spekulasinya dari jarak 30 meter, dan lalu memberikan umpan yang gagal dimanfaatkan oleh Markus Babbel.
United balik menyerang. Di menit ke-55, Giggs memberikan umpan silang kepada Jesper Blomqvist, ditendang oleh Jesper, hanya mengenai tiang gawang. Waktu yang menipis memaksa pelatih United Alex Ferguson menukar Blomqvist dengan Teddy Sheringham untuk mencetak satu gol saja -- United berusaha memaksa München bermain imbang.
Pelatih Bayern, Ottmar Hitzfeld menukar Zickler dengan gelandang Mehmet Scholl. Hasilnya langsung tampak, dan Bayern München tampak mendominasi. Scholl memberikan peluang bagi Stefan Effenberg, sebuah tendangan keras yang sayangnya melenceng. Schmeichel kembali mematahkan peluang Bayern setelah men-tip tendangan Effenberg di menit 75. Lalu, Basler kembali membuka peluang dengan aksi solo-run yang gagal membuahkan gol, tetapi Scholl di sana men-chip bola... memantul tiang, bola ke tangan Schmeichel.
Memasuki 10 menit terakhir, tampaknya Old Trafford akan menangis. Ferguson mengeluarkan Andy Cole dan memasukkan Ole Gunnar Solskjaer -- yang saat itu dikenal sebagai supersub. Solskjaer langsung memaksa Kahn menepis sundulan terarah Solskjaer -- sangat dekat dengan gol yang dinanti. Semenit kemudian Carsten Jancker menendang keras, menghantam tiang gawang. Lima menit terakhir, aksi Teddy Sheringham dengan tendangan voli dan sundulan dari Solskjaer memaksa Oliver Kahn berjibaku menyelamatkan gawang.
Offisial keempat memberikan waktu tiga menit bagi Fergie's Fledgings untuk mencetak dua gol. Segera setelah memasuki injury time, United mendapatkan peluang lewat tendangan bebas. Penonton berpikir bahwa ini adalah serangan terakhir United. Sebelum Beckham mengeksekusi, Peter Schmeichel maju ke depan untuk mencetak gol.
Mukjizat terjadi. Tendangan Beckham melayang di atas kepala Schmeichel. Dwight Yorke di sana, mengeksekusi... digagalkan oleh Thorsten Fink, disapu keluar. Sapuan tidak sempurna -- Giggs ada di sana! Giggs, di sisi kanan lapangan, menembak -- sayang terlalu lemah dan lambat... ada Sheringham di sana! Menyapu bola dengan kaki kanan... GOL!!! Bersarang di pojok gawang! Tampak United memaksa perpanjangan waktu digelar -- tujuan Fergie untuk Sheringham tercapai.
Keajaiban terus berlanjut. 30 detik kemudian, satu lagi tendangan pojok untuk United -- Schmeichel tetap di gawangnya kalau-kalau Bayern melakukan serangan balik. Beckham kembali mengeksekusi tendangan pojok, disundul oleh Sheringham ke bawah... ada Solskjaer! Tendangan ke atas... masuk ke gawang München! Gol kembali dicetak United. Solskjaer meniru perayaan gol Mario Basler sebelumnya dengan sliding di lututnya. Sontak sorak-sorai dari seantero stadion -- yang disebut Pierluigi Collina sebagai "auman singa". Solskjaer dikerubungi oleh para pemain United, pengganti, dan juga staf-stafnya di bangku cadangan. Schmeichel tampak sangat gembira di area gawangnya.
Permainan masih dilanjutkan, skor sudah 2-1 dan tinggal semenit lagi untuk bermain. Namun, pemain Bayern tampak sudah kehilangan semangat. Mereka kalah di laga yang sebelumnya mereka menangkan 2 menit sebelumnya. Beberapa kembang api sudah diluncurkan dari fans München beberapa saat sebelum keajaiban terjadi. Bahkan pemahat tulisan "Bayern München" di trofi LC dan pita dekorasi abu-abu (untuk München) sudah disiapkan dan trofi sudah dibawa ke pinggir lapangan. Ketika United mencetak gol kedua, trofi dibawa kembali ke dalam dan dihiasi dengan pita merah-putih untuk Man. United -- tulisan Manchester United di trofi agak berantakan.
United mempertahankan kemenangan mereka, artinya mereka meraih trofi kedua mereka di Liga Champions. Samuel Kuffour menangis setelah pertandingan, dalam kesedihan, begitu pula dengan Carsten Jancker. Muka Lothar Matthaus tampak kosong setelah gol kedua United. Dia telah ditukar empat menit sebelumnya. Faktanya, di akhir kariernya Matthaus gagal meraih trofi Liga Champion -- ia telah memenangkan seluruh piala di Jerman, Piala UEFA, dan Piala Dunia. Clive Tyldesley berkomentar, "Apa yang harus dipikirkan Lothar Matthaus? Yah, sungguh suatu kehormatan, siapa peduli?"
Ketika trofi diberikan kepada Manchester United, kapten Fergie's Fledglings malam itu, Peter Schmeichel, mengangkat trofi bersama-sama dengan gaffer Alex Ferguson. Biasanya hanya kapten yang mengangkat trofi. Ini juga menjadi final terakhir dan pertandingan terakhir Peter Schmeichel. Ia memutuskan pensiun setelah pertandingan ini.

Dinding stadion Kemal Ataturk seperti setipis kertas. Dari kamar ganti Liverpool, sorak sorai pemain AC Milan di ruangan yang berbeda begitu jelas terdengar. Semua pemain Liverpool tertunduk lesu. Tak ada yang berani menegakkan kepala. Pada malam final Liga Champions 2004/05 itu, Milan memberikan pukulan telak kepada Liverpool. Milan mampu unggul 3-0 saat jeda. Bek veteran Paolo Maldini membuka keunggulan pada menit pertama pertandingan. Sebelum turun minum, Hernan Crespo menambahnya dengan dua gol. Awal yang sempurna.
Tak mau disetir kemurungan, Rafael Benitez menghimpun nafas dan berdiri di tengah para pemainnya. Sang manajer sadar, dia hanya punya waktu 15 menit untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Ketika berjalan dari bangku cadangan menuju ruang ganti, benak Benitez dipusingkan mencari-cari kalimat dalam bahasa Inggris yang tepat untuk "menghidupkan" para pemainnya. Kalimat yang kemudian meluncur dari mulutnya sederhana saja.
"Jangan tundukkan kepala kalian. Kita Liverpool. Kalian bermain untuk Liverpool. Jangan lupakan itu. Kalian harus tetap menegakkan kepala kalian untuk suporter. Kalian harus melakukkannya untuk mereka", serunya.
"Kalian tak pantas menyebut kalian pemain Liverpool kalau kepala kalian tertunduk. Kalau kita menciptakan beberapa peluang, kita berpeluang bangkit dalam pertandingan ini. Percaya lah kalian mampu melakukannya. Berikan kesempatan buat kalian sendiri untuk keluar sebagai pahlawan."
Sebelum tim keluar kamar ganti, Rafa menyusun skema formasi baru di papan tulis. Untuk menghambat Kaka, Rafa meminta Dietmar Hamann bersiap tampil menggantikan Djimi Traore. Namun, ketika diberitahu Steve Finnan mengalami cedera, Benitez memanggil kembali Traore yang sudah mencopot sepatu dan berjalan ke kamar mandi. Keputusan terakhir, Finnan keluar, Hamann masuk.
Rafa sadar, tak ada lagi ruginya mengorbankan seorang pemain bertahan. Liverpool bermain dengan tiga pemain belakang dan kapten Steven Gerrard didorong lebih ke depan. Liverpool memang harus bangkit, sekarang atau tidak sama sekali.
Inilah lima belas menit yang menentukan. Lima belas menit yang mengubah segalanya. Babak kedua menjadi milik Liverpool. Sembilan menit berjalan, Liverpool menyulut sumbu ledak stadion. Dalam rentang enam menit berikutnya, Liverpool ganti mengendalikan situasi. Steven Gerrard memberikan gol inspirasional lewat sundulan kepala menyongsong umpan John Arne Riise. Tak lama berselang, tendangan keras jarak jauh Vladimir Smicer tak dapat ditahan Dida. Belum lagi Milan menata diri, pada menit ke-60, Gerrard dijatuhkan di kotak penalti oleh Gennaro Gattuso. Penalti! Awalnya, eksekusi Xabi Alonso sempat ditahan Dida, tapi bola muntah langsung disambar Alonso.
Cerita belum selesai. Kedudukan 3-3 bertahan hingga 90 menit. Pertandingan diperpanjang hingga 30 menit, tapi tetap tak bisa menentukan pemenang. Juara Liga Champions musim itu pun harus diselesaikan melalui babak adu penalti.
Sebelum "babak perjudian" itu dimulai, Jamie Carragher datang menghampiri kiper Jerzy Dudek. Carra menyarankan Dudek agar melakukan "sesuatu" untuk mengacaukan konsentrasi pemain Milan. Dudek langsung teringat rekaman video yang pernah disaksikannya. Kaki spaghetti! Saat adu penalti final Piala Champions 1984 melawan AS Roma, pendahulu Dudek, Bruce Grobbelaar, memelintir-melintir kakinya. Entah memang berpengaruh atau tidak, Grobbelaar berhasil membawa Liverpool menang dan merebut Piala Champions.
Trik yang sama dipakai Dudek ketika Andriy Shevchenko bertugas sebagai eksekutor terakhir Milan. Terbukti, trik kuno itu berhasil. Eksekusi Sheva mengarah ke tengah gawang dan dengan sebelah tangan, Dudek menahannya. Liverpool pun merajai Eropa! Jerih payah fans Liverpool yang terus menggemuruhkan dukungan untuk klub kesayangan mereka terbayar sudah!
Mukjizat di Istanbul ini kemudian diabadikan dalam film Fifteen Minutes That Shook The World. Betapa tidak, final Liga Champions musim itu sangat dramatis dan membuktikan segalanya mungkin terjadi di lapangan sepakbola.

oke kita mulai nih gan, siapa sih yang gatau liga champions, ya liga champions adalah turnament antar klub terbesar dan paling bergengsi yang ada di eropa gan, seluruh dunia aja tau liga champions


Spoiler for nomer 4:
AC MilanVs Barcelona UCL 1993/1994
Tempat : Olympic Stadium , Athena, Yunani.
Skor : 4-0
Tempat : Olympic Stadium , Athena, Yunani.
Skor : 4-0

Sebuah pertarungan klasik terhebat dalam sejarah Liga Champions. Dua raksasa ini bertemu dalam Final Liga Champions musim 1993/1994 untuk menentukan siapa yang terbaik di antara mereka.
Baik Milan dan Barcelona sedang alam performa terbaik mereka. Milan memenangkan tiga kali gelar liga domestik berturut dan Barcelona empat kali gelar La Liga berturut-turut. Barcelona dengan Johan Cruyff-nya dan Romario lebih difavoritkan untuk memenangkan laga ini, terutama karena Milan kehilangan beberapa pemain kunci seperti Marco van Basten, Franco Baresi, Alessandro Costacurta dan Brian Laudrup.
Tapi taktik jenius dari Fabio Capello berhasil seiring dua gol Daniele Massaro di babak pertama. AC Milan memainkan umpan-umpan pendek melalui Roberto Dona-Doni dan Desailly untuk meredam kedahsyatan lini tengah Barcelona.
Dejan Savicevic dan Marcel Desailly melengkapi pesta kemenangan AC Milan atas "Dream Team" Barcelona.

Spoiler for nomer 3:
BorussiaDortmund Vs Juventus UCL 1996-1997
Tempat : Olimpia stadion, Munchen, Jerman.
Skor : 3-1
Tempat : Olimpia stadion, Munchen, Jerman.
Skor : 3-1

Laga final dipentaskan di Olimpia stadion, Munchen, dengan Juventus di pihak yang lebih diunggulkan mengatasi Dortmund. Pertemuan kedua tim juga menandai bertemunya para pemain Dortmund yang sebelumnya pernah bermain bagi Juventus, seperti playmaker Andreas Möller, Jürgen Kohler dan Paulo Sosa. Di sisi Juventus, Zinedine Zidane merupakan sosok yang paling di sorot debutnya di liga Champions, karena langsung sukses membawa juventus ke final di musim pertamanya, setelah di musim sebelumnya juga sukses membawa Bordeaux ke final piala UEFA.
Laga awal babak pertama pun dimulai dengan Juventus berinisiatif menenekan pertahanan Dortmund lewat aksi Vieri yang tendangannya menyentuh sisi gawang. Di menit ke-24 Dortmund sukses mencuri gol lewat Karl-Heinz Riedle yang dengan keras memasukan bola ke gawang Peruzzi memanfaatkan crossing liar dari Paul lambert yang sebelumnya memperoleh halauan bola dari pemain Juventus yang mengantisipasi sepak pojok Andreas Möller. 1-0!
Setelah usaha Zidane yang tak berhasil menaklukan Stefan Klos, 4 menit berselang, Dortmund mengagetkan Juventus dengan gol keduanya dari sundulan Riedle yang kali ini memanfaatkan tendangan sudut yang dieksekusi dengan baik oleh Möller. 2-0!
Skuad arahan Marcelo lippi yang bertaburkan bintang itu tak mau menyerah begitu saja, dan membuktikan bahwa mereka adalah tim terbaik di eranya..
berturut-turut, tendangan Zidane yang membentur tiang, tendangan Vieri, aksi Jugovic, sampai penyelamatan susah payah Klos memblok tendangan Vieri membuktikan bahwa Juventus adalah tim yang sangat berbahaya..
di menit ke 53, kolaborasi antara passing Zidane, akselerasi Bokšic, aksi tipuan Vieri dan kembali lagi ke Bokšic yang lalu mengirimkan crossing matang ke kotak penalti Dortmund diselesaikan dengan sentuhan tumit yang indah oleh Del Piero..
2-1!
Benar saja, hanya berselang 15 detik dia di lapangan, lewat rancangan serangan balik Möller yang kemudian mengirimkan umpan terobosan pada Ricken yang tak terkawal, Ricken dengan cerdik melepaskan tendangan lob dengan melihat celah yang ditinggalkan Peruzzi yang ragu bergerak ke depan dan kelengahan Paolo Montero mengawasi pemain Dortmund.
3-1 !

Spoiler for nomer 2:
Manchester UnitedVs Bayern München UCL 1996-1997
Tempat : Camp Nou, Barcelona, Spanyol.
Skor : 2-1
Tempat : Camp Nou, Barcelona, Spanyol.
Skor : 2-1

Enam menit setelah pertandingan dimulai, bek Ronny Johnsen dari Man. United melanggar striker Bayern Carsten Jancker. Mario Basler mengeksekusi free-kick itu dengan rendah, melewati pagar betis, membobol gawang United. Tendangan Mario Basler cukup spektakuler -- melengkung rendah tepat ke pojok kiri gawang United yang dikawal oleh Peter Schmeichel.
Awal mula yang buruk bagi United. Memasuki pertengahan babak pertama, pasukan Fergie mulai mendominasi tetapi gagal menciptakan peluang yang berbahaya ke arah gawang Bayern. Jelas sekali Setan Merah menjadi kurang eksplosif tanpa gelandang Paul Scholes dan Roy Keane -- terkena hukuman di semifinal sebelumnya.
Di lain pihak, lini pertahanan Bayern yang diatur Ottmar Hitzfeld tanpak sangat rapi dan teratur. Andy Cole, yang berusaha mendekati kotak penalti, langsung dihadang oleh bek-bek Die Roten. Bayern Muenchen juga tampak berusaha melakukan counter-attack saat United kehilangan bola di daerah Bayern. Carsten Jancker memberondong lini belakang United dengan aksi solo-run yang baik -- tetapi terkena off-side, terima kasih untuk lini pertahanan rapi yang dipimpin oleh Jaap Stam.
Andy Cole berhasil melepaskan tendangan di kotak München, tetapi kiper Oliver Kahn berhasil menepis bola. Kemudian, Alexander Zickler melakukan tendangan spekulasi yang melebar ke gawang Schmeichel. Mario Basler mengeksekusi free-kick sekali lagi, gagal mengarah ke gawang. Di akhir babak pertama, sayap kanan United Ryan Giggs menerima umpan dari Cole, disundul olehnya ke arah Kahn, gagal menjadi gol. Babak pertama berakhir.
Awal babak kedua, Jancker berhasil memaksa Peter Schmeichel terbang menyelamatkan gawangnya. Basler kembali mengancam United lewat tendangan spekulasinya dari jarak 30 meter, dan lalu memberikan umpan yang gagal dimanfaatkan oleh Markus Babbel.
United balik menyerang. Di menit ke-55, Giggs memberikan umpan silang kepada Jesper Blomqvist, ditendang oleh Jesper, hanya mengenai tiang gawang. Waktu yang menipis memaksa pelatih United Alex Ferguson menukar Blomqvist dengan Teddy Sheringham untuk mencetak satu gol saja -- United berusaha memaksa München bermain imbang.
Pelatih Bayern, Ottmar Hitzfeld menukar Zickler dengan gelandang Mehmet Scholl. Hasilnya langsung tampak, dan Bayern München tampak mendominasi. Scholl memberikan peluang bagi Stefan Effenberg, sebuah tendangan keras yang sayangnya melenceng. Schmeichel kembali mematahkan peluang Bayern setelah men-tip tendangan Effenberg di menit 75. Lalu, Basler kembali membuka peluang dengan aksi solo-run yang gagal membuahkan gol, tetapi Scholl di sana men-chip bola... memantul tiang, bola ke tangan Schmeichel.
Memasuki 10 menit terakhir, tampaknya Old Trafford akan menangis. Ferguson mengeluarkan Andy Cole dan memasukkan Ole Gunnar Solskjaer -- yang saat itu dikenal sebagai supersub. Solskjaer langsung memaksa Kahn menepis sundulan terarah Solskjaer -- sangat dekat dengan gol yang dinanti. Semenit kemudian Carsten Jancker menendang keras, menghantam tiang gawang. Lima menit terakhir, aksi Teddy Sheringham dengan tendangan voli dan sundulan dari Solskjaer memaksa Oliver Kahn berjibaku menyelamatkan gawang.
Offisial keempat memberikan waktu tiga menit bagi Fergie's Fledgings untuk mencetak dua gol. Segera setelah memasuki injury time, United mendapatkan peluang lewat tendangan bebas. Penonton berpikir bahwa ini adalah serangan terakhir United. Sebelum Beckham mengeksekusi, Peter Schmeichel maju ke depan untuk mencetak gol.
Mukjizat terjadi. Tendangan Beckham melayang di atas kepala Schmeichel. Dwight Yorke di sana, mengeksekusi... digagalkan oleh Thorsten Fink, disapu keluar. Sapuan tidak sempurna -- Giggs ada di sana! Giggs, di sisi kanan lapangan, menembak -- sayang terlalu lemah dan lambat... ada Sheringham di sana! Menyapu bola dengan kaki kanan... GOL!!! Bersarang di pojok gawang! Tampak United memaksa perpanjangan waktu digelar -- tujuan Fergie untuk Sheringham tercapai.
Keajaiban terus berlanjut. 30 detik kemudian, satu lagi tendangan pojok untuk United -- Schmeichel tetap di gawangnya kalau-kalau Bayern melakukan serangan balik. Beckham kembali mengeksekusi tendangan pojok, disundul oleh Sheringham ke bawah... ada Solskjaer! Tendangan ke atas... masuk ke gawang München! Gol kembali dicetak United. Solskjaer meniru perayaan gol Mario Basler sebelumnya dengan sliding di lututnya. Sontak sorak-sorai dari seantero stadion -- yang disebut Pierluigi Collina sebagai "auman singa". Solskjaer dikerubungi oleh para pemain United, pengganti, dan juga staf-stafnya di bangku cadangan. Schmeichel tampak sangat gembira di area gawangnya.
Permainan masih dilanjutkan, skor sudah 2-1 dan tinggal semenit lagi untuk bermain. Namun, pemain Bayern tampak sudah kehilangan semangat. Mereka kalah di laga yang sebelumnya mereka menangkan 2 menit sebelumnya. Beberapa kembang api sudah diluncurkan dari fans München beberapa saat sebelum keajaiban terjadi. Bahkan pemahat tulisan "Bayern München" di trofi LC dan pita dekorasi abu-abu (untuk München) sudah disiapkan dan trofi sudah dibawa ke pinggir lapangan. Ketika United mencetak gol kedua, trofi dibawa kembali ke dalam dan dihiasi dengan pita merah-putih untuk Man. United -- tulisan Manchester United di trofi agak berantakan.
United mempertahankan kemenangan mereka, artinya mereka meraih trofi kedua mereka di Liga Champions. Samuel Kuffour menangis setelah pertandingan, dalam kesedihan, begitu pula dengan Carsten Jancker. Muka Lothar Matthaus tampak kosong setelah gol kedua United. Dia telah ditukar empat menit sebelumnya. Faktanya, di akhir kariernya Matthaus gagal meraih trofi Liga Champion -- ia telah memenangkan seluruh piala di Jerman, Piala UEFA, dan Piala Dunia. Clive Tyldesley berkomentar, "Apa yang harus dipikirkan Lothar Matthaus? Yah, sungguh suatu kehormatan, siapa peduli?"
Ketika trofi diberikan kepada Manchester United, kapten Fergie's Fledglings malam itu, Peter Schmeichel, mengangkat trofi bersama-sama dengan gaffer Alex Ferguson. Biasanya hanya kapten yang mengangkat trofi. Ini juga menjadi final terakhir dan pertandingan terakhir Peter Schmeichel. Ia memutuskan pensiun setelah pertandingan ini.

Spoiler for nomer 1:
ACMilan Vs Liverpool UCL 2004-2005
Tempat : Stadion Olimpiade Kemal Ataturk, Istanbul, Turkey.
Skor : 3-3 (penalty 2-3)
Tempat : Stadion Olimpiade Kemal Ataturk, Istanbul, Turkey.
Skor : 3-3 (penalty 2-3)

Dinding stadion Kemal Ataturk seperti setipis kertas. Dari kamar ganti Liverpool, sorak sorai pemain AC Milan di ruangan yang berbeda begitu jelas terdengar. Semua pemain Liverpool tertunduk lesu. Tak ada yang berani menegakkan kepala. Pada malam final Liga Champions 2004/05 itu, Milan memberikan pukulan telak kepada Liverpool. Milan mampu unggul 3-0 saat jeda. Bek veteran Paolo Maldini membuka keunggulan pada menit pertama pertandingan. Sebelum turun minum, Hernan Crespo menambahnya dengan dua gol. Awal yang sempurna.
Tak mau disetir kemurungan, Rafael Benitez menghimpun nafas dan berdiri di tengah para pemainnya. Sang manajer sadar, dia hanya punya waktu 15 menit untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Ketika berjalan dari bangku cadangan menuju ruang ganti, benak Benitez dipusingkan mencari-cari kalimat dalam bahasa Inggris yang tepat untuk "menghidupkan" para pemainnya. Kalimat yang kemudian meluncur dari mulutnya sederhana saja.
"Jangan tundukkan kepala kalian. Kita Liverpool. Kalian bermain untuk Liverpool. Jangan lupakan itu. Kalian harus tetap menegakkan kepala kalian untuk suporter. Kalian harus melakukkannya untuk mereka", serunya.
"Kalian tak pantas menyebut kalian pemain Liverpool kalau kepala kalian tertunduk. Kalau kita menciptakan beberapa peluang, kita berpeluang bangkit dalam pertandingan ini. Percaya lah kalian mampu melakukannya. Berikan kesempatan buat kalian sendiri untuk keluar sebagai pahlawan."
Sebelum tim keluar kamar ganti, Rafa menyusun skema formasi baru di papan tulis. Untuk menghambat Kaka, Rafa meminta Dietmar Hamann bersiap tampil menggantikan Djimi Traore. Namun, ketika diberitahu Steve Finnan mengalami cedera, Benitez memanggil kembali Traore yang sudah mencopot sepatu dan berjalan ke kamar mandi. Keputusan terakhir, Finnan keluar, Hamann masuk.
Rafa sadar, tak ada lagi ruginya mengorbankan seorang pemain bertahan. Liverpool bermain dengan tiga pemain belakang dan kapten Steven Gerrard didorong lebih ke depan. Liverpool memang harus bangkit, sekarang atau tidak sama sekali.
Inilah lima belas menit yang menentukan. Lima belas menit yang mengubah segalanya. Babak kedua menjadi milik Liverpool. Sembilan menit berjalan, Liverpool menyulut sumbu ledak stadion. Dalam rentang enam menit berikutnya, Liverpool ganti mengendalikan situasi. Steven Gerrard memberikan gol inspirasional lewat sundulan kepala menyongsong umpan John Arne Riise. Tak lama berselang, tendangan keras jarak jauh Vladimir Smicer tak dapat ditahan Dida. Belum lagi Milan menata diri, pada menit ke-60, Gerrard dijatuhkan di kotak penalti oleh Gennaro Gattuso. Penalti! Awalnya, eksekusi Xabi Alonso sempat ditahan Dida, tapi bola muntah langsung disambar Alonso.
Cerita belum selesai. Kedudukan 3-3 bertahan hingga 90 menit. Pertandingan diperpanjang hingga 30 menit, tapi tetap tak bisa menentukan pemenang. Juara Liga Champions musim itu pun harus diselesaikan melalui babak adu penalti.
Sebelum "babak perjudian" itu dimulai, Jamie Carragher datang menghampiri kiper Jerzy Dudek. Carra menyarankan Dudek agar melakukan "sesuatu" untuk mengacaukan konsentrasi pemain Milan. Dudek langsung teringat rekaman video yang pernah disaksikannya. Kaki spaghetti! Saat adu penalti final Piala Champions 1984 melawan AS Roma, pendahulu Dudek, Bruce Grobbelaar, memelintir-melintir kakinya. Entah memang berpengaruh atau tidak, Grobbelaar berhasil membawa Liverpool menang dan merebut Piala Champions.
Trik yang sama dipakai Dudek ketika Andriy Shevchenko bertugas sebagai eksekutor terakhir Milan. Terbukti, trik kuno itu berhasil. Eksekusi Sheva mengarah ke tengah gawang dan dengan sebelah tangan, Dudek menahannya. Liverpool pun merajai Eropa! Jerih payah fans Liverpool yang terus menggemuruhkan dukungan untuk klub kesayangan mereka terbayar sudah!
Mukjizat di Istanbul ini kemudian diabadikan dalam film Fifteen Minutes That Shook The World. Betapa tidak, final Liga Champions musim itu sangat dramatis dan membuktikan segalanya mungkin terjadi di lapangan sepakbola.

Diubah oleh zidninurobiagam 19-10-2013 04:33
0
5.2K
Kutip
39
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan