Pejabat sederhana dan merakyat menjadi dambaan masyarakat. Tengok saja Jokowi, gubernur penguasa Jakarta ini begitu dikagumi karena kesederhanaannya. Kemana-mana dia hanya naik mobil dinas Kijang Innova. Nah, kondisi ini amat berbeda bila menengok para pimpinan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunggang mobil dinas BMW seri 5.
"Walaupun sah-sah saja dan tidak melanggar aturan hukum, namun pengadaan fasilitas seperti ini sungguh bertentangan dengan hati nurani. Bertentangan dengan realita kondisi masyarakat yang serba kekurangan," kata peneliti Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) Jamil Mubarok mengomentari tingkah laku pimpinan OJK, Selasa (8/10/2013).
Mungkin akan lebih malu bila kita menengok gaya hidup Presiden Uruguay Jose Mujica yang begitu sederhana. Media internasional menjulukinya presiden termiskin di dunia. Kondisi bangsa Indonesia, di mana masyarakat masih banyak yang membutuhkan tentu kontras bila dibandingkan dengan gaya hidup segelintir pejabat.
"Para komisoner OJK tidak punya nurani, fasilitas senilai Rp 75 miliar itu angka yang fantastis, para peserta BLSM pasti akan murka. Harusnya, para komisioner OJK memperlihatkan kesederhanaan, jangan menambah beban negara ini," sindir Jamil.
Menurut dia, bukankah penghematan sedang terus dikampanyekan oleh pemerintah. "Jadi jangan bertolak belakang dong. Menjadi komisioner OJK itu sebuah bentuk pengabdian terhadap negara, pengabdian tulus," terangnya.
"Bermewah-mewahan itu cerminan awal, ketidak pekaan terhadap kondisi masyarakat. Jangan karena setara dengan menteri lalu ingin fasilitasnya seperti menteri, ini alasan yang bertentangan dgn logika dan hati nurani," tambahnya lagi.