- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sore di balik teras
TS
tjapkijang
Sore di balik teras
Sore,
Hujan yang tak kunjung reda meramaikan susana. Sekumpulan domba-domba sembilan belas jumlahnya berteduh, menjadi makmum sang tuan. Sang tuan bernama fais, penggembala sekaligus murid SMA kelas satu salah satu madrasah di desa. Setiap sore hujan berkunjung tak kunjung hilang. Entah kemarau tiba.
Fais, hitam lusuh tak begitu tampan, kulit kering seperti kurang perawatan. Berteman caping dan cambuk kecil sebagai remote domba. Pagi sekolah dengan sepeda tua, uamg saku lima ratus rupiah saja, ya kalu di tukar dengan gorengan kira dapat dua. Waktu mu habis di jalan dan di pelataran sawah. 4 tahun sudah waktu berlalu sebagao penggembala, namun tak naik pangkat juga.
Bapak di rumah yang setengah baya, jadi pak tani merangkap tukang becak, dan sampingan sebagai kuli pasar juga. Fais tanpa arah kau nikmti apa yang ada. Hujan sore ini begitu hangat, menikmtai gemircik bagai alunan kecapi. Mengarahkan domba dan penggembala untuk bersuka ria walaupun, walaupun perutnya sama-sama belum kenyang. Caping lusuh basah kuyup bagai sayur terjatuh di kubangan. Dimana-ma air berterbangan tercium angin. Menungu waku reda tak jua ada. Hingga menjelang magrib kau masih disana. Fais sembunyi dibalik ketakutannya, selalu terpendam beberapa perasaan yang sewajarnya ada. Berkhayal tentang putri yang jelita, atau bermimpi bisa menjabat tangannya. Domba-domba itu tak mengerti bahasamu, kenapa kau bernyanyi di setiap pagi. Kenapa kau tersenyum seperti orang gila atau mengapa kau lari kegirangan seperti kuda.
Genteng2 teras tetangga tak jua berhenti menangis, kau ingat kembali awalnya tangismu itu, tangis setiap malam yang berharap bintang, bisa hidup normal seperti kawan seumuran. Kau pendam dan kau kubur dukamu, kau sabar dan kau tak peduli apa kata mereka. Ini jalan fais, sebisa menikmati waktu dengan membantu, sebisa tenaga menjalani dan menapaki jalan yang tercipta.
Empat Tahun berlalu.
Fais kini berganti, domba. Dia duduk di balik jendela, menatap beberapa domba di simpang jalan. Serta anak-anak yang di ibaratkan mirip dia. Kini kau nikmati masa mudamu setelah kau lulus kuliah. Kau kenang lagi masa-masa menjadi penggembala. Meski berdasi tak kau pasangakan, kau sembunyikan dan kau sembunyikan.
anasabila memberi reputasi
1
651
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan