- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Indonesia Bisa Kalahkan China: 1000 Persen Bohong!
TS
pocongkeren
Indonesia Bisa Kalahkan China: 1000 Persen Bohong!
Sebelum Laga: 100 Persen Yakin Kalahkan China
Pelatih timnas senior Indonesia, Jacksen Ferreira yakin timnya bisa memenangkan laga melawan China pada lanjutan grup C kualifikasi Piala Asia 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (15/10) malam.
Jacksen tidak memedulikan rekor bagus yang selama ini ditorehkan China setiap bertemu Indonesia. Berdasarkan catatan yang ada, sejak pertama kali bertemu pada 1957, skuat “Garuda” baru dua kali menang dari 15 pertemuan kedua tim. Kemenangan terakhir timnas atas China terjadi pada ajang King’s Cup di Bangkok pada 1987. Saat itu, timnas menang 3-1. Selebihnya, imbang dua kali dan kalah 11 kali dari Cina. “Rekor itu bagus untuk taruh di museum,” kata Jacksen.
“Itu bisa menjadi motivasi kami untuk pertandingan besok. Kami ingin bikin sejarah yang baru. Seribu persen saya yakin bisa menang,” ucap Jacksen.
(Sumber: Goal,com)
Indonesia v China 1-1: Jacksen: Tak Permah Uji Coba Sih
Pelatih tim nasional Indonesia, Jacksen F Tiago, mengakui skuad Garuda memang harus meningkatkan kerjasama tim. Jacksen menanggapi hasil imbang 1-1 kontra China pada lanjutan kualifikasi Grup C Kualifikasi Piala Asia, Selasa (15/10).
Dalam pertandingan tersebut, Indonesia memang terlihat kesulitan mengembangkan pertandingan. Beberapa kali Boaz Solossa dan kawan-kawan sering melakukan salah umpan dan kurang maksimal saat melakukan penyelesaian akhir.
Jacksen mengatakan, salah satu faktor masalah tersebut karena para pemain timnas tidak melakoni uji coba satu pun menjelang lawan China. Ia pun berharap agar masalah itu bisa segera terselesaikan dalam tiga pertandingan sisa.
Baca Selengkapnya: Kompas.com
Lebih lengkap lagi plus data di bawah ini
http://halsatu.com/indonesia-bisa-ka...persen-bohong/
Bayangan Garuda Jaya di Timnas Senior
Biasanya, Yuniorlah yang mesti meniru senior. Ini karena senior memiliki jam terbang yang lama, punya pengalaman jatuh bangun lebih sering, dan lebih dewasa tentunya.
Tapi dalam kasus timnas Indonesia, kondisinya sudah terbalik. Timnas U-23 dan Timnas senior yang baru saja bermain imbang lawan China, dipaksa meniru yuniornya timnas U-19 yang sukses menjadi juara Piala AFF 2013 dan baru saja lolos ke putaran final Piala Asia U-19 tahun 2014.
Hasil yang tak pernah terlupakan publik sepak bola Indonesia adalah kesuksesaan Evan Dimas dkk mengalahkan raksasa sepakbola Korsel dengan skor 3-2. Sebelumnya, hasil itu sama sekali tak pernah dibayangkan, apalagi Korsel U-19 merupakan juara bertahan, bahkan 12 kali
menjadi juara Piala Asia U-19.
Publik pun, terutama yang awam sepak bola, kini lebih mengenal skuad Garuda Jaya seperti Evan Dimas, Ravi Murdianto, Ilham Udin, Maldini Pali, Zulfiandi dan sebagainya. Mereka seolah perlu tak tahu siapa Boas Sallosa, Ahmad Bustomi, Raphael Maitimo atau Vendry Mofu.
Jika diibaratkan sebuah keluarga, dua tim senior itu seperti anak yang salah didik. Mereka sama-sama ditempa dalam jalur yang sama, jalur sepak bola. Namun karena orangtua terlalu campur tangan, mentor sehebat apapun tak bisa menggali kehebatan anak-anaknya.
Sebaliknya, orangtua tak lagi banyak ikut campur di tim yunior. Mereka bahkan sempat meragukannya, menganggap tak mungkin lebih baik dari para seniornya.
http://olahraga.kompasiana.com/bola/...or-600833.html
Pelatih timnas senior Indonesia, Jacksen Ferreira yakin timnya bisa memenangkan laga melawan China pada lanjutan grup C kualifikasi Piala Asia 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (15/10) malam.
Jacksen tidak memedulikan rekor bagus yang selama ini ditorehkan China setiap bertemu Indonesia. Berdasarkan catatan yang ada, sejak pertama kali bertemu pada 1957, skuat “Garuda” baru dua kali menang dari 15 pertemuan kedua tim. Kemenangan terakhir timnas atas China terjadi pada ajang King’s Cup di Bangkok pada 1987. Saat itu, timnas menang 3-1. Selebihnya, imbang dua kali dan kalah 11 kali dari Cina. “Rekor itu bagus untuk taruh di museum,” kata Jacksen.
“Itu bisa menjadi motivasi kami untuk pertandingan besok. Kami ingin bikin sejarah yang baru. Seribu persen saya yakin bisa menang,” ucap Jacksen.
(Sumber: Goal,com)
Indonesia v China 1-1: Jacksen: Tak Permah Uji Coba Sih
Pelatih tim nasional Indonesia, Jacksen F Tiago, mengakui skuad Garuda memang harus meningkatkan kerjasama tim. Jacksen menanggapi hasil imbang 1-1 kontra China pada lanjutan kualifikasi Grup C Kualifikasi Piala Asia, Selasa (15/10).
Dalam pertandingan tersebut, Indonesia memang terlihat kesulitan mengembangkan pertandingan. Beberapa kali Boaz Solossa dan kawan-kawan sering melakukan salah umpan dan kurang maksimal saat melakukan penyelesaian akhir.
Jacksen mengatakan, salah satu faktor masalah tersebut karena para pemain timnas tidak melakoni uji coba satu pun menjelang lawan China. Ia pun berharap agar masalah itu bisa segera terselesaikan dalam tiga pertandingan sisa.
Baca Selengkapnya: Kompas.com
Lebih lengkap lagi plus data di bawah ini
http://halsatu.com/indonesia-bisa-ka...persen-bohong/
Bayangan Garuda Jaya di Timnas Senior
Biasanya, Yuniorlah yang mesti meniru senior. Ini karena senior memiliki jam terbang yang lama, punya pengalaman jatuh bangun lebih sering, dan lebih dewasa tentunya.
Tapi dalam kasus timnas Indonesia, kondisinya sudah terbalik. Timnas U-23 dan Timnas senior yang baru saja bermain imbang lawan China, dipaksa meniru yuniornya timnas U-19 yang sukses menjadi juara Piala AFF 2013 dan baru saja lolos ke putaran final Piala Asia U-19 tahun 2014.
Hasil yang tak pernah terlupakan publik sepak bola Indonesia adalah kesuksesaan Evan Dimas dkk mengalahkan raksasa sepakbola Korsel dengan skor 3-2. Sebelumnya, hasil itu sama sekali tak pernah dibayangkan, apalagi Korsel U-19 merupakan juara bertahan, bahkan 12 kali
menjadi juara Piala Asia U-19.
Publik pun, terutama yang awam sepak bola, kini lebih mengenal skuad Garuda Jaya seperti Evan Dimas, Ravi Murdianto, Ilham Udin, Maldini Pali, Zulfiandi dan sebagainya. Mereka seolah perlu tak tahu siapa Boas Sallosa, Ahmad Bustomi, Raphael Maitimo atau Vendry Mofu.
Jika diibaratkan sebuah keluarga, dua tim senior itu seperti anak yang salah didik. Mereka sama-sama ditempa dalam jalur yang sama, jalur sepak bola. Namun karena orangtua terlalu campur tangan, mentor sehebat apapun tak bisa menggali kehebatan anak-anaknya.
Sebaliknya, orangtua tak lagi banyak ikut campur di tim yunior. Mereka bahkan sempat meragukannya, menganggap tak mungkin lebih baik dari para seniornya.
http://olahraga.kompasiana.com/bola/...or-600833.html
0
4.3K
57
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan