- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pembantaian ikan lumba-lumba dijadikan umpan ikan hiu
TS
finance1st
Pembantaian ikan lumba-lumba dijadikan umpan ikan hiu
Sumber: Pembantaian ikan lumba-lumba
Setiap tahun diperkirakan lebih dari 10.000 lumba-lumba dibunuh hanya untuk dijadikan umpan menangkap ikan hiu yang sudah hampir punah. Para nelayan di Peru memburu ikan lumba-lumba meskipun sudah diketahui itu ilegal. Mereka menggunakan daging ikan lumba-lumba sebagai umpan menangkap ikan hiu.
Matahari baru menampakkan diri di kejauhan ketika kapal nelayan yang ikut ditumpangi beberapa orang aktivis lingkungan berlayar di samudera Pasifik, di kejauhan sekelompok ikan lumba-lumba tampak bermain-main dengan ombak.
Bersiap-siap memburu ikan lumba-lumba, seorang nelayan yang diketahui adalah kapten kapal tersebut berdiri di depan bersiap dengan tombak tajam di tangan. Ia menunggu momen yang tepat sewaktu ikan lumba-lumba muncul ke permukaan air, tidak lama kemudian, saat itu tiba, perlatan tombak seberat 30kg yg terbuat dari besi dilemparkan ke arah lumba-lumba tersebut.
Seiring dengan melesatnya tombak mengenai ikan lumba-lumba, para awak kapal bersorak kegirangan merayakan tangkapan kali ini. Seutas tali yang terikat pada tombak pun diulur menjauhi kapal.
Kurang lebih 45 meter dari kapal, lumba-lumba yang sudah terkena tombak perlahan mulai kelelahan berusaha melepaskan diri, air di sekitarnya tampak berwarna merah oleh darahnya yang mengalir keluar.
Dua orang awak kapal mulai menarik tali yang terikat ke tombak tersebut, lumba-lumba masih berjuang melepaskan diri, tetapi tampaknya hanya keajaiban jika ia bisa kabur.
Foto selengkapnya disini
Waktu berlalu dengan semakin mendekatnya lumba-lumba yang ditarik ke perahu, seorang awak kapal yang lain kembali menancapkan kait logam ke kepala lumba-lumba tersebut, ususnya tampak terburai keluar ketika ikan itu diangkat ke kapal, ikan tersebut masih tampak bergerak.
Awak kapal tampak mulai mengasah pisaunya lalu memotong sirip ikan lumba-lumba itu dilanjutkan dengan menguliti ikan itu. Ikan lumba-lumba itu dipotong menjadi potongan daging yang lebih kecil, perburuan pun usai. Kapal nelayan tersebut berada sekitar 100km dari lepas pantai terdekat.
Jika mengikuti aturan konservasi kelautan internasional, perburuan ini menyebabkan kerusakan ganda, lumba-lumba adalah ikan yang dilindungi, penangkapannya akan ikut mengancam spesies laut yang lain.
Berita penangkapan ini sudah lama, namun selama ini tidak pernah peroleh bukti konkrit yang bisa digunakan untuk menempuh jalur hukum.
Aktivis lingkungan yang kebetulan mempunyai kesempatan untuk ikut kapal nelayan ini pun sebenarnya sudah menunggu lama, namun baru kali inilah kesempatan untuk menyaksikannya datang. Ia diberi ijin untuk ikut dalam penangkapan ini setelah menjanjikan uang untuk membiayai pembelian bahan bakar kapal dan permintaan untuk tidak diungkap identitasnya.
Nelayan Peru biasa menyebut ikan lumba-lumba dengan sebutan 'babi laut'. Sebutan ini bukanlah karena pergerakan lumba-lumba yang luwes di air akan tetapi lebih kepada karena daging binatang tersebut kerap dijadikan umpan untuk menangkap ikan hiu ditambah lagi darah lumba-lumba yang sangat banyak akan mudah untuk memancing datangnya ikan hiu.
Menjelang senja, kapal nelayan itu pun tiba di perairan yang diyakini banyak terdapat ikan hiu, temperatur air di perairan ini dianggap cocok dengan habitat hiu.
Kapten kapal mengatakan: "daging ikan lumba-lumba sangat disukai ikan hiu, ketika anda memotong dagingnya, darah akan mengalir banyak, selain itu daging lumba-lumba banyak mengandung lemak, ikan hiu menyukainya."
"Saya tahu jika memburu lumba-lumba adalah ilegal, akan tetapi, bagi saya itu adalah keharusan, saya punya tagihan rutin yang harus dibayar. Saya bisa saya mengurangi pengeluaran karena biaya untuk umpan ikan hiu sebenarnya sangat mahal. Kebanyakan kapal penangkap hiu dilengkapi dengan tombak mekanis yang bisa ditembakkan langsung dari kapal."
Sang kapten mengatakan, biasanya ia membunuh dua atau tiga lumba-lumba untuk setiap perjalanan, dalam setahun biasanya ia melakukan perjalanan 12 kali. Dengan asumsi ada lebih dari 500 kapal nelayan Peru saat ini, ada lebih dari 10.000 lumba-lumba yang dibunuh setiap tahunnya.
Daging ikan hiu hasil tangkapan dijual ke pembeli yang sudah menunggu di pelabuhan, selanjutnya daging hiu akan disalurkan ke seluruh dunia. Sirip ikan hiu sendiri dijual tersendiri ke wilayah Asia, kebanyakan digunakan untuk membuat sup.
Di buritan kapal, dua orang awak kapal mulai bekerja melemparkan umpan daging ikan lumba-lumba yang sudah terikat kait ke dalam air, pelampung pun dijatuhkan. Dua jam kemudian, ada lebih dari seribu umpan yang sudah disebar ke dalam air. Selanjutnya, awak kapal tinggal menunggu, beberapa diantaranya memilih untuk beristirahat.
Menjelang malam, suhu udara menurun cepat, awak kapal sudah siap mengenakan pakaian kedap air dengan sepatu boot anti slip sambil meminum sup yang sudah dicampur maca untuk menghangatkan tubuh. Maca adalah sejenis akar-akaran yang dipercaya masyarakat Peru bisa memberikan tambahan energi.
Kini saatnya untuk mengambil hasil tangkapan, tiba-tiba terdengar teriakan seorang awak kapal. Laju kapal diperlambat, lampu sorot diarahkan ke sumber teriakan, seekor ikan hiu tampak termakan oleh umpan yang disebar. Ikan hiu tidak bisa melepaskan diri dengan mencoba menyelam ke dalam karena kaitnya terhubung dengan pelampung yang menghalanginya menyelam lebih dalam.
Dalam hitungan kurang dari satu menit, ikan hiu diangkat ke atas kapal dan dilemparkan di atas dek kapal. Para awak kapal pun mendekat, seorang diantaranya langsung mengambil pisau memotong moncong hiu tersebut. Sebuah pancing pun dimasukkan ke dalam tubuh ikan hiu yang sudah menganga tersebut, ikan hiu pun berhenti meronta tidak lama kemudian. Itu adalah hiu pertama dari lusinan hiu yang akan ditangkap dan dipotong malam itu.
Satu jam kemudian, kapal kembali melambat, dari dek terdengar teriakan, empat orang awak kapal mendekat dan menarik ke atas seekor ikan hiu yang spesiesnya sudah hampir punah. Beratnya diperkirakan beberapa ratus kilogram dengan panjang sekitar 1,8 meter.
Ini belum setengah perjalanan kapal nelayan tersebut, tidak lama kembali terlihat seekor ikan hiu berwarna biru diseret ke atas kapal, ketika perutnya dirobek dengan pisau, tampak lusinan bayi ikan hiu yang sudah terbentuk sempurna berhamburan keluar di atas dek kapal.
Setiap tahun diperkirakan lebih dari 10.000 lumba-lumba dibunuh hanya untuk dijadikan umpan menangkap ikan hiu yang sudah hampir punah. Para nelayan di Peru memburu ikan lumba-lumba meskipun sudah diketahui itu ilegal. Mereka menggunakan daging ikan lumba-lumba sebagai umpan menangkap ikan hiu.
Matahari baru menampakkan diri di kejauhan ketika kapal nelayan yang ikut ditumpangi beberapa orang aktivis lingkungan berlayar di samudera Pasifik, di kejauhan sekelompok ikan lumba-lumba tampak bermain-main dengan ombak.
Bersiap-siap memburu ikan lumba-lumba, seorang nelayan yang diketahui adalah kapten kapal tersebut berdiri di depan bersiap dengan tombak tajam di tangan. Ia menunggu momen yang tepat sewaktu ikan lumba-lumba muncul ke permukaan air, tidak lama kemudian, saat itu tiba, perlatan tombak seberat 30kg yg terbuat dari besi dilemparkan ke arah lumba-lumba tersebut.
Seiring dengan melesatnya tombak mengenai ikan lumba-lumba, para awak kapal bersorak kegirangan merayakan tangkapan kali ini. Seutas tali yang terikat pada tombak pun diulur menjauhi kapal.
Kurang lebih 45 meter dari kapal, lumba-lumba yang sudah terkena tombak perlahan mulai kelelahan berusaha melepaskan diri, air di sekitarnya tampak berwarna merah oleh darahnya yang mengalir keluar.
Dua orang awak kapal mulai menarik tali yang terikat ke tombak tersebut, lumba-lumba masih berjuang melepaskan diri, tetapi tampaknya hanya keajaiban jika ia bisa kabur.
Foto selengkapnya disini
Waktu berlalu dengan semakin mendekatnya lumba-lumba yang ditarik ke perahu, seorang awak kapal yang lain kembali menancapkan kait logam ke kepala lumba-lumba tersebut, ususnya tampak terburai keluar ketika ikan itu diangkat ke kapal, ikan tersebut masih tampak bergerak.
Awak kapal tampak mulai mengasah pisaunya lalu memotong sirip ikan lumba-lumba itu dilanjutkan dengan menguliti ikan itu. Ikan lumba-lumba itu dipotong menjadi potongan daging yang lebih kecil, perburuan pun usai. Kapal nelayan tersebut berada sekitar 100km dari lepas pantai terdekat.
Jika mengikuti aturan konservasi kelautan internasional, perburuan ini menyebabkan kerusakan ganda, lumba-lumba adalah ikan yang dilindungi, penangkapannya akan ikut mengancam spesies laut yang lain.
Berita penangkapan ini sudah lama, namun selama ini tidak pernah peroleh bukti konkrit yang bisa digunakan untuk menempuh jalur hukum.
Aktivis lingkungan yang kebetulan mempunyai kesempatan untuk ikut kapal nelayan ini pun sebenarnya sudah menunggu lama, namun baru kali inilah kesempatan untuk menyaksikannya datang. Ia diberi ijin untuk ikut dalam penangkapan ini setelah menjanjikan uang untuk membiayai pembelian bahan bakar kapal dan permintaan untuk tidak diungkap identitasnya.
Nelayan Peru biasa menyebut ikan lumba-lumba dengan sebutan 'babi laut'. Sebutan ini bukanlah karena pergerakan lumba-lumba yang luwes di air akan tetapi lebih kepada karena daging binatang tersebut kerap dijadikan umpan untuk menangkap ikan hiu ditambah lagi darah lumba-lumba yang sangat banyak akan mudah untuk memancing datangnya ikan hiu.
Menjelang senja, kapal nelayan itu pun tiba di perairan yang diyakini banyak terdapat ikan hiu, temperatur air di perairan ini dianggap cocok dengan habitat hiu.
Kapten kapal mengatakan: "daging ikan lumba-lumba sangat disukai ikan hiu, ketika anda memotong dagingnya, darah akan mengalir banyak, selain itu daging lumba-lumba banyak mengandung lemak, ikan hiu menyukainya."
"Saya tahu jika memburu lumba-lumba adalah ilegal, akan tetapi, bagi saya itu adalah keharusan, saya punya tagihan rutin yang harus dibayar. Saya bisa saya mengurangi pengeluaran karena biaya untuk umpan ikan hiu sebenarnya sangat mahal. Kebanyakan kapal penangkap hiu dilengkapi dengan tombak mekanis yang bisa ditembakkan langsung dari kapal."
Sang kapten mengatakan, biasanya ia membunuh dua atau tiga lumba-lumba untuk setiap perjalanan, dalam setahun biasanya ia melakukan perjalanan 12 kali. Dengan asumsi ada lebih dari 500 kapal nelayan Peru saat ini, ada lebih dari 10.000 lumba-lumba yang dibunuh setiap tahunnya.
Daging ikan hiu hasil tangkapan dijual ke pembeli yang sudah menunggu di pelabuhan, selanjutnya daging hiu akan disalurkan ke seluruh dunia. Sirip ikan hiu sendiri dijual tersendiri ke wilayah Asia, kebanyakan digunakan untuk membuat sup.
Di buritan kapal, dua orang awak kapal mulai bekerja melemparkan umpan daging ikan lumba-lumba yang sudah terikat kait ke dalam air, pelampung pun dijatuhkan. Dua jam kemudian, ada lebih dari seribu umpan yang sudah disebar ke dalam air. Selanjutnya, awak kapal tinggal menunggu, beberapa diantaranya memilih untuk beristirahat.
Menjelang malam, suhu udara menurun cepat, awak kapal sudah siap mengenakan pakaian kedap air dengan sepatu boot anti slip sambil meminum sup yang sudah dicampur maca untuk menghangatkan tubuh. Maca adalah sejenis akar-akaran yang dipercaya masyarakat Peru bisa memberikan tambahan energi.
Kini saatnya untuk mengambil hasil tangkapan, tiba-tiba terdengar teriakan seorang awak kapal. Laju kapal diperlambat, lampu sorot diarahkan ke sumber teriakan, seekor ikan hiu tampak termakan oleh umpan yang disebar. Ikan hiu tidak bisa melepaskan diri dengan mencoba menyelam ke dalam karena kaitnya terhubung dengan pelampung yang menghalanginya menyelam lebih dalam.
Dalam hitungan kurang dari satu menit, ikan hiu diangkat ke atas kapal dan dilemparkan di atas dek kapal. Para awak kapal pun mendekat, seorang diantaranya langsung mengambil pisau memotong moncong hiu tersebut. Sebuah pancing pun dimasukkan ke dalam tubuh ikan hiu yang sudah menganga tersebut, ikan hiu pun berhenti meronta tidak lama kemudian. Itu adalah hiu pertama dari lusinan hiu yang akan ditangkap dan dipotong malam itu.
Satu jam kemudian, kapal kembali melambat, dari dek terdengar teriakan, empat orang awak kapal mendekat dan menarik ke atas seekor ikan hiu yang spesiesnya sudah hampir punah. Beratnya diperkirakan beberapa ratus kilogram dengan panjang sekitar 1,8 meter.
Ini belum setengah perjalanan kapal nelayan tersebut, tidak lama kembali terlihat seekor ikan hiu berwarna biru diseret ke atas kapal, ketika perutnya dirobek dengan pisau, tampak lusinan bayi ikan hiu yang sudah terbentuk sempurna berhamburan keluar di atas dek kapal.
0
4.7K
13
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan