- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Politik] Melihat Dari Sisi Yang Lain: Jokowi bag.1


TS
ganea
[Politik] Melihat Dari Sisi Yang Lain: Jokowi bag.1
tambah penasaran nie 
langsung nyambung
sumber

langsung nyambung

Spoiler for artikel2:
Seakan mengkonfirmasi keraguan saya, beberapa minggu setelah diangkat, Jokowi mendadak berakting seolah-olah ia adalah aparat terpercaya dari rezim pemerintahan Indonesia. Yang dikatakan pada saya di restoran Cina itu ternyata terbukti benar, bahkan saya tidak pernah meragukannya.
Ia mengemukakan bahwa ia menunda konstruksi pembangunan MRT. Ia ‘menaruh proyek ini dalam pengawasan yang teliti’ dan jelas jadinya bahwa dalam beberapa waktu ke depan Jakarta akan tetap menjadi kota yang dalam ukurannya menurut skala dunia, tidak memiliki metro. Salah satu alasan yang dikemukakan olehnya, yang mengklaim ia mengerjakan ini semua demi kepentingan rakyat, adalah bahwa ia tidak yakin berapa dana yang sebenarnya dibutuhkan untuk proyek ini bisa terwujud!
Angki Hermawan, seorang insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), yang tinggal di Jakarta dan Calgary, Kanada, mengomentari dalam laporannya:
“Menurut pendapat saya, tindakan Jokowi aneh sekali! Dia mengatakan bahwa proyek MRT ini akan dilaksanakan atau tidak bergantung pada ROI (Return On Investment), karena kalau tidak Jakarta bisa-bisa bangkrut. Pernyataan ini sungguh absurd karena di belahan dunia manapun, MRT adalah tulang punggung transportasi publik, kecuali sebuah kota memiliki kurang dari 1 juta penduduk. MRT di Jakarta adalah sebuah keharusan! Dan coba lihat apa yang dia katakan? Bahwa ROI dari MRT harus memenuhi syarat? Bagaimana mungkin Jokowi tiba-tiba bertindak seperti seorang pengusaha berpikiran sempit? ROI sebuah project yang akan bermanfaat bagi banyak orang tidak bisa disamakan dengan ROI yang murni untuk bisnis. Cara mengkalkulasi keuntungannya harus berdasarkan manfaat yang dirasakan secara sosial dan bukannya uang.”
Namun pun bila nilai-nilai ekonomi secara ketat dijalankan, Jakarta membutuhkan pemeriksaan secara menyeluruh akan sistem transportasinya, sebagaimana yang ada sekarang justru mengakibatkan kerugian $3 milyar per tahun yang disebabkan oleh kemacetan.
Jadi kembali lagi ke sebagaimana biasanya: tanpa rasionalitas, hanya beberapa pertimbangan ‘rahasia’ dan tidak transparan.
Dan pembangunan MRT pun tertunda lagi. Dan pilar-pilar beton menyedihkan serta batangan-batangan metal yang seharusnya digunakan untuk pembangunan monorel – proyek yang terkorupsi dan dibatalkan bertahun-tahun lalu, di mana dana yang dikucurkan tidak sedikit, wajah jalanan kota yang sudah tergores, dan tidak ada yang dipenjarakan karena kasus korupsinya – masih di sana, berdiri tegak selayaknya para kaum elit lokal ‘menyapa’ warga Jakarta.
Dan bagaimana dengan rencana Ahok untuk menghidupkan kembali kawasan kota tua yang semrawut itu?
“Bila kita ingin mengembangkan kawasan tersebut, kita harus meningkatkan segala aspek di dalamnya,” Kata Ahok. “..Kota Tua harus dibuat mahal dan bergengsi supaya bisa berkembang.” Begitu yang Jakarta Globe laporkan.
Jelas sekali bahwa ia tidak akan meminta bantuan UNESCO untuk mengembangkannya, seperti yang dilakukan oleh Hanoi misalnya. Justru mungkin ia akan meminta bantuan Gucci, LV, atau Lamborghini.
*
Saya sudah melihat beberapa ‘usaha’ untuk menyelamatkan kota-kota di Indonesia. Banyak dari mereka yang sangat menyedihkan hingga seakan-akan usaha tersebut seperti seorang anak berumur 5 tahun yang berkata kepada orang tuanya: “Saya mau membuat sebuah pesawat yang bisa terbang. Saya sudah punya 2 batang kayu sebagai sayapnya. Dan sebuah plastik untuk menjadi badan pesawatnya..”
Semua kota di Indonesia bisa dikatakan rusak. Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Semarang bahkan Yogyakarta. Akan membutuhkan puluhan tahun dan usaha yang benar-benar keras untuk membawa mereka paling tidak kepada standar Asia Pasifik.
Dua tahun lalu, saya bertemu dengan walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini. Dia masih sangan populer kala itu, masih banyak harapan yang bisa dimimpikan. Dia menjanjikan pemerintahan yang bersih dan perubahan infrastruktur yang dramatis.
Saya bertanya pada beliau apakah ia memiliki nyali untuk mengkonfrontasi kasus-kasus korupsi, parkir liar kendaraan dan hal-hal patologi lain di kota tersebesar kedua di Indonesia ini. Seorang wanita yang jujur, seorang Muslim yang berkerudung, ia nampaknya tidak ingin berbohong kepada saya. Dengan halus ia menolak untuk menjawab.
Malahan ia bercerita kepada saya mengenai kecintaannya terhadap flora dan tanaman. Ia menunjukkan kepada saya foto-foto dan menjelaskan bahwa ia sudah berkeliling di seluruh pelosok kota, menanam banyak pohon, mengubah lahan kosong menjadi taman kota. Bahkan terkadang ia melakukannya sendiri.
Ia orang yang sangat baik, itu yang saya ingat. Saya menyukai dia, bahkan sangat menyukai dia. Saya akan senang sekali menjadi tetangganya. Namun kota Ibu Risma ini sedang terluka dan berdarah, tanpa sistem transportasi yang baik kecuali angkot-angkot bau dan privat, hampir tanpa situs-situs budaya dan intelektual, tanpa perencanaan kota yang jelas dan lagi-lagi.. tanpa harapan.
Ketika kami berpisah, beliau mengundang saya untuk datang dan bertemu dengannya lagi kapanpun saya kembali ke kotanya.
Saya kembali September ini, dan jujur saja, saya tidak melihat perubahan yang konkrit. Surabaya memang terlihat lebih bersih, ada beberapa trotoar besar dan lapang bagi pejalan kaki di jalanan utama dan juga beberapa taman kota kecil. Tapi itu saja. Surabaya masih tersedak oleh kemacetan, tidak ada tempat lain untuk dikunjungi di sore hari kecuali mall.
Saya memutuskan untuk tidak menemui Ibu Rismaharini. Apa yang akan saya katakan? Apa yang harus saya tanyakan? Akan sangat memalukan pertemuan kami nantinya!
![[Politik] Melihat Dari Sisi Yang Lain: Jokowi bag.1](https://dl.kaskus.id/4.bp.blogspot.com/-d3Dh8RdFF9I/Ujl9-r93ZTI/AAAAAAAAAlM/oNuKA7tCfac/s640/slum-and-super-malls-683x1024.jpg)
ga muat lagi gan
Ia mengemukakan bahwa ia menunda konstruksi pembangunan MRT. Ia ‘menaruh proyek ini dalam pengawasan yang teliti’ dan jelas jadinya bahwa dalam beberapa waktu ke depan Jakarta akan tetap menjadi kota yang dalam ukurannya menurut skala dunia, tidak memiliki metro. Salah satu alasan yang dikemukakan olehnya, yang mengklaim ia mengerjakan ini semua demi kepentingan rakyat, adalah bahwa ia tidak yakin berapa dana yang sebenarnya dibutuhkan untuk proyek ini bisa terwujud!
Angki Hermawan, seorang insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), yang tinggal di Jakarta dan Calgary, Kanada, mengomentari dalam laporannya:
“Menurut pendapat saya, tindakan Jokowi aneh sekali! Dia mengatakan bahwa proyek MRT ini akan dilaksanakan atau tidak bergantung pada ROI (Return On Investment), karena kalau tidak Jakarta bisa-bisa bangkrut. Pernyataan ini sungguh absurd karena di belahan dunia manapun, MRT adalah tulang punggung transportasi publik, kecuali sebuah kota memiliki kurang dari 1 juta penduduk. MRT di Jakarta adalah sebuah keharusan! Dan coba lihat apa yang dia katakan? Bahwa ROI dari MRT harus memenuhi syarat? Bagaimana mungkin Jokowi tiba-tiba bertindak seperti seorang pengusaha berpikiran sempit? ROI sebuah project yang akan bermanfaat bagi banyak orang tidak bisa disamakan dengan ROI yang murni untuk bisnis. Cara mengkalkulasi keuntungannya harus berdasarkan manfaat yang dirasakan secara sosial dan bukannya uang.”
Namun pun bila nilai-nilai ekonomi secara ketat dijalankan, Jakarta membutuhkan pemeriksaan secara menyeluruh akan sistem transportasinya, sebagaimana yang ada sekarang justru mengakibatkan kerugian $3 milyar per tahun yang disebabkan oleh kemacetan.
Jadi kembali lagi ke sebagaimana biasanya: tanpa rasionalitas, hanya beberapa pertimbangan ‘rahasia’ dan tidak transparan.
Dan pembangunan MRT pun tertunda lagi. Dan pilar-pilar beton menyedihkan serta batangan-batangan metal yang seharusnya digunakan untuk pembangunan monorel – proyek yang terkorupsi dan dibatalkan bertahun-tahun lalu, di mana dana yang dikucurkan tidak sedikit, wajah jalanan kota yang sudah tergores, dan tidak ada yang dipenjarakan karena kasus korupsinya – masih di sana, berdiri tegak selayaknya para kaum elit lokal ‘menyapa’ warga Jakarta.
Dan bagaimana dengan rencana Ahok untuk menghidupkan kembali kawasan kota tua yang semrawut itu?
“Bila kita ingin mengembangkan kawasan tersebut, kita harus meningkatkan segala aspek di dalamnya,” Kata Ahok. “..Kota Tua harus dibuat mahal dan bergengsi supaya bisa berkembang.” Begitu yang Jakarta Globe laporkan.
Jelas sekali bahwa ia tidak akan meminta bantuan UNESCO untuk mengembangkannya, seperti yang dilakukan oleh Hanoi misalnya. Justru mungkin ia akan meminta bantuan Gucci, LV, atau Lamborghini.
*
Saya sudah melihat beberapa ‘usaha’ untuk menyelamatkan kota-kota di Indonesia. Banyak dari mereka yang sangat menyedihkan hingga seakan-akan usaha tersebut seperti seorang anak berumur 5 tahun yang berkata kepada orang tuanya: “Saya mau membuat sebuah pesawat yang bisa terbang. Saya sudah punya 2 batang kayu sebagai sayapnya. Dan sebuah plastik untuk menjadi badan pesawatnya..”
Semua kota di Indonesia bisa dikatakan rusak. Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Semarang bahkan Yogyakarta. Akan membutuhkan puluhan tahun dan usaha yang benar-benar keras untuk membawa mereka paling tidak kepada standar Asia Pasifik.
Dua tahun lalu, saya bertemu dengan walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini. Dia masih sangan populer kala itu, masih banyak harapan yang bisa dimimpikan. Dia menjanjikan pemerintahan yang bersih dan perubahan infrastruktur yang dramatis.
Saya bertanya pada beliau apakah ia memiliki nyali untuk mengkonfrontasi kasus-kasus korupsi, parkir liar kendaraan dan hal-hal patologi lain di kota tersebesar kedua di Indonesia ini. Seorang wanita yang jujur, seorang Muslim yang berkerudung, ia nampaknya tidak ingin berbohong kepada saya. Dengan halus ia menolak untuk menjawab.
Malahan ia bercerita kepada saya mengenai kecintaannya terhadap flora dan tanaman. Ia menunjukkan kepada saya foto-foto dan menjelaskan bahwa ia sudah berkeliling di seluruh pelosok kota, menanam banyak pohon, mengubah lahan kosong menjadi taman kota. Bahkan terkadang ia melakukannya sendiri.
Ia orang yang sangat baik, itu yang saya ingat. Saya menyukai dia, bahkan sangat menyukai dia. Saya akan senang sekali menjadi tetangganya. Namun kota Ibu Risma ini sedang terluka dan berdarah, tanpa sistem transportasi yang baik kecuali angkot-angkot bau dan privat, hampir tanpa situs-situs budaya dan intelektual, tanpa perencanaan kota yang jelas dan lagi-lagi.. tanpa harapan.
Ketika kami berpisah, beliau mengundang saya untuk datang dan bertemu dengannya lagi kapanpun saya kembali ke kotanya.
Saya kembali September ini, dan jujur saja, saya tidak melihat perubahan yang konkrit. Surabaya memang terlihat lebih bersih, ada beberapa trotoar besar dan lapang bagi pejalan kaki di jalanan utama dan juga beberapa taman kota kecil. Tapi itu saja. Surabaya masih tersedak oleh kemacetan, tidak ada tempat lain untuk dikunjungi di sore hari kecuali mall.
Saya memutuskan untuk tidak menemui Ibu Rismaharini. Apa yang akan saya katakan? Apa yang harus saya tanyakan? Akan sangat memalukan pertemuan kami nantinya!
![[Politik] Melihat Dari Sisi Yang Lain: Jokowi bag.1](https://dl.kaskus.id/4.bp.blogspot.com/-d3Dh8RdFF9I/Ujl9-r93ZTI/AAAAAAAAAlM/oNuKA7tCfac/s640/slum-and-super-malls-683x1024.jpg)
ga muat lagi gan
sumber
Spoiler for sumber:
http://crissybelle.blogspot.com/2013/09/melihat-dari-sisi-yang-lain-jokowi.html?showComment=1381387120420#c1691374432673641540
Diubah oleh ganea 10-10-2013 14:22
0
955
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan