- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Secangkir Kopi Penuh Cinta


TS
dongeng.bot
Secangkir Kopi Penuh Cinta
Prolog: Touch Down!
“Ini mas kunci kost nya mas Ari. emmmh Mudah-mudahan betah ya mas.”
“Iya pak, semoga aja. Saya juga males cari-cari kost lagi, ini aja seharian nyarinya pak.”
“Yaudah mas Ari saya pergi dulu ya. Jangan sungkan-sungkan telepon klo ada perlu.”
Seketika itu pula gueresmi menjadi penghuni kos dan resmi menjadi seorang perantau yang jauh hidup dari rumah tercinta. Gue Ari, Ari Satria Darmanto lebih tepatnya. Gue merantau jauh-jauh dari dari ibu kota untuk kuliah di ujung lain pulau jawa, Surabaya. Gue hampir buta tentang kota ini dan bermodal nekat gue berangkat dan mencoba peruntungan untuk menimba ilmu di sebuah kampus teknik di kota ini.
Hari pertama di kost gue habiskan untuk membeli perlengkapan kos dan jalan-jalan sore di komplek sekitar kost gue. Kost gue ini bisa dibilang semi-campuran karena kost gue ini bentuknya seperti dua buah gedung yang berhadapan, yang satu isinya cewe dan yang satu lagi isinya cowo. Diantara gedung cewe dan cowo ini dipisah pagar kawat setinggi 2 meter lebih dan hampir tidak tembus pandang ke seberang karena tumbuhan merambat yang sengaja ditanam oleh empunya kost ini.
Hari kedua gue coba kenalan dengan penghuni-penghuni kost lain yang tentunya gue Cuma kenalan sama yang cowo doang karena sungkan juga buat nyebrang ke gedung cewe Cuma buat kenalan dan kemungkinan besar malah cuma dianggap SKSD doang. Balik lagi ke perkenalan gue dengan penghuni kost yang lain, ada Rian asli Banyuwangi yang merupakan mahasiswa angkatan atas gue. Ada Wawan, mahasiswa baru juga kaya gue dan asalnya dari bandung. Tapi, si Wawan ini udah hampir sebulan lebih tinggal disini karena dia keterima lewat jalur prestasi dan tentunya diadakan lebih dulu dari gue yang ikut ujian tulis. Kamar-kamar lain gue ketok-ketok tidak ada yang menjawab, entah memang kosong atau orangnya lagi keluar. Akhirnya gue cukupkan berkenalan dengan penghuni lain.
Sorenya gue jalan-jalan keliling komplek dan sempet nongkrong di warkop deket kost-an dan sekalian tanya-tanya soal daerah sekitar.
“Mas iki orang baru ya disini? kok saya baru lihat”,
“Iya mbak saya baru kemaren datang kesini.”
“Oalah ngono toh, asli endi emange mas?”
“hah? andi? nama saya Ari kok mbak. mbak ini kok asal sebut aja.”
“hihihi. Loh siapa yang nanya nama mas saya tadi bilang ‘endi’ itu artinya mana mas. saya tadi tanya mas e iki asli mana toh?”
“Oh saya asli Jakarta mbak. maaf mbak saya ga ngerti bahasa jawa jadi maklum klo salah pengertian.hehe”
“Oh juauh ya mas. pantes mas e iki aneh yo jawab pertanyaan e tadi. Yowis karena mas e tadi udah ngasih tau nama sekalian kenalan ae wes, aku Rina mas salam kenal yo mas.” Mbak penjaga warkop itu pun tersenyum dan sedikit menunduk ke arahku sambil memperkenalkan diri.
“Iya mbak salam kenal, ini warung mbaknya sendiri? masih muda udah punya usaha gini.”
“ eh jangan panggil mbak ah. wong kita loh kayaknya seumuran kok. endak mas iki warung e mbak ku. sambilan mas, mbak ku kerja kantoran sambilan e yo warung iki mas.”
“oalah gitu mbak. eh Rina. Rina sendiri ga kuliah?” tanyaku sok akrab.
“endak mas aku masih sekolah sekarang udah kelas 3 SMA mas. Tahun depan kuliah e mas.”
“semangat belajar klo gitu rin. semoga dapet kuliahan yang dipengenin ntar. aku cabut dulu ya, udah mau magrib nih.”
“oh iya mas monggo. makasih loh mas ojok eh jangang sungkan-sungkan ngopi disini yo.”
“iya rin, yaudah aku balik dulu yah.” ujarku sembari mengangguk tanda berpisah.
Malamnya gue susah tidur karena suasana kamar gue yang cukup gerah karena jendela sengaja gue tutup karena nyamuk yang cukup banyak jika jendela gue buka. Cukup lama berguling-guling di kamar gue memutuskan menghisap sebatang rokok diluar kamar sekalian mencari angin segar.
Entah kenapa pembicaraan gue tadi sore dengan Rina kembali ter-replay di oak dan gue perhatiin wajah si Rina lumayan juga ternyata. Tapi buru-buru gue hapus bayangan itu dan menyalakan musik di hp gue sembari bernyanyi kecil hingga aku dikejutkan Wawan yang baru pulang, kebetulan kamar Wawan hanya selisih satu kamar dari kamarku yang ada diujung lantai dua. Setelah menyapa dan masuk kamar, Wawan kembali keluar meminta sebatang rokok ke gue kemudian kita ngobrol-ngobrol sampai sekitar jam 2 atau 3 dan akhirnya kami memutuskan tidur dikamar masing-masing.
UPDATE DELAYED! maaf gan karena ada satu dan lain hal yang cukup urgent dan dadakan beberapa hari belakangan sampe beberapa hari kedepan ane belom bisa Update. Maaf gan. 
Next update -> Part 2 : Blunder.
Waktu Rilis -> As Soon As Possible

Next update -> Part 2 : Blunder.
Waktu Rilis -> As Soon As Possible
Diubah oleh dongeng.bot 28-10-2013 03:43


anasabila memberi reputasi
1
2K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan