- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
5 Sikap Yang Harus Ditiru Calon Kapolri dari Jend Hoegeng


TS
scarlet8887
5 Sikap Yang Harus Ditiru Calon Kapolri dari Jend Hoegeng

Quote:
Merdeka.com - Kabareskrim Polri Komjen Pol Sutarman menjadi calon tunggal Kapolriuntuk menggantikan Jenderal Pol Timur Pradopo. Komjen Sutarman menjadi satu-satunya calon setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hanya menyetorkan namanya ke DPR.
Hari ini, Komjen Sutarman akan menjalani uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR. Jika Komisi III DPR setuju, jenderal bintang tiga itu akan melenggang menjadi pemimpin Korps Bhayangkara.
Kritikan pun datang dari KontraS dan Indonesia Police Watch atas pencalonan Komjen Sutarman. Umumnya mereka meragukan Polri jika dipimpin Komjen Sutarman. Sebab, Komjen Sutarman diduga memiliki persoalan di masa lalu. Mereka pun meminta agar Komjen Sutarman menjelaskan semua persoalan tersebut.
Menjadi Kapolri memang bukanlah tugas mudah. Dibutuhkan manusia setengah dewa untuk memimpin korps berbaju cokelat itu. Apalagi ulah negatif sejumlah personelnya membuat nama Polri kini tercoreng di mata masyarakat. Sebut saja kasus dugaan korupsi simulator SIM Irjen Djoko Susilo dll.
Meski demikian, bukan berarti tak ada sosok bersih di Polri. Dulu Polri pernah memiliki seorang pemimpin yang jujur, tegas dan berani bernama Jenderal Hoegeng Imam Santoso. Segudang teladan yang dimiliki Jenderal Hoegeng patut diteladani para juniornya.
Berikut sedikit dari segudang kebaikan Jenderal Hoegeng yang harus diteladani oleh Komjen Sutarman saat menjadi Kapolri.
Merdeka.com - Jauh sebelum menjabat sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng sudah terkenal akan kejujurannya. Saat bertugas di Medan dengan pangkat Kompol Hoegeng mengobrak-abrik bandar judi. Dia membongkar suap menyuap pada para polisi dan jaksa di Medan yang menjadi antek bandar judi.
Hoegeng tak mempan disuap. Barang-barang mewah pemberian bandar judi dilemparnya keluar jendela. Lebih baik hidup melarat daripada menerima suap atau korupsi. Itu prinsip hidup Hoegeng yang ditirunya dari Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Karirnya terus menanjak. Pada 15 Mei 1968, Presiden Soeharto melantik Hoegeng menjadi Kapolri. Hoegeng tak mau menerima suap satu sen pun. Istrinya yang berjualan bunga disuruh berhenti. Hoegeng takut profesi istrinya akan dijadikan celah orang-orang yang ingin menyuapnya.?
Hoegeng bahkan tak punya mobil pribadi. Sehari-hari dia mengandalkan mobil dinas untuk memantau kondisi Jakarta. Jika jalanan macet, sang jenderal tak segan turun dari mobilnya dan mengatur lalu lintas bersama ajudannya.
Hoegeng sempat heran saat mendengar seorang perwira polisi bisa membeli rumah mewah di Kemang. Atau bermobil mewah dan bergaya perlente ala pengusaha.
"Memang berapa gaji polisi? Itu dapat darimana," ujar Hoegeng sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hoegeng juga tak kenal kompromi mengusut berbagai kasus kejahatan. Dia tidak peduli siapa beking orang itu. Jika bersalah, harus ditindak.
Merdeka.com - Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santosa pernah dirayu seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat kasus penyelundupan. Wanita itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan.
Hoegeng memang sangat gencar memerangi penyelundupan. Dia tidak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya.
Wanita ini berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung dikembalikan oleh Hoegeng. Tapi si wanita tak putus asa. Dia terus mendekati Hoegeng.?
Yang membuat Hoegeng heran, malah koleganya di kepolisian dan kejaksaan yang memintanya untuk melepaskan wanita itu. Hoegeng menjadi heran, kenapa begitu banyak pejabat yang mau menolong pengusaha wanita tersebut. Belakangan Hoegeng mendapat kabar, wanita itu tidak segan-segan tidur dengan pejabat demi memuluskan aksi penyelundupannya.
Hoegeng pun hanya bisa mengelus dada prihatin menyaksikan tingkah polah koleganya yang terbuai uang dan rayuan wanita.
Merdeka.com - Kapolri Jenderal Hoegeng tak gentar berhadapan dengan siapa pun untuk menegakkan kebenaran. Salah satu contohnya adalah Hoegeng berusaha mengungkap kasus pemerkosaan seorang penjual telur bernama Sumarijem di Yogyakarta.
Padahal dalam kasus itu anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi diduga ikut menjadi pelakunya. Hoegeng sadar proses di pengadilan berjalan penuh rekayasa. Sumarijem yang menjadi korban malah menjadi tersangka. Hoegeng bertekad mengusut tuntas kasus ini. Dia siap menindak tegas para pelakunya walau dibekingi pejabat.
"Perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak," tegas Hoegeng dalam buku 'Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa-' terbitan Bentang.
Hoegeng membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. Namanya 'Tim Pemeriksa Sum Kuning', dibentuk Januari 1971. Kasus Sum Kuning terus membesar seperti bola salju. Sejumlah pejabat polisi dan Yogyakarta yang anaknya disebut terlibat, membantah lewat media massa.
Belakangan Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Dalam pertemuan di Istana, Soeharto memerintahkan kasus ini tak lagi ditangani Hoegeng melainkan ditangani oleh Tim pemeriksa Pusat Kopkamtib. Hoegeng sadar. Ada kekuatan besar untuk membuat kasus ini menjadi bias.
Tanggal 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri. Beberapa pihak menilai Hoegeng sengaja dipensiunkan untuk menutup kasus ini.
Merdeka.com - Jenderal Hoegeng bukan tipe Kapolri yang gemar duduk manis di kantor. Hoegeng bahkan kerap turun tangan langsung mengatur lalu lintas di perempatan.
Hoegeng berpendapat seorang polisi adalah pelayan masyarakat. Dari mulai pangkat terendah sampai tertinggi, tugasnya adalah mengayomi masyarakat.
"Karena prinsip itulah, Hoegeng tidak pernah merasa malu, turun tangan sendiri mengambil alih tugas teknis seorang anggota polisi yang kebetulan sedang tidak ada atau tidak di tempat. Jika terjadi kemacetan di sebuah perempatan yang sibuk, dengan baju dinas Kapolri, Hoegeng akan menjalankan tugas seorang polantas di jalan raya. Itu dilakukan Hoegeng dengan ikhlas seraya memberi contoh kepada anggota polisi yang lain tentang motivasi dan kecintaan pada profesi," demikian ditulis dalam buku Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa-terbitan Bentang.
Hoegeng merupakan sosok yang disiplin. Dia selalu tiba di Mabes Polri sebelum pukul 07.00 WIB. Sebelum sampai di kantor, dia memilih rute yang berbeda dan berputar dahulu dari rumahnya di Menteng, Jakarta Pusat. Maksudnya untuk memantau situasi lalu lintas dan kesiapsiagaan aparat kepolisian di jalan.
Saat suasana ramai, seperti malam tahun baru, Natal atau Lebaran, Hoegeng juga selalu terjun langsung mengecek kesiapan aparat di lapangan. Hoegeng bahkan pernah menyamar untuk membongkar sindikat peredaran narkoba.
Merdeka.com - Meski tak lagi menjabat sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng tetap memberi perhatian khusus kepada Polri. Pada 1977, Hoegeng yang tak lagi menjabat sebagai Kapolri mendapat laporan dari seorang perwira menengah polisi berdinas sebagai provos tentang dugaan tindakan korupsi sejumlah perwira tinggi polisi di bagian jawatan keuangan.
Hoegeng lantas segera menulis memo pribadi kepada Kapolri saat itu, Jenderal Widodo Budidarmo. Isinya, Hoegeng mengkritik habis-habisan perilaku polisi bergaya hidup mewah.
"Wid, sekarang ini kok polisi sudah kaya-kaya, sampai-sampai sudah ada yang punya rumah mewah di Kemang. Dari mana duitnya itu," tanya Hoegeng kepada Widodo dalam memo seperti dikutip dalam buku 'Hoegeng, Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa,' Karya Aris Santoso bersama rekan. Terbitan PT Bentang Pustaka.
Karena tidak mendapatkan respon baik dari kapolri, Hoegeng lantas membocorkan dugaan korupsi itu kepada beberapa media. Tidak lama kemudian meledaklah kasus dugaan korupsi mencapai Rp 6 miliar itu di surat kabar nasional.
Setelah diusut, sejumlah petinggi polisi terlibat dalam kasus korupsi itu, seperti Deputi Kapolri Letjen Polisi Siswadji, dan tiga perwira kepolisian lainnya. Mereka lantas divonis bersalah dan dipenjara.
"Sebagai mantan Kapolri, saya benar-benar prihatin dan malu mendengar adanya kasus manipulasi di Mabak itu," kata Hoegeng.
Hari ini, Komjen Sutarman akan menjalani uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR. Jika Komisi III DPR setuju, jenderal bintang tiga itu akan melenggang menjadi pemimpin Korps Bhayangkara.
Kritikan pun datang dari KontraS dan Indonesia Police Watch atas pencalonan Komjen Sutarman. Umumnya mereka meragukan Polri jika dipimpin Komjen Sutarman. Sebab, Komjen Sutarman diduga memiliki persoalan di masa lalu. Mereka pun meminta agar Komjen Sutarman menjelaskan semua persoalan tersebut.
Menjadi Kapolri memang bukanlah tugas mudah. Dibutuhkan manusia setengah dewa untuk memimpin korps berbaju cokelat itu. Apalagi ulah negatif sejumlah personelnya membuat nama Polri kini tercoreng di mata masyarakat. Sebut saja kasus dugaan korupsi simulator SIM Irjen Djoko Susilo dll.
Meski demikian, bukan berarti tak ada sosok bersih di Polri. Dulu Polri pernah memiliki seorang pemimpin yang jujur, tegas dan berani bernama Jenderal Hoegeng Imam Santoso. Segudang teladan yang dimiliki Jenderal Hoegeng patut diteladani para juniornya.
Berikut sedikit dari segudang kebaikan Jenderal Hoegeng yang harus diteladani oleh Komjen Sutarman saat menjadi Kapolri.
Spoiler for 1. Jujur tak kenal kompromi:
Merdeka.com - Jauh sebelum menjabat sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng sudah terkenal akan kejujurannya. Saat bertugas di Medan dengan pangkat Kompol Hoegeng mengobrak-abrik bandar judi. Dia membongkar suap menyuap pada para polisi dan jaksa di Medan yang menjadi antek bandar judi.
Hoegeng tak mempan disuap. Barang-barang mewah pemberian bandar judi dilemparnya keluar jendela. Lebih baik hidup melarat daripada menerima suap atau korupsi. Itu prinsip hidup Hoegeng yang ditirunya dari Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Karirnya terus menanjak. Pada 15 Mei 1968, Presiden Soeharto melantik Hoegeng menjadi Kapolri. Hoegeng tak mau menerima suap satu sen pun. Istrinya yang berjualan bunga disuruh berhenti. Hoegeng takut profesi istrinya akan dijadikan celah orang-orang yang ingin menyuapnya.?
Hoegeng bahkan tak punya mobil pribadi. Sehari-hari dia mengandalkan mobil dinas untuk memantau kondisi Jakarta. Jika jalanan macet, sang jenderal tak segan turun dari mobilnya dan mengatur lalu lintas bersama ajudannya.
Hoegeng sempat heran saat mendengar seorang perwira polisi bisa membeli rumah mewah di Kemang. Atau bermobil mewah dan bergaya perlente ala pengusaha.
"Memang berapa gaji polisi? Itu dapat darimana," ujar Hoegeng sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hoegeng juga tak kenal kompromi mengusut berbagai kasus kejahatan. Dia tidak peduli siapa beking orang itu. Jika bersalah, harus ditindak.
Spoiler for 2. Tak mempan digoda suap dan wanita cantik:
Merdeka.com - Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santosa pernah dirayu seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat kasus penyelundupan. Wanita itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan.
Hoegeng memang sangat gencar memerangi penyelundupan. Dia tidak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya.
Wanita ini berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung dikembalikan oleh Hoegeng. Tapi si wanita tak putus asa. Dia terus mendekati Hoegeng.?
Yang membuat Hoegeng heran, malah koleganya di kepolisian dan kejaksaan yang memintanya untuk melepaskan wanita itu. Hoegeng menjadi heran, kenapa begitu banyak pejabat yang mau menolong pengusaha wanita tersebut. Belakangan Hoegeng mendapat kabar, wanita itu tidak segan-segan tidur dengan pejabat demi memuluskan aksi penyelundupannya.
Hoegeng pun hanya bisa mengelus dada prihatin menyaksikan tingkah polah koleganya yang terbuai uang dan rayuan wanita.
Spoiler for 3. Demi kebenaran, tak gentar melawan siapa pun:
Merdeka.com - Kapolri Jenderal Hoegeng tak gentar berhadapan dengan siapa pun untuk menegakkan kebenaran. Salah satu contohnya adalah Hoegeng berusaha mengungkap kasus pemerkosaan seorang penjual telur bernama Sumarijem di Yogyakarta.
Padahal dalam kasus itu anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi diduga ikut menjadi pelakunya. Hoegeng sadar proses di pengadilan berjalan penuh rekayasa. Sumarijem yang menjadi korban malah menjadi tersangka. Hoegeng bertekad mengusut tuntas kasus ini. Dia siap menindak tegas para pelakunya walau dibekingi pejabat.
"Perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak," tegas Hoegeng dalam buku 'Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa-' terbitan Bentang.
Hoegeng membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. Namanya 'Tim Pemeriksa Sum Kuning', dibentuk Januari 1971. Kasus Sum Kuning terus membesar seperti bola salju. Sejumlah pejabat polisi dan Yogyakarta yang anaknya disebut terlibat, membantah lewat media massa.
Belakangan Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Dalam pertemuan di Istana, Soeharto memerintahkan kasus ini tak lagi ditangani Hoegeng melainkan ditangani oleh Tim pemeriksa Pusat Kopkamtib. Hoegeng sadar. Ada kekuatan besar untuk membuat kasus ini menjadi bias.
Tanggal 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri. Beberapa pihak menilai Hoegeng sengaja dipensiunkan untuk menutup kasus ini.
Spoiler for 4. Langsung turun ke lapangan:
Merdeka.com - Jenderal Hoegeng bukan tipe Kapolri yang gemar duduk manis di kantor. Hoegeng bahkan kerap turun tangan langsung mengatur lalu lintas di perempatan.
Hoegeng berpendapat seorang polisi adalah pelayan masyarakat. Dari mulai pangkat terendah sampai tertinggi, tugasnya adalah mengayomi masyarakat.
"Karena prinsip itulah, Hoegeng tidak pernah merasa malu, turun tangan sendiri mengambil alih tugas teknis seorang anggota polisi yang kebetulan sedang tidak ada atau tidak di tempat. Jika terjadi kemacetan di sebuah perempatan yang sibuk, dengan baju dinas Kapolri, Hoegeng akan menjalankan tugas seorang polantas di jalan raya. Itu dilakukan Hoegeng dengan ikhlas seraya memberi contoh kepada anggota polisi yang lain tentang motivasi dan kecintaan pada profesi," demikian ditulis dalam buku Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa-terbitan Bentang.
Hoegeng merupakan sosok yang disiplin. Dia selalu tiba di Mabes Polri sebelum pukul 07.00 WIB. Sebelum sampai di kantor, dia memilih rute yang berbeda dan berputar dahulu dari rumahnya di Menteng, Jakarta Pusat. Maksudnya untuk memantau situasi lalu lintas dan kesiapsiagaan aparat kepolisian di jalan.
Saat suasana ramai, seperti malam tahun baru, Natal atau Lebaran, Hoegeng juga selalu terjun langsung mengecek kesiapan aparat di lapangan. Hoegeng bahkan pernah menyamar untuk membongkar sindikat peredaran narkoba.
Spoiler for 5. Berani bongkar korupsi di Polri:
Merdeka.com - Meski tak lagi menjabat sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng tetap memberi perhatian khusus kepada Polri. Pada 1977, Hoegeng yang tak lagi menjabat sebagai Kapolri mendapat laporan dari seorang perwira menengah polisi berdinas sebagai provos tentang dugaan tindakan korupsi sejumlah perwira tinggi polisi di bagian jawatan keuangan.
Hoegeng lantas segera menulis memo pribadi kepada Kapolri saat itu, Jenderal Widodo Budidarmo. Isinya, Hoegeng mengkritik habis-habisan perilaku polisi bergaya hidup mewah.
"Wid, sekarang ini kok polisi sudah kaya-kaya, sampai-sampai sudah ada yang punya rumah mewah di Kemang. Dari mana duitnya itu," tanya Hoegeng kepada Widodo dalam memo seperti dikutip dalam buku 'Hoegeng, Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa,' Karya Aris Santoso bersama rekan. Terbitan PT Bentang Pustaka.
Karena tidak mendapatkan respon baik dari kapolri, Hoegeng lantas membocorkan dugaan korupsi itu kepada beberapa media. Tidak lama kemudian meledaklah kasus dugaan korupsi mencapai Rp 6 miliar itu di surat kabar nasional.
Setelah diusut, sejumlah petinggi polisi terlibat dalam kasus korupsi itu, seperti Deputi Kapolri Letjen Polisi Siswadji, dan tiga perwira kepolisian lainnya. Mereka lantas divonis bersalah dan dipenjara.
"Sebagai mantan Kapolri, saya benar-benar prihatin dan malu mendengar adanya kasus manipulasi di Mabak itu," kata Hoegeng.
Sumber : Merdeka
banyak yang bilang hanya 3 polisi di Indonesia yang tak bisa disuap yaitu polisi tidur, patung polisi dan hoegeng. semoga sikap bisa ditiru oleh seluruh anggota polisi seluruh Indonesia

0
1.9K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan