- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Buat Buruh yang Mau Ikutan Demo (Baca yuk Sebelum Menyesal)
TS
Blink.Satan
Buat Buruh yang Mau Ikutan Demo (Baca yuk Sebelum Menyesal)
Quote:
Ngga perlu marah dan nuduh TS yang macam-macam...
Karena TS juga buruh... Ngga ada maksud apa-apa selain amar ma'ruf nahi munkar
Semoga tulisan ini bermanfaat...
Karena TS juga buruh... Ngga ada maksud apa-apa selain amar ma'ruf nahi munkar
Semoga tulisan ini bermanfaat...
Quote:
Pengamat Intelijen: Demo Buruh Ditunggangi Elit Politik
Ditulis Oleh redaksi
kamis, 07 Februari 2013 13:12
Sumber: http://monitorindonesia.com/nasional...t-politik.html
Pengamat intelijen Wawan Purwanto dan Mardigu Wawiek Prabowo menilai ada kelompok tertentu menunggangi gerakan buruh yang terus-menerus menuntut kenaikan upah demi kepentingan politik menyambut Pemilu 2014. Kedua pengamat juga mengingatkan para buruh agar tidak mudah diprovokasi. Sebab, hanya segelintir elit buruh dan pihak-pihak tertentu yang diuntungkan dari aksi tersebut.
[Wawan Purwanto, Pengamat Intelijen]
“INI sudah keterlaluan. Saya menilai ini sudah setelan elit atau kelompok politik tertentu. Kenaikan gaji sudah 40 sampai 70 persen, kok masih terus menuntut? Ini yang membuat gerakan buruh menjadi tidak masuk akal,” tandas Mardigu kepada wartawan, Kamis (7/2/2013) menanggapi maraknya aksi demo buruh di Jakarta dan sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
Menurut Mardigu, kentalnya aroma politik dalam setiap aksi buruh saat ini terlihat dari pemaksaan tuntutannya. Padahal, kenaikan upah buruh terutama di kota besar sudah sangat tinggi. “Ibaratnya, buruh seperti memaksakan keberuntungan mereka. Ini blunder, dan harus disadarkan. Para buruh jangan mudah diprovokasi. Kalau perusahaan rugi atau hengkang ke negara lain, buruh juga yang rugi, menjadi pengangguran,” tukasnya.
Dikatakan, pengusaha sebenarnya bisa saja langsung menutup perusahaannya. Namun, akan lebih menyakitkan apabila pengusaha akhirnya menerapkan sistem kontrak kerja kepada karyawannya. “Ada cara paling ekstrim selain hengkang. Dipakai sistem kontrak tetapi tidak diperpanjang. Misalkan hanya enam bulan. Orang baru enam bulan kerja lalu berhenti. Tidak ada pesangon dan pekerja tidak akan punya keahlian apa-apa. Cara ini jelas sangat menyakitkan. Buruh juga kan yang rugi? terangnya.
Di tempat terpisah, Wawan Purwanto juga menilai ada kelompok tertentu yang sengaja memperalat kalangan buruh demi kepentingan politik menyambut Pemilu 2014. “Kalau kita bilang itu kelompok si A atau si B, mereka tentu tidak mengaku. Namun yang jelas, harus diingat, tahun ini adalah tahun politik. Tidak heran kalau ada pihak yang ingin memanfaatkan buruh. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, pengusaha dan buruh saya sarankan agar menjalin komunikasi yang baik. Buruh juga sebaiknya tidak mudah diprovokasi,” katanya mengingatkan.
Seperti diketahui, kenaikan UMP terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang sangat signifikan langsung berimbas pada kelangsungan usaha sejumlah pabrik. Di Karawang kenaikan UMK mencapai 60 persen. Bahkan di Bogor sudah mencapai 70 persen. Selain kenaikan upah, permintaan buruh lainnya seperti biaya kesehatan hingga uang pensiun juga sangat membebani perusahaan.
Akibatnya, 600 pengusaha asal Korea Selatan yang sudah 10 tahun berinvestasi di daerah Bekasi, Karawang, Subang, dan Purwakartamenyatakan siap-siap angkat kaki dari Indonesia. Begitu pun pengusaha industri sepatu dan sejumlah pabrik di Jawa Barat dan Banten. Mereka mengancam pindah ke Myanmar karena dirongrong kenaikan upah buruh. Jika ini terealisasi, sekitar 500 ribu buruh yang bekerja di sektor tersebut terancam menganggur.
Bahkan di Cikupa Tangerang, terhitung sejak (28/1/2013) Shyang Ju Fung (SJF) yang memproduksi alas kaki merek Assic terpaksa menutup perusahaannya. Perusahaan asing milik warga Taiwan ini beralasan, suasana hubungan industrial antara buruh dengan perusahaan sudah tidak kondusif. Akibatnya, 2.500 karyawannya menganggur. Asep M, salah seorang mantan karyawan SJF mengaku kini hanya bisa menyesali aksi demo yang berulangkali mereka lakukan.
“Hasilnya kami di-PHK karena perusahaan memang sudah tidak sanggup memenuhi tuntutan kami. Saya berharap teman-teman buruh di perusahaan lain jangan terlalu menuntut banyak. Lebih baik digaji proporsional daripada jadi pengangguran seperti saya. Sekarang saya kerja serabutan. Untuk sekadar makan dan susu anak saja sulit. Mending dulu waktu masih kerja di pabrik dapat penghasilan tetap,’’ ujar ayah tiga anak ini di kontrakannya di Desa Sukadamai, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, belum lama ini.
Asep juga menyesalkan aksi serikat pekerja di PT SJF dalam memperjuangkan tuntutannya. Sejak berdiri empat tahun lalu, aksi demonstrasi di PT SJF sudah puluhan kali terjadi.‘’Lha, gimana aktivitas produksi di pabrik nggak terganggu. Padahal, buruh yang memilih untuk bekerja lebih banyak dari yang melakukan aksi demo,’’ jelasnya.
Pardosi
Ditulis Oleh redaksi
kamis, 07 Februari 2013 13:12
Sumber: http://monitorindonesia.com/nasional...t-politik.html
Pengamat intelijen Wawan Purwanto dan Mardigu Wawiek Prabowo menilai ada kelompok tertentu menunggangi gerakan buruh yang terus-menerus menuntut kenaikan upah demi kepentingan politik menyambut Pemilu 2014. Kedua pengamat juga mengingatkan para buruh agar tidak mudah diprovokasi. Sebab, hanya segelintir elit buruh dan pihak-pihak tertentu yang diuntungkan dari aksi tersebut.
[Wawan Purwanto, Pengamat Intelijen]
“INI sudah keterlaluan. Saya menilai ini sudah setelan elit atau kelompok politik tertentu. Kenaikan gaji sudah 40 sampai 70 persen, kok masih terus menuntut? Ini yang membuat gerakan buruh menjadi tidak masuk akal,” tandas Mardigu kepada wartawan, Kamis (7/2/2013) menanggapi maraknya aksi demo buruh di Jakarta dan sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
Menurut Mardigu, kentalnya aroma politik dalam setiap aksi buruh saat ini terlihat dari pemaksaan tuntutannya. Padahal, kenaikan upah buruh terutama di kota besar sudah sangat tinggi. “Ibaratnya, buruh seperti memaksakan keberuntungan mereka. Ini blunder, dan harus disadarkan. Para buruh jangan mudah diprovokasi. Kalau perusahaan rugi atau hengkang ke negara lain, buruh juga yang rugi, menjadi pengangguran,” tukasnya.
Dikatakan, pengusaha sebenarnya bisa saja langsung menutup perusahaannya. Namun, akan lebih menyakitkan apabila pengusaha akhirnya menerapkan sistem kontrak kerja kepada karyawannya. “Ada cara paling ekstrim selain hengkang. Dipakai sistem kontrak tetapi tidak diperpanjang. Misalkan hanya enam bulan. Orang baru enam bulan kerja lalu berhenti. Tidak ada pesangon dan pekerja tidak akan punya keahlian apa-apa. Cara ini jelas sangat menyakitkan. Buruh juga kan yang rugi? terangnya.
Di tempat terpisah, Wawan Purwanto juga menilai ada kelompok tertentu yang sengaja memperalat kalangan buruh demi kepentingan politik menyambut Pemilu 2014. “Kalau kita bilang itu kelompok si A atau si B, mereka tentu tidak mengaku. Namun yang jelas, harus diingat, tahun ini adalah tahun politik. Tidak heran kalau ada pihak yang ingin memanfaatkan buruh. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, pengusaha dan buruh saya sarankan agar menjalin komunikasi yang baik. Buruh juga sebaiknya tidak mudah diprovokasi,” katanya mengingatkan.
Seperti diketahui, kenaikan UMP terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang sangat signifikan langsung berimbas pada kelangsungan usaha sejumlah pabrik. Di Karawang kenaikan UMK mencapai 60 persen. Bahkan di Bogor sudah mencapai 70 persen. Selain kenaikan upah, permintaan buruh lainnya seperti biaya kesehatan hingga uang pensiun juga sangat membebani perusahaan.
Akibatnya, 600 pengusaha asal Korea Selatan yang sudah 10 tahun berinvestasi di daerah Bekasi, Karawang, Subang, dan Purwakartamenyatakan siap-siap angkat kaki dari Indonesia. Begitu pun pengusaha industri sepatu dan sejumlah pabrik di Jawa Barat dan Banten. Mereka mengancam pindah ke Myanmar karena dirongrong kenaikan upah buruh. Jika ini terealisasi, sekitar 500 ribu buruh yang bekerja di sektor tersebut terancam menganggur.
Bahkan di Cikupa Tangerang, terhitung sejak (28/1/2013) Shyang Ju Fung (SJF) yang memproduksi alas kaki merek Assic terpaksa menutup perusahaannya. Perusahaan asing milik warga Taiwan ini beralasan, suasana hubungan industrial antara buruh dengan perusahaan sudah tidak kondusif. Akibatnya, 2.500 karyawannya menganggur. Asep M, salah seorang mantan karyawan SJF mengaku kini hanya bisa menyesali aksi demo yang berulangkali mereka lakukan.
“Hasilnya kami di-PHK karena perusahaan memang sudah tidak sanggup memenuhi tuntutan kami. Saya berharap teman-teman buruh di perusahaan lain jangan terlalu menuntut banyak. Lebih baik digaji proporsional daripada jadi pengangguran seperti saya. Sekarang saya kerja serabutan. Untuk sekadar makan dan susu anak saja sulit. Mending dulu waktu masih kerja di pabrik dapat penghasilan tetap,’’ ujar ayah tiga anak ini di kontrakannya di Desa Sukadamai, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, belum lama ini.
Asep juga menyesalkan aksi serikat pekerja di PT SJF dalam memperjuangkan tuntutannya. Sejak berdiri empat tahun lalu, aksi demonstrasi di PT SJF sudah puluhan kali terjadi.‘’Lha, gimana aktivitas produksi di pabrik nggak terganggu. Padahal, buruh yang memilih untuk bekerja lebih banyak dari yang melakukan aksi demo,’’ jelasnya.
Pardosi
0
3.6K
Kutip
22
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan