Kaskus

Entertainment

jacksand13Avatar border
TS
jacksand13
Menggugat Mitos Bangsa Bodoh Ciptaan Kolonialisme Barat (mari belajar)
Menggugat Mitos Bangsa Bodoh Ciptaan Kolonialisme Barat

Menggugat Mitos Bangsa Bodoh Ciptaan Kolonialisme Barat (mari belajar)



Dalam Sarasehan Ahad Pagi
yang bertema ‘Indonesia di tengah
arus globalisasi’ dengan narasumber
Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D, seorang
pakar sejarah sosial. Seperti lazimnya
doktor lulusan luar negeri, Prof Nafaq
al-Bahluli memiliki pandangan miring
bersifat stigmatis terhadap orang-
orang Indonesia yang dikenal sebagai
pribumi pemalas, etos kerjanya
rendah, lebih suka menggunakan
perasaan daripada akal, suka pamer,
pemikirannya diliputi takhayul, suka
berangan-angan, kurang memiliki
kemampuan untuk bersaing, dan agak
sedikit bodoh. Itu sebabnya, menurut
Prof Nafaq al-Bahluli, di era global ini orang-orang Indonesia hanya berkedudukan sebagai
konsumen karena tidak mampu memproduksi komoditas apalagi mendistribusikannya.
Untuk menunjukkan bukti ketidak-mampuan orang-orang Indonesia bersaing di era global,
Prof Nafaq al-Bahluli memaparkan kemajuan bangsa Eropa di bidang IPTEK yang jauh tidak
terkejar, yang pengaruhnya terlihat pada sejumlah istilah teknologi Belanda dalam bahasa
Indonesia seperti: Kusir (koetsir), sopir (chauffeur), cek (check), sekop (schoppen), sepur (spoor),
spon (spons), slot, grendel, engsel, radio, lampu, gelas, delman, hotel, jodium, kantoor, bank.
Pos (post), bromfiets, bom, buku (boek), dok, bioskop (bioscoop), plafon, klompen, dll. “Kalau
bikin alas kaki yang disebut klompen saja meniru Belanda, apa yang bisa dibikin oleh bangsa
ini?” kata Prof Nafaq al-Bahluli dengan nada mengejek lalu melanjutkan,”Bagaimana bisa
menyaingi USA, Jepang, Cina, Jerman, Perancis, inggris, bahkan Thailand dan Vietnam kalau bikin
peniti saja tidak bisa. Peniti saja impor dari Cina.”
Pada saat sesi dialog dibuka Dullah yang tersinggung mencecar Prof Nafaq al-Bahluli dengan
memaparkan bukti-bukti kemampuan orang-orang Indonesia memproduksi komoditas yang bisa
bersaing di tengah perdagangan global seperti sepeda motor, mobil, televisi, radio, kulkas,
pesawat terbang, dll. “Apakah Anda mengingkari fakta bahwa bangsa kita sudah mampu
memproduksi mobil Kijang, motor Revo, pesawat Tetuko CN-120, TV Sony, radio Telesonic, kulkas
Sharp?” kata Dullah.
“Itu bukan masuk prestasi yang berkaitan dengan kemampuan anak bangsa Indonesia di
bidang teknologi,” kata Prof Nafaq al-Bahluli meremehkan.
“Apa Anda mengingkari fakta?” sergah Dullah dengan nada tinggi.
“Tidak ada yang mengingkari fakta,” sahut Prof Nafaq al-Bahluli,”Sebab mobil Kijang yang
Anda maksud itu sejatinya adalah mobil Toyota bikinan Jepang. Mobil Kijang diproduksi di
Indonesia untuk alasan pemasaran belaka. Jadi, hanya nama saja yang Indonesia: Kijang. Sejatinya
itu produk Jepang. Motor Revo, Astrea, Supra, King, Vario sejatinya adalah motor Honda bikinan
Jepang yang meluaskan produksi dengan membangun pabrik di Indonesia. Begitu juga dengan
produk radio, televisi, kulkas, kipas angin adalah bikinan Jepang yang meluaskan pasar dengan
memproduksi di Indonesia. Pesawat pun, itu mencontoh Cassa Spanyol. Bahkan pabriknya sudah
bangkrut.”
Dullah diam. Semua peserta sarasehan diam menarik nafas berat atas fakta-fakta yang
disodorkan Prof Nafaq al-Bahluli terkait kebodohan dan kemalasan orang-orang Indonesia. Prof
Nafaq al-Bahluli sendiri memandangi hadirin sambil senyum-senyum mengejek.
Tanpa terduga, tiba-tiba Sufi Sudrun bertanya,”Saya mau tanya soal teknologi meriam alias
kanon, prof, boleh tidak?”
“Oo silahkan, boleh saja,” sahut Prof Nafaq mengerutkan kening.
“Siapa yang mengembangkan teknologi meriam pertama kali?” tanya Sufi Sudrun.
“Sebagaimana kita ketahui dari sejarah, teknologi pembuatan meriam dikembangkan bangsa
Eropa pada abad ke-15. Karena itu, orang-orang Indonesia selalu kalah bertempur melawan
Belanda karena tidak punya meriam. Mana mungkin meriam dan senapan dilawan tombak, keris,
pedang, panah, kelewang?” jawab Prof Nafaq al-Bahluli menjelaskan.
“Ah rupanya pengetahuan sejarah Anda belum lengkap, prof,” tukas Sufi Sudrun tegas.
“Belum lengkap bagaimana?” sergah Prof Nafaq,”Apa maksudnya?”
“Anda harus membaca lebih detail sejarah perjalanan Vasco da Gama dari Eropa ke India.”
“Mmm, bukankah dia masuk ke Calicut di India tahun 1498?”
“Itu benar, tapi yang saya maksud bagaimana sambutan Samutiru, penguasa Calicut terhadap
kehadiran Vasco da Gama waktu itu?” tanya Sufi Sudrun.
“Kalau tidak salah, Vasco da Gama disambut dengan salvo tembakan bedhil ke udara.”
“Berarti saat Portugis pertama datang ke India, penduduk India sudah menggunakan bedhil,
benar begitu kan?” kata Sufi Sudrun dengan nada tanya.
“Hmm, kayaknya begitu.”
“Tahun 1510, 12 tahun pasca kedatangan Vasco da Gama, d’Abuquerque membawa kapal-
kapal akan menyerang Malaka karena Sultan Malaka telah menawan anak buahnya yang dipimpin
Diego de Coelho. Lewat kurir Diego de Coelho mengirim surat kepada d’Albuquerque,
memperingatkan agar pimpinannya itu tidak gegabah menyerang Malaka. Apakah kira-kira alasan
Diego de Coelho meminta pimpinannya itu agar tidak gegabah?” tanya Sufi Sudrun.
“Kalau tidak salah Diego de Coelho memperingatkan d’Albuquerque tentang meriam-meriam
ukuran besar yang melindungi bandar Malaka,” kata Prof Nafaq al-Bahluli.
“Menurut Diego de Coelho, darimana meriam-meriam itu didatangkan?”
“Dari Jawa.”
“Berarti dari Majapahit dan Demak, bukan?” tanya Sufi Sudrun.
“Kayaknya begitu pak.”
“Dalam sastra Majapahit Kidung Panji Wijayakrama disebutkan keberadaan alat perang yang
disebut BEDHIL dan BEDHIL BESAR serta istilah JURU MUDI NING BEDHIL BESAR. Apa kira-kira
makna alat-alat perang itu?” kata Sufi Sudrun dengan suara ditekan.
“Eee kalau tidak salah BEDHIL adalah Senapan dan BEDHIL BESAR adalah Meriam, sedang JURU
MUDI NING BEDHIL BESAR adalah operator Meriam,” sahut Prof Nafaq al-Bahluli.
“Berarti jauh sebelum Portugis datang ke India tahun 1498, orang Majapahit dan Demak sudah
memproduksi BEDHIL dan BEDHIL BESAR yang diperdagangkan sampai ke Malaka. Bukankah
seperti itu kesimpulannya, prof?” kata Sufi Sudrun
Prof Nafaq al-Bahluli diam.
“Bagaimana sampeyan dan para sejarawan didikan sekolah menetapkan fakta palsu bahwa
senapan dan meriam itu yang memperkenalkan bangsa Eropa? Tidakkah itu mengingkari bahwa
penemu mesiu adalah Cina? Bukankah meriam pertama kali digunakan oleh Jenghiz Khan pada
pertengahan abad ke-13? Bukankah Majapahit yang letaknya lebih dekat dengan Cina dengan
cepat melakukan alih teknologi dibanding Eropa yang sangat jauh dari Cina?” tanya Sufi Sudrun
berantai.
Prof Nafaq al-Bahluli termangu-mangu bingung.
“Kalau pada awal abad 15 orang Majapahit dan Demak sudah mampu memproduksi senapan
dan meriam,” kata Sufi Sudrun dengan nada tinggi,”Dari aspek mana sampeyan menyimpulkan
Bangsa Indonesia adalah bangsa bodoh, pemalas, emosional, tidak mampu membuat karya apa-
apa kecuali menjadi konsumen pengguna produk bangsa Barat?”

sumber : Agus Sunyoto.


demikian Thread ane yang kurang bermutu.
maap ya gan klo Thread.nya kacau emoticon-Hammer (S)
yang penting ada pelajaran.nya yang bisa di ambil emoticon-Blue Guy Cendol (L)


emoticon-Blue Guy Cendol (L)
Diubah oleh jacksand13 18-10-2013 07:47
0
3.1K
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan