[pejabat masuk]5contoh kesederhaan pemimpin dan pejabat
TS
bubs
[pejabat masuk]5contoh kesederhaan pemimpin dan pejabat
Peraturan di trit ane
Spoiler for wajib di buka:
Spoiler for wajib di buka:
Semakin sedikit kita lihat pejabat yang sederhana,panutan,dan berjiwa besar memperjuangkan rakyat.mereka terlihat seperti unjuk kekuatan,kekayaan,dan power!
bahwa masih adakah pejabat yang seperti orang-orang yang saya sebut dibawah ini?
Mungkin ada,!!
Tapi entah yang mana,karena sekarang semua seperti terlihat bias karena pencitraan menjelang pemilu 2014!!!
Anda yang dapat memilih siapakah pemimpin idola anda yang bersih,sederhana,sosok pengayom DLL.
Sungguh sulit masuk di akal ketika menemukan pejabat publik pada era sekarang bergelimang mobil mewah. Lihatlah parkiran gedung rakyat,gedung DPR/MPR yang seperti. showroom mobil mewah. Sungguh ironis pula jika menemukan mobil dinas pejabat masuk sembarangan ke jalur publik, jalur bus Transjakarta.
Kenyataan-kenyataan tersebut ironis karena sebenarnya ada contoh keteladanan bagaimana menggunakan fasilitas negara seperti yang dipertontonkan oleh proklamator Bung Hatta.
Kisah tentang Bung Hatta dan mobil dinasnya ini diceritakan oleh pengusaha Hasjim Ning dalam otobiografinya karangan AA Navis. Hasjim Ning juga merupakan keponakan Bung Hatta.Hasjim Ning bercerita tentang Bung Hatta yang dikenal sebagai pemimpin berjiwa bersih, jujur,dan sederhana. Cerita ini terjadi pada awal tahun 1950, saat itu Indonesia dalam bentuk Republik Indonesia Serikat, disingkat RIS, negara federasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar.
Bung Hatta bertindak sebagai perdana menteri sementara Presiden adalah Bung Karno. Pada suatu hari, Bung Hatta kangen dengan ibundanya yang sudah lama tidak ditemui. Hasjim Ning diminta Bung Hatta untuk menjemput ibundanya, Ibu Saleha atau dipanggil Hasjim dengan sebutan Mak Tuo ke
Sumedang, Jawa Barat.Dalam pikiran Hasjim Ning, seharusnya Bung Hatta sebagai anak yang datang menjemput ibunya. Sebagai perdana menteri, hal itu akan baik bagi pamor Bung Hatta. Terutama apabila dalam kunjungan turut disertakan para
wartawan. Dalam pikiran Hasjim Ning juga, Ibu Saleha akan sangat bahagia apabila mendapat kunjungan dari anaknya yang menjabat perdana menteri.Namun, Hasjim tidak bisa menyampaikan pikirannya itu kepada Bung Hatta."Sebab aku maklum, apabila Bung Hatta telah berkata, kata-katanya itu sudah ia pikirkan dengan seksama.Maka ia tidak akan mengubahnya,"demikian Hasjim Ning.Namun, Hasjim mengusulkan agar Mak Tuo dijemput dengan mobil Bung Hatta sendiri.Maksud Hasjim, biar Mak Tuo senang dan bangga.Apa jawaban Bung Hatta?"Tidak bisa. Pakai saja mobil Hasjim," kata Bung Hatta.
Menurut Hasjim,apa salahnya ibunda seorang perdana menteri naik mobil anak kandungnya ? Siapa tidak akan setuju? Rakyat juga akan menerima dengan wajar karena menghormati pemimpinnya.
Alasan Bung Hatta menunjukkan betapa bersih dan jujur jiwanya."Mobil itu bukan kepunyaanku.Mobil itu milik negara,"kata Bung Hatta.
Begitulah Bung Hatta, sosok yang selalu merasa bersalah jika menyalahgunakan wewenang dan fasilitas negara yang diberikan kepadanya. Dia tidak mau fasilitas negara digunakan untuk kepentingan pribadi.Mari berpikir, adakah pejabat kita sekarang seperti Bung Hatta? Yang sering kita temui adalah tipikal pejabat yang minta fasilitas paling eksklusif untuk keluarga dankerabatnya.
Mereka melakukannya tanpa rasa malu!
Kedudukannya di masyarakat sangat tinggi. Dia sahabat dekat Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta. Dia adalah pemimpin organisasi Islam besar Muhammadiyah. Meskipun memiliki kedudukan tinggi, KH Mas Mansur tetap lekat dengan kesederhanaan yang mengagumkan.
Gaya berpakaian Mas Mansur memang berbeda dengan pemimpin lain. Jika pemimpin lainnya mengenakan jas mewah, Mas Mansur lebih suka pakaian sederhana dan sarung. Sabuknya juga memiliki kantong.
Suatu ketika, wartawa Jepang Kanzo Tsutsumi bertanya kepada Mas Mansur mengapa suka berpakaian gaya ndeso,meskipun kedudukannya sudah tinggi.Mas Mansur tertawa dan menjawab: "Memang pakaian saya ini selalu menjadi soal hingga kawan-kawan saya akan memberi uang 180 rupiah dan disuruhnya saya membuat jas dan celana yang bagus-bagus. Mungkin kiranya saya mau berpakaian jas dan celana jika terus menerus saya didesak-desak.
Cuma saya yakin, kalau saya beli celana modern,niscaya sayatak sanggupmenjelaskan hitungan 5 dan 5 karena tentu otak dan pikiran saya tidak tenang lagi.
Biarpun saya disebut kepala batu atau
berbau desa, sudahlah biarkan."Begitu sederhananya, orang tak mengenal Mas Mansur sebagai sosok penting.
Pernah ada kejadian menarik soal ini seperti diceritakan Soebagijo IN dalam bukunya Mas Mansur,Pembaharu Islam di Indonesia. Suatu kali dalam Kongres Muhammadiyah di Medan, ada orang gemuk hitam berdiri di luar arena kongres.Seorang anggota komite menghampiri orang tersebut dan menanyakan identitasnya. Jika belum punya, diminta mengurus ke kepanitiaan.
Anggota komite menunjuk suatu tempat untuk mengurusnya. Orang itu diam saja dan menurut pernyataan dari anggota komite tanpa membantah.Dia menuju tempat yang ditunjuk dengan tenang. Belakangan diketahui, orang yang ditegur itu adalah Mas Mansur. Anggota komite itu mukanya biru hitam lantaran malu.Bagaimana tak malu, Mas Mansur adalah salah satu pimpinan Muhammadiyah yang sangat
diperhitungkan.Jejak perjuangan Mas Mansur makin menggelora setelah menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah.
Gebrakan politik yang cukup berhasil bagi ummat Islam dengan memprakarsai berdirinya Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) bersama Hasyim Asyari dan Wahab Hasbullah, keduanya dari Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga ikut mendirikan Partai Islam Indonesia (PII) bersama Dr Sukiman Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Mas Mansur termasuk dalam empat pimpinan yang menonjol sehingga disebut Empat Serangkai bersama Bung Karno, Bung Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.
Mas Mansur mundur dari empat serangkai karena hati nuraninya tidak bisa menerima penindasan Jepang. Terutama juga karena banyak saudaranya yang menjadi korban
penindasan Jepang. Saat Indonesia
diproklamasikan, KH Mas Mansur tidak bisa hadir di Pegangsaan Timur karena sakit.
Namun demikian api perjuangan tidak pernah dia padamkan. Dalam kondisi fisik yang tidak lagi tangguh, dia terus menyemangati arek-arek Suroboyo pada pertempuran melawan Sekutu.
DiSurabaya, Mas Mansur rajin menjadi khotib dan Imam dalam salat Jumat dengan tak henti-hentinya memberi semangat kepada para pejuang.Tak menghiraukan ancaman lawan dan desingan peluru, Mas Mansur rajin mendatangi kelompok muda mudi yang bertugas di Palang Merah untuk memberi semangat perjuangan.
Dengan tuduhan sebagai kolaborator karena
pernah duduk di pimpinan Poetera, Mas Mansur ditangkap Sekutu dan ditahan di penjara Kalisosok dalam kondisi sakit. Mansur sempat dilepas tetapi kembali ditangkap Sekutu karena perjuangannya yang sangat gigih. Kondisi sakit membuat Mas Mansur kemudian dirawat di sebuah rumah sakit di Darmo.
Mas Mansur meninggal dalam sepi tanpa ada
orang lain yang menemani.Saat-saat terakhirnya 24 April 1946 tidak ada anak, istri, atau saudara yang mendampinginya.
Indonesia kehilangansalah satu pemimpin besarnya yang penuhteladan.Atas meninggalnya KH Mas Mansur, Panglima
Besar Sudirman mengirimkan surat tanda duka cita mendalam. "Saya merasa kehilangan seorang ayah,seorang pembimbing dan seorang pemimpin. Saya merasa berhutang budi. Hutang budi yang saya bayar dengan suatu janji serta tekad: kami keluarga tentara semua akan meneruskan perjuangan kita melaksanakan tuntutan pemerintah dan rakyatnya, yaitu:Kemerdekaan penuh," demikian surat dari Panglima Besar Sudirman.
Jenazah KH Mas Mansur dimakamkan di kuburan Gipo dekat Masjid Ampel. Dengan SK Presiden No 162 Tahun 1964, KH Mas Mansur ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu jalan penting di Jakarta dan banyak kota lain.
3.Pak AR Fachruddin, pemimpin
umat yang tak pernah punya
rumah
Sebagai pemimpin organisasi masyarakat Islam sebesar Muhammadiyah,A.RFachruddin , tentu bisa mendapatkan harta yang diharapkannya dengan mudah. Apakah itu mobil atau rumah tinggal.Tetapi sungguh hebat teladan kesederhanaan dari Pak AR, sapaan akrabnya.
Tidak pernahterpikir oleh Pak AR untuk menumpuk harta.Saat meninggal pun, Pak AR yang memimpin Muhammadiyah dalam kurun lebih dari 20 tahun tidak pernah memiliki rumah.
Begitulah kesederhanaan Pak AR Rumah besar yang ditempatinya sejak 1971 bukan milik pribadi melainkan milik persyarikatan Muhammadiyah. Sebelumnya, Pak AR sekeluarga menghuni rumah sewa sederhana di kawasan Kauman, Yogyakarta.
Pak AR sebenarnya juga ingin punya rumah sendiri. Dia pernah mengangsur rumah pada awal 1960-an ketika masih bertugas di Departemen Agama. Sayang, Pak AR ditipu pengembang yang melarikan uangnya.
Kehilangan harta atas rumah yang diidamkan tidak membuat Pak AR bersedih terlalu lama.Kata Pak AR kepada istrinya Siti Qomariyah,"Sudahlah tak usah dipikirkan kehilangan rumah,nanti akan diganti rumah yang lebih baik disurga."
Bagi Pak AR, harta dunia bukanlah yang utama.Hidupnya diserahkan sepenuhnya untuk dakwah Islam. Seringkali Pak AR mendapat undangan untuk ceramah. Saat pulang, amplop yang diberikan panitia selalu dibagikan kepada karyawan kantor PP Muhammadiyah. Pak AR mengaku senang jika ceramah di kampung-kampung pinggiran Yogyakarta yang banyak berisi rakyat miskin. Menurut dia, itu adalah sunnah Nabi Muhammad SAW.
Pak AR juga dikenal sangat merakyat. Pernah suatu ketika, becak yang dinaikinya dicegat seorang pedagang kaki lima. Pedagang itu ternyata hanya ingin bertanya tentang hukum pinjam-meminjam. Pak AR rela memberi
penjelasan selama lebih dari setengah jam kepada si penanya.
Suatu kali Pak AR didampingi oleh Ahmad Dimyati, seorang tokoh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menghadiri suatu acara Muhammadiyah di daerah Jawa Tengah. Oleh panitia tempat tidur mereka di ruang kelas di lantai yang diberi kasur. Pak Dimyati ingin
bertanya ke panitia, mengapa seorang ketua PP Muhammadiyah tidurnya hanya di lantai yang diberi kasur. Pak AR dengan santai malah mengatakan: "Sudahlah,dengan begini saya malah enak, tidak mungkin jatuh dari tempat tidur," kata Pak AR dikutip dari transkrip
Ceramah Ustadz Ibnu Juraimi dalam Baitul Arqam Ketua-Ketua PDM se-Indonesia Putaran IV,MPKSDI PP Muhammadiyah, di Kaliurang yang ditranskrip oleh Arief Budi.
Pada 1990, Pak AR sebenarnya masih diharapkan memimpinMuhammadiyah. Namun dia ingin ada alih generasi. Setelah tidak menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah, dan menjabat sebagai Penasehat PP Muhammadiyah, Pak AR masih aktif melaksanakan kegiatan dakwah ke berbagai tempat.
Pak AR wafat pada Jumat 17 Maret pukul 08.00 di RSIJ Jakarta pada usia 79 tahun. Berita meninggalnya Pak AR menyebar lewat telepon, radio, televisi dan pemberitahuan di mimbar Jumat di seluruh daerah.Ribuan orang melayat ke kediaman Pak AR.
Dalam pidatonya, Ketua Umum PP
Muhammadiyah ketika itu Amien Rais, menyebut tiga kunci hidup Pak AR yang layak dikenang:kesederhanaan, kejujuran, dan keikhlasan.
4.Trimurti, mantan menteri dengan
rumah kontrakan di akhir hayat.
Satu pahlawan dngan teladan kesederhanaan yang tak bisa dilupakan dalam perjuangan bangsa ini adalah SK Trimurti atau lengkapnya Surastri Karma Trimurti. Istri dari Sayuti Melik ini mengawali pengabdiannya menjadi pengajar, tetapi dirinya lebih terkenal sebagai jurnalis di Indonesia.
Sebelum era kemerdekaan, dia adalah jurnalis dengan pena yang tajam. Tak jarang dia sering keluar masuk bui. Meskipun kerap bolak-balik masuk penjara dan mengalami siksa sampai harus melahirkan anak pertamanya di balik jeruji besi, tangan Trimurti tidak pernah berhenti menulis.
Pada saat aktif di Partai Buruh Indonesia, 18 bulan setelah merdeka Trimurti mendapat tawaran menjadi menteri. Trimurti ditawari untuk masuk ke dalam kabinet dan menjadi menteri tenaga kerja pada era 1947-1948. Trimurti saat Itu ditawari sebagai menteri oleh Setiajid, salah satu anggota formatur kabinet yang juga rekan separtai.
Pertama, ajakan menjadi menteri dijawab spontan, tidak! "Saya merasa tidak mampu, saya belum pernah menjadi menteri,"kata Trimurti dikutip dari buku SK Trimurti, wanita pengabdi bangsa karya Soebagijo IN terbitan PT Gunung Agung.
Mendengar jawaban Trimurti, Setiajid menukas."Bung Karno juga belum pernah menjadi presiden." Semalaman Trimurti berpikir sebelum menerima jabatan sebagai menteri. Bagi Trimurti, jabatan adalah harus bisa dipertanggungjawabkan, tidak bisa asal diambil karena menjanjikan kedudukan. Posisi sebagai menteri dijalani Trimurti dengan penuh pengabdian meskipun kondisi bangsa yang semrawut dalam bidang politik dan ekonomi akibat rongrongan Belanda.
Selepas berhenti dari jabatannya, Trimurti kembali ke bangku kuliah. Tetapi, di saat mereguk nikmatnya kebebasan pendidikan Soekarno menawari Trimurti untuk menjadi
menteri sosial pada tahun 1959. Tak tergiur dan tak ingin dianggap haus kekuasaan, Trimurti menolak. Dia lebih memilih tetap menjalani kehidupan sebagai mahasiswa ekonomi di UI.
Berbeda dengan kehidupan mantan menteri di zaman sekarang ini, Trimurti selama sisa hidupnya terang-terangan menolak semua pemberian dan fasilitas negara. Padahal itu adalah haknya.
Jika ada mantan menteri yang merasakan berbagai macam penderitaan demi kemajuan
bangsa dan negaranya, salah satunya adalah SK Trimurti. Suka duka silih berganti, keluar masuk penjara, hidup melarat, dikejar-kejar musuh,berpisah dengan keluarga menebalkan semangat pengabdian SK Trimurti pada bangsa dan negaranya.
Trimurti adalah sosok pejuang yang tidak pernah setuju dengan ungkapan: tujuan menghalalkan setiap sarana (Het doel, heilight de midellen).
Sebab kalau begini,orang bisa menyiksa ,mengkhianati orang lain, mencelakakan orang lain demi tujuan pribadi atau golongan.Dengan kesederhanaan dan keterbatasan ekonomi Trimurti menjalani hidupnya hingga berhenti di ujung umur yang ke 96.
Penyakit tekanan darah tinggi dan gangguan hemoglobin merenggut nyawanya. Trimurti meninggal di RSPAD Gatot Soebroto. Sebelum meninggal,Trimurti tinggal di rumah kontrakan yang sempit di Bekasi.
Di rumah kontrakannya, di antara deretan foto-fotonya bersama keluarga, terdapat sebuah lukisan yang paling besar bergambar Bung Karno menyematkan Bintang Mahaputra tingkat V padanya.Kepada Trimurti, Soebagijo IN mengutipkan terjemahan syair dari Henriette Roland Horst.
"Bukanlah kami pembina bangunan candi, kami hanyalah pengangkut batu. Kami adalah angkatan yang harus punah, agar dari kubur kami tumbuh angkatan yang lebih megah."
Trimurti juga tidak pernah mengaku sebagai pembina bangunan candi, tetapi tak bisa dipungkiri sejarah, dia dan pejuang lainnya ikut mendirikan dan membangun perumahan yang kini bernama Republik Indonesia.
5.J Latuharhary, saat meninggal tak
bisa bayar rumah sakit.
Korupsi yang kini merajalela sungguh memprihatinkan.Lebih memprihatinkan ketika seorang pajabat tertinggi yudikatif yaitu Ketua Mahkamah Konstitusi tertangkap tangan KPK atas tuduhan suap.
Perilaku korupsi pejabat di era saat ini seperti bertolak belakang dengan kejujuran dan kesederhanaan yang ditunjukkan para pejabat di masa lalu. Memang, dulu juga ada korupsi tetapi banyak pula pejabat yang menjunjung tinggi integritasnya.
Soal kuatnya integritas, sebut saja misalnya Johannes Latuharhary yang kini diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta Pusat.
Latuharhary yang lahir di Saparua, Ambon itu tercatat hadir pada saat perumusan naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Dia juga pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mewakili wilayah kepulauan Maluku.
Pada rapat BPUPKI membahas undang-undang dasar, Latuharhary adalah tokoh yang memperjuangkan pluralisme. Dia menyampaikan keberatan khususnya menyangkut anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya"pada pembukaan UUD.
Kemudian pada rapat PPKI Agustus 1945,Latuharhary menolak istilah mangkubumen yang diusulkan Soekarno sebagai sebutan pemerintahan daerah. Selain istilah itu dianggap berbau Jawa, istilah yang lazim dipakai adalah gubernemen atau provinsi. Istilah yang dipakai kemudian adalah provinsi.
Latuharhary juga merupakan gubernur Maluku yang pertama. Sungguh besar sumbangsihnya untuk negara. Begitu besar cinta Latuharhary untuk bangsanya sehingga ahli hukum lulusan Leiden ini sama sekali tidak memikirkan untuk memperkaya diri sendiri.
Cerita kesederhanaan Latuharhary diungkap IO Nanulaitta dalam bukunya Mr Johanes Latuharhary: hasil karya dan pengabdiannya terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1983.
Saat hendak berangkat ke gereja suatu pagi pada awal November 1959, Latuharhary jatuh pingsan. Dia dibawa ke Rumah Sakit St Carolus dan dirawat selama dua hari. Latuharhary akhirnya meninggal pada 8 November 1959. Satu hal yang sangat mengejutkan pada saat Latuharhary meninggal,dia tidak bisa membayar biaya rumah sakit
Menurut Nanulaitta, dia dirawat di barak rakyat dalam keadaan koma.Setelah meninggal, pukulan berat diterima istrinya Henriette Carolina "Yet" Pattiradjawane dan tujuh putra-putrinya.
Latuharhary tidak meninggalkan banyak kekayaan bagi keluarganya. Latuharhary bahkan tidak memiliki rumah yang bisa ditinggalkan kepada keluarganya.
Di mata Latuharhary perjuangan untuk bangsa dan negara lebih penting dari sekadar materi.
Dari kisah diatas semoga menjadi pembelajaran buat para pemangku kekuasaan.