Kaskus

News

AkuCintaNaneaAvatar border
TS
AkuCintaNanea
38 ribu pelamar LIPI bersaing untuk 250 posisi, Menggembirakan atau S1 Nganggur?
38 ribu pelamar LIPI bersaing untuk 250 posisi
Jumat, 11 Oktober 2013 10:41 WIB

38 ribu pelamar LIPI bersaing untuk 250 posisi, Menggembirakan atau S1 Nganggur?
Illustrasi

Jakarta (ANTARA News) - Pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencapai 38 ribu orang. "Jumlah pelamar mencapai 38.000 sedangkan yang diterima hanya 250 orang," kata Kepala LIPI Prof Dr Lukman Hakim di Jakarta, Jumat. Banyaknya jumlah pelamar, lanjut Lukman, menunjukkan pekerjaan sebagai peneliti mulai diapresiasi oleh masyarakat. "Kami juga kaget dengan banyaknya pelamar. Ini menunjukkan peneliti mulai diapresiasi," kata dia.

Dari 38.000 pelamar tersebut, hanya 19.078 pelamar yang lolos verifikasi administrasi. Pelamar yang lulus verifikasi administrasi akan mengikuti Tes Kemampuan Dasar (TKD). "TKD dilaksanakan pada 9 hingga 13 Oktober. Tes ini dilakukan empat gelombang," lanjut dia.Pelaksanaan TKD tersebut, lanjut dia, dilakukan sepenuhnya dengan menggunakan komputer. Hasil ujian TKD, dapat diakses pelamar yang bersangkutan di situs resmi.

Tahap selanjutnya yaitu ujian psikotes dan wawancara. Rencananya, LIPI akan mengumumkan hasil seleksi pada 12 November 2013 mendatang. "CPNS yang lolos seleksi akan dikirim sekolah ke luar negeri. LIPI ingin menghasilkan peneliti yang dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi di Tanah Air," kata Lukman.Dalam lima tahun terakhir, sambung Lukman, LIPI hanya merekrut sebanyak 700 CPNS baru. Sebanyak 460 orang di antaranya telah menyelesaikan tugas belajar di luar negeri.
http://www.antaranews.com/berita/399...tuk-250-posisi

Kurangi Pengangguran, Kemnakertrans Kirim 1.520 Sarjana ke Desa
Senin, 02 September 2013 00:14 wib
\
38 ribu pelamar LIPI bersaing untuk 250 posisi, Menggembirakan atau S1 Nganggur?
Menakertrans Muhaimin Iskandar

JAKARTA - Guna menakan angka pengannguran di daerah, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) mengirimkan 1.520 orang Tenaga Kerja Sarjana (TKS) ke pedesaan. TKS tersebut, tersebar di di 33 provinsi di Indonesia. Pada tahun 2014 Kemnakertrans menargetkan untuk menugaskan sebanyak 1.600 orang. "Para sarjana itu bertugas untuk menggerakkan, melatih dan mendampingi masyarakat dan para pencari kerja dalam mencari dan menciptakan kesempatan kerja baru, sehingga dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan di perkotaan dan pedesaan," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar di Jakarta, pada Minggu (1/9/2013).

Tugas utama dari para lulusan sarjana baru (fresh graduate) ini adalah melakukan pendampingan kepada para pencari kerja, dan kelompok-kelompok usaha masyarakat binaan di bidang penempatan kerja dan perluasan kesempatan kerja. “Yang menjadi sasaran pendampingan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai minat dan motivasi tinggi untuk mengoptimalkan potensi diri dan sumber daya di lingkungannya, sehingga kedepannya mampu membentuk usaha mandri baik perseorangan maupun berkelompok," ungkapnya.

Jumlah TKS ditempatkan pada setiap provinsi, bervariasi antara 20 sampai 60 orang dan setiap TKS wajib membina 1-2 kelompok yang beranggotakan 10 orang. Sasaran pendampingan diprioritaskan bagi para pencari kerja usia muda serta masyarakat di perkotaan dan pedesaan. Muhaimin mengatakan pengiriman sarjana pendamping ke daerah pedesaan itu, dilandasi pertimbangan bahwa masih banyak penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan pedesaan yang perlu didampingi untuk mencari pekerjaan atau menciptakan lapangan kerja baru. “Program Tenaga Kerja Sarjana atau sarjana pendamping ini bertujuan mendayagunakan ilmu, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilki para sarjana untuk melaksanakan program pemberdayaan yang langsung menyentuh masyarakat,' tuturnya.

Sasaran lainnya yang mendapat bimbingan dan pendampingan, tambah Muhaimin, adalah para pencari kerja yang berminat bekerja di sector formal baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan kesempatan yang ada
http://news.okezone.com/read/2013/09...arjana-ke-desa

38 ribu pelamar LIPI bersaing untuk 250 posisi, Menggembirakan atau S1 Nganggur?

Dilema Sarjana Pengangguran
Kamis, 15 Agt 2013 07:43 WIB

Acara wisuda adalah moment yang amat ditunggu-tunggu dan takkan pernah dilewatkan oleh setiap mahasiswa tingkat akhir di setiap perguruan tinggi. Di situlah saat-saat mendebarkan di mana topi toga disematkan ke atas kepala dan resmi dilantik menjadi seorang sarjana. Keluarga, sanak famili turut bersuka cita bahagia. Namun, disaat yang bersamaan hati dilanda kegalauan yang tiada tara akan ketidakpastian pekerjaan. Bayang-bayang pengangguran mengancam. Bermacam fikiran buruk menyeret ke arah rasa takut dan khawatir kerja apa nanti setelah selesai kuliah.

Sejatinya universitas adalah institusi pencetak generasi unggul, berpengetahuan luas dan pencerah masyarakat dengan ilmu-ilmu yang diajarkan. Ironinya, fakta di lapangan berkata lain. Begitu seorang mahasiswa mengemas gelar sarjana, maka kesibukan berupa aktifitas mencari kerja ke berbagai perusahaan dimulai. Miris sekali. Pendidikan Indonesia menghasilkan lulusan pencari kerja, bukan pencipta lapangan kerja.

Melahirkan Pengusaha Via Kampus
Di tempat penulis kuliah, seorang teman bernama Baby SYB, mahasiswi perantauan asal Riau membiayai perkuliahan, biaya kos dan makan sehari-hari dengan berjualan. Setiap masuk kelas, ia tak ketinggalan membawa kacang mataroni, risol, bakwan, keripik dan gorengan buatan sendiri. Selain itu, ia juga membuka jasa kateringan kepada anak kos-kosan sekitar ia tinggal. Lumayan. Kalkulasi penghasilan perbulan dari berjualan kecil-kecilan bisa membantunya mengatasi biaya hidup dan biaya perkuliahan.

Masih banyak lagi mahasiswa yang kuliah sambil berbisnis dan bekerja seperti Baby SYB. Ada yang sambil mengajar di sekolah, di bimbingan belajar, membuka les privat, bekerja di restoran, jualan bakso bahkan jadi tukang becak. Mereka bekerja dengan motivasi berbeda-beda. Demi menutupi biaya kuliah, meringankan beban orang tuanya yang kurang mampu dan ada yang memang keinginan sendiri untuk mandiri. Merujuk profil pebisnis kelas dunia sekelas Bill Gates si raja Microsoft, dulunya bahkan memulai bisnis dari garasi rumahnya dan sempat dikeluarkan dari bangku perkuliahan. Soichiro Honda, pencipta sepeda motor honda dan mobil honda yang menjadi raja jalanan dunia, awalnya bahkan jatuh bangun dalam memulai bisnisnya dan tercatat tidak sempat menamatkan pendidikan insinyurnya.

Dimulai Dari Nol
Berdasarkan laporan Asian Development Bank (ADB) di tahun 2010 menyatakan bahwa jumlah orang miskin Indonesia menyentuh angka 43,1 juta jiwa. Sementara pada waktu yang sama jumlah pengangguran di Propinsi Sumatera Utara (Sumut) mencapai angka sekitar 400 ribu orang (Badan Pusat Statistik: BPS). Dan pengangguran dari kalangan sarjana berjumlah sekitar 30 ribu orang (berbagai sumber). Hanya ada satu cara untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, yaitu menciptakan lapangan kerja. Dan lapangan kerja hanya bisa diciptakan oleh orang bermental pengusaha bukan orang yang bermental pekerja.

Di Kota Medan yang banyak menjadi pengusaha umumnya orang-orang Tionghoa. Semangat kerja keras, tekun, mandiri dan mental pengusaha orang Tionghoa patut ditiru. Bila masyarakat Kota Medan dan Indonesia memiliki mental pengusaha maka angka kemiskinan dan pengangguran tidak menjadi masalah, karena lapangan pekerjaan tersedia. Jumlah kaum wirausaha menentukan nasib banyak orang, karena merekalah pencipta lapangan kerja. Dari sekitar 238 juta jiwa penduduk Indonesia, kaum wirausaha hanya sekitar 0,24 persen atau sekitar 500 ribu orang, tidak sebanding dengan banyaknya jumlah penduduk. Lain dengan negara tetangga. Jumlah kaum wirausaha Singapura mencapai 7 persen dari jumlah penduduknya. Malaysia 5 persen dan Amerika yang negara maju mencapai 11 persen (Kompas.com).

Sudah waktunya bagi kaum intelektual bergelar sarjana untuk berdiri di garda terdepan menyelesaikan permasalahan bangsa berupa pengangguran. Kepahlawanan aksi demonstrasi jalanan menyuarakan aspirasi rakyat di saat menjadi mahasiswa digantikan dengan aksi nyata menjadi wirausaha, ikut menyejahterakan rakyat di saat lulus dan bergelar sarjana. Kaum muda darah ini harus bangkit dan mandiri. Sebagaimana cita-cita yang diucapkan salah satu putra terbaik sumut Tumpal Parianus (TD) Pardede: Au Jalma Napogos, Alai Sita-Sitaku Mengaleam Mangan Jolma Natorop: cita-citaku adalah memberi makan orang banyak.

http://www.medanbisnisdaily.com/news.../#.UlgNfNLfCok
38 ribu pelamar LIPI bersaing untuk 250 posisi, Menggembirakan atau S1 Nganggur?

Ini Alasan Kenapa di Indonesia Banyak Sarjana Pengangguran
Selasa,21 Mei 2013 | 04:01:00

Jakarta - Anggota Dewan Pendidikan Tinggi (DPT), Sofian Effendi menjelaskan bahwa saat ini pendidikan tinggi di Indonesia tidak berkembang. Sebabnya selama ini lulusan dari banyak perguruan tinggi yang ada di Indonesia tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Sofian Effendi dalam Workshop UU Pendidikan Tinggi (Dikti). Menurutnya, sekarang ini ada kecenderungan ketidaksesuaian tenaga-tenaga yang diperlukan oleh masyarakat. Masyarakat lebih membutuhkan mahasiswa yang menjadi teknisi daripada akademisi. "Masyarakat kita itu sebenarnya lebih banyak membutuhkan teknisi daripada akademisi. Akibatnya apa? Sekarang masih banyak sarjana pengangguran, yang dihasilkan dari perguruan tinggi ini adalah yang tidak sesuai dari kebutuhan masyarakat. Masyarakat lebih butuh teknisi, tapi perguruan tinggi lebih banyak menghasilkan akademisi," kata Sofyan di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta (20/5).

Sofyan memaparkan, di Indonesia saat ini lulusan perguruan tinggi dengan latar jurusan akademik berjumlah 82.5 persen dan hanya 17,5 persen yang berlatar belakang vokasi. "Padahal, kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini adalah 75 persen, yang di mana itu adalah tenaga teknisi," ujar Sofian. Mantan rektor UGM ini juga menilai saat ini industri-industri di Indonesia sudah semakin berkembang. Sudah seharusnya masyarakat mempunyai SDM yang baik, seperti mahasiswa-mahasiswa yang didukung dengan keahlian teknis. Akan tetapi, saat ini banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang sudah mendatangkan teknisi-teknisi dari luar negeri. "Bagaimana kalau begini, sekarang sudah ada kurang lebih 100 ribu teknisi asing yang didatangkan ke Indonesia. Mahasiswa kita pada ke mana? Sudah saatnya ada kebijakan yang baik dari perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas-kualitas mahasiswanya. Yang jelas tanggung jawab pemerintah di sini juga diperlukan, tanggung jawab pemerintah juga harus ada," papar Sofian di akhir wawancara.
http://inhusatu.com/index.php/berita...n#.UlgNfNLfCok

------------------------------------

38 ribu pelamar LIPI bersaing untuk 250 posisi, Menggembirakan atau S1 Nganggur?
38 ribu pelamar LIPI bersaing untuk 250 posisi, Menggembirakan atau S1 Nganggur?


Itu sih bukannya sarjana S1 yang keranjingan mau jadi peneliti, tapi karena pengangguran S1 itu sudah sedemikian sumpeknya selama mencari lapangan pekerjaan yang ternyata semkain sulit aja.

emoticon-Berduka (S)
0
3K
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan