Quote:
Jakarta- Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) tak hanya menjadi saksi suka duka yang sudah dilakoni timnas sampai hari ini. Stadion berkapasitas 80.000 penonton itu juga menyimpan harapan kreatornya, Soekarno.
GBK dibangun dua tahun menjelang Asian Games IV 1962. Jakarta. Soekarno, seperti dikutip Harian Merdeka, 1 Maret 1962, menganggap Asian Games sebagai usaha perjuangan 'nation building'. Yakni meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa yang bahagia dan terhormat di dunia.
Disebutkan kalau sejak tahun 1950-an Soekarno memang punya mimpi untuk membangun stadion sepakbola terbesar di dunia. Tapi bukan sembarang stadion yang dia mau. Salah satu syarat yang diminta adalah stadion tersebut memiliki atap temu gelang (berbentuk melingkar mengelilingi stadion dan bertemu di kedua ujungnya), pekerjaan arsitektur semacam itu dianggap sesuatu yang nyaris mustahil di periode tersebut.
Quote:
Arsitek kelahiran Sumatera Utara bernama Friedrich Silaban akhirnya bisa mewujudkan mimpi Soekarno. Friedrich Silaban adalah arsitek yang juga merancang Mesjid Istiqlal dan Monumen Nasional.
Quote:
Tepatnya pada 8 Februari 1960 Soekarno secara resmi memulai pembangunan Stadion Utama setelah menancapkan tiang pancang pertama. Sekitar dua tahun kemudian, atau pada 21 Juli 1962, stadion kebangaan Indonesia itu benar-benar tuntas dibangun. Stadion Utama merupakan bagian dari komplek olahraga Senayan yang dibangun sebagai bagian dari persiapan menjadi tuan rumah Asian Games IV.
Usai jadi tuan rumah Asian Games 1962, setahun berselang Indonesia menggelar Ganefo (Games of The New Emerging Forces). Seluruh kegiatan olahraga Ganefo juga berpusan di Stadion Utama ini.
Pada awalnya Stadion Utama berkapasitas 100.000 penonton, yang menjadikannya sebagai salah satu yang terbesar di dunia. Namun karena alasan keamanan, kapasitasnya lantas dikurangi menjadi sekitar 80.000-an. Sampai saat ini pun SUGBK masih menjadi stadion paling besar di tanah air. Pengelola GBK memilih rumput jenis zoysia matrelia linmer sebagai alas lapangan bola. SUGBK juga dilengkapi lampu arena 400.000 watt (1500 lux).
Nah, timnas SEA Games 1987 akhirnya bisa mewujudkan keinginan Soekarno itu. SUGBK menjadi saksi suka cita pasukan garuda sekaligus menunjukkan kehormatan Merah Putih di mata kompetitor. Indonesia menjadi juara SEA Games dengan mengalahkan Malaysia 1-0.
Kapten timnas tim tersebut Herry Kiswanto membagi pengalaman menyenangkan tersebut. "Pelatih menyiapkan tim dengan maksimal. Kami tidak boleh tampil sembarangan di GBK," kata pria yang akrab disapa Herkis itu.
Ya, SUGBK bukanlah tempat sembarangan buat bagi tim sepakbola manapun, termasuk timnas. Menurut Herkis, SUGBK menjadi markas yang menyenangkan bagi tim Merah Putih jika tampil dengan persiapan maksimal. Sebaliknya, SUGBK menjadi neraka saat timnas tampil ala kadarnya.
Suporter fanatik timnas penyebabnya. "Main di GBK, dengan status tuan rumah itu seperti dua sisi mata uang. Kalau tim padu suporter akan senang tapi kalau tidak solid malah jadi bumerang," kata peraih sepatu emas liga Indonesia 1986 itu.
Fanatisme itu bertahan hingga saat ini. Suporter tetap memenuhi tribun SUGBK kendati timnas belum juga menunjukkan taring. GBK menjadi serba merah pada Piala AFC 2007.
Kemenangan timnas atas Bahrain 2-1 di pertandingan perdana menjadi penyulut kedatangan suprter ke SUGBK. Tercatat sebanyak 87.000 orang mengisi tribun penonton di laga berikutnya melawan Arab Saudi. Sayang timnas kandas di 0-1. Penampilan para pemain yang atraktif dan penuh semangat tak mengurangi gemuruhnya tepuk tangan setelah wasit meniup peluit panjang.
Para suporter masih tetap menyemut di laga ketiga, saat Indonesia menghadapi Korea Selatan. Sayang, sekali lagi SUGBK harus menjadi saksi bisu kekalahan timnas. Kekalahan itu sekaligus memastikan terhentinya langkah pasukan Garuda ke semifinal.
Kans mendapatkan trofi muncul lagi pada SEA Games XXVI/2011. Timnas lolos ke final. Sayang, tim besutan Rahmad Darmawan itu kandas di tangan Malaysia lewat adu penalti 3-4.
Quote:
“GBK memang selalu menjadi tempat istimewa, apalagi kalau atmosfer partarungannya seperti SEA Games lalu,” kata Gunawan Dwi Cahyo, penyerang timnas U-23.
Pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno
Quote:
Pada tanggal 21 Juli 1962, Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan kapasitas 100.000 orang penonton telah selesai dibangun, dengan Sumbu panjang bangunan (utara – selatan) sepanjang 354 meter, sumbu pendek (timur – barat) sepanjang 325 meter. Stadion ini dikelilingi oleh jalan lingkar luar sepanjang 920 meter. Bagian dalam terdapat lapangan sepak bola berukuran 105 x 70 meter, berikut lintasan lari berbentuk elips, dengan sumbu panjang 176,1 meter dan sumbu pendek 124,2 meter.
Yang lebih luar biasa lagi dari SUGBK adalah ciri khas atap ‘temu gelang’. Atap oval yang melingkari stadion itu adalah murni ide dari proklamator kita, bapak Ir. Soekarno semata-mata untuk menunjukkan kehebatan negara kita pada negara-negara lain di dunia. Berikut adalah cuplikan pidato beliau ketika memerintahkan arsitek untuk membangun atap ‘temu gelang’.
“Saya memerintahkan kepada arsitek-arsitek Uni Soviet, bikinkan atap temu gelang daripada mainstadium yang tidak ada di lain tempat di seluruh dunia. Bikin seperti itu. Meskipun mereka tetap berkata, yah tidak mungkin Pak. Tidak biasa, tidak lazim, tidak galib, kok ada stadion atapnya temu gelang, di mana-mana atapnya ya sebagian saja. Tidak, saya katakan sekali lagi, tidak. Atap stadion kita harus temu gelang.Tidak lain dan tidak bukan oleh karena saya ingin Indonesia kita ini bisa tampil secara luar biasa. Kecuali praktis juga ada gunanya, supaya penonton terhindar dari teriknya matahari. Sehingga ikut mengangkat nama Indonesia. Dan sekarang ini terbukti benar saudara-saudara, di mana-mana model atap stadion temu gelang dikagumi oleh seluruh dunia. Bahwa Indonesia mempunyai satu-satunya main stadium yang atapnya temu gelang. Sehingga benar-benar memukau kepada siapa saja yang melihatnya”
Setelah sempat mengalami renovasi pada tanggal 24 Juli 1962 dan perbesaran pada tanggal 17 Agustus 1962, seminggu kemudian tepat 24 Agustus 1962 SUGBK dibuka untuk pertama kali.
Pada masa Orde Baru GOR ini berubah nama menjadi Senayan. Namun tepat pada era reformasi 1998, Kompleks Olahraga ini kembali dirubah namanya seperti semula sesuai Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.
Mungkin orang-orang masih banyak yang belum tahu mengapa kompleks dan stadion ini dinamai sesuai nama Presiden pertama kita. Yah, GOR dan Stadion ini dinamai Bung Karno untuk menghargai jasa beliau sebagai penggagas dibangunnya kompleks olahraga ini.
Pada tahun 2007, demi menyambut even besar Piala asia 2007 dimana Indonesia bertindak sebagai tuan rumah, SUGBK mengalami renovasi kembali, yaitu dengan pengurangan jumlah penonton dimana sebelumnya dapat menampung 100.000 penonton, kini dengan pembenahan seat di SUGBK, jumlah penonton yang dapat masuk untuk menikmati pertandingan ini hanya 88.083 penonton.
Walaupun demikian, stadion kita masih bisa menampung penonton lebih banyak daripada Stade de France (Perancis), Ollimpico Roma (Italia), Santiago Bernabeu (Spanyol) dan beberapa stadion internasional lainnya
.