- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kereta Uap vs Manusia


TS
vista2000
Kereta Uap vs Manusia

Quote:
Kalau berwisata ke Magelang, ada lomba lari tahunan yang unik untuk disaksikan wisatawan. MesaStila Challenge menantang para penggemar sport tourism untuk berlari melawan kereta uap, melewati pemandangan indah Magelang.
"Tanjakannya nggak habis-habis!" teriak seorang pelari dengan nada kesal dan keluh begitu berhasil mencapai finish.
Berlari dengan jalur penuh tanjakan? Itu bukan satu-satunya tantangan bagi peserta lomba lari Mesastila Challenge 2013 yang digelar di Desa Losari, Grabak, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2013) lalu. detikTravel ikut menyaksikan lomba lari unik ini.
Lomba lari yang digelar oleh Hotel MesaStila bekerja sama dengan komunitas Berlari untuk Berbagi (BuB) itu memang berbeda dengan acara sejenisnya yang belakangan tengah ngetren. Sesuai namanya, lomba lari yang ini identik dengan tantangan. Keunikan utamanya, para peserta menyelesaikan 9 kilometer pertama dengan menyusuri jalur kereta uap Ambarawa.
"Start-nya dari stasiun kereta wisata kuno peninggalan Belanda di Ambarawa, dengan dua pilihan 13K dan 21K," ujar General Manager MesaStila M Isa Ismail Rauf. Lomba dibuka oleh pengusaha muda Sandiaga Uno yang merupakan inisiator dari BuB. Sandiaga sendiri, yang memang tak asing dengan dunia lari, tentu saja juga ikutan lomba.
Sebelum peserta mulai berlari, kereta wisata dari zaman pemerintahan Raja Willem I tahun 1873 itu berjalan lebih dulu dari Stasiun Ambarawa dengan penumpang para pengantar peserta lari, pihak sponsor dan awak media. Selang setengah jam kemudian, lomba pun dimulai. Para pelari seolah-olah beradu balap dengan kereta yang berjalan pelan dengan uap panas pembakaran kayu itu.
Jalanan yang sempit di sepanjang tepian rel, jembatan tanpa pagar yang melintang di atas sungai yang curam, pematang sawah dan jalan setapak menanjak yang membelah hutan menjadi lintasan berat yang harus dilalui para peserta, baik di kelas 13K maupun 21K. Tak jarang, para peserta yang berumur dari 12 tahun hingga kakek-kakek itu pun jatuh terperosok lumpur, atau tergelincir di tanjakan.
Di tengah lomba lari yang tak pernah sepi di Jakarta, MesaStila Challenge semakin mencuri perhatian di penyelenggaraan ketiga tahun ini. Pesertanya pun terus bertambah. "Tahun lalu 85 orang, tahun ini 205. Kita memang sengaja batasi tak lebih dari 200 karena mengingat daya tampung restauran di MesaStila juga," tambahnya. Lho, apa hubungannya dengan restauran?
Inilah, satu lagi, keunikan lomba lari MesaStila Challenge. Lomba ini dijual secara paket dengan menginap di MesaStila. Para peserta pun lebih dulu dijamu makan pagi dan makan siang. Setelah makan pagi, mereka diantar ke lokasi start lari di stasiun kereta uap Ambarawa. Tentu saja, hal itu tak lantas menutup kemungkinan bagi peserta yang hanya ingin mengikuti lomba lari, tanpa menginap.
MesaStila adalah sebuah resor berkonsep alam dan budaya. Terletak di antara gunung-gunung di sekitar Magelang, tempat ini menawarkan vila-vila dengan ketenangan dan kesunyian suasana pedesaan yang masih asli. Setiap vila merupakan bangunan joglo ala Jawa yang terbuat dari kayu, dengan bangunan utama merupakan 'mansion' asli dari zaman kolonial tahun 1920-an.
"Biasanya yang menginap peserta dari Jakarta dan kota-kota lain," terang Isa. Para peserta umumnya dari komunitas penggemar lari, juga 'rombongan' dari perusahaan, dan kaum ekspatriat hingga atlet lokal di sekitar Jawa Tengah. Mereka ikut berlomba sekalian memperkenalkan eksistensi komunitasnya masing-masing. Peserta dari Semarang Runners misalnya, menyiapkan spanduk untuk sewaktu-waktu dibentangkan ketika tengah berfoto bersama.
Pelari bernama Dwi Janarto berhasil mencapai finish tercepat di MesaStila dari kategori 21K untuk putra, dan dengan demikian berhak atas hadiah pertama. Menyusul di urutan kedua dan ketiga berturut-turut Tribuius Tauho dan A Jumardi. Ketiganya dari Indonesia. Sedangkan untuk putri, pemenangnya adalah Melly Milenia (Indonesia, Juara 1), Sheryl Gruber (USA, Juara 2) dan Lailatul Asriah (Indonesia, Juara 3).
Untuk kategori 13K, juara dari peserta putra dalah Edi Sarwono (1), Hartono (2) dan Tom Damek (Jerman, Juara 3). Ada yang menarik dari peserta putri, dimana gadis berusia 12 tahun, Nurul berhasil menyabet juara 2, di bawah Shella yang memenangkan juara pertama, dan di mengungguli Place and Blaise Trigg Smith di urutan 3. Para pemenang mendapatkan piala, sertifikat, uang tunai dan berbagai produk dari sponsor.
"Tanjakannya nggak habis-habis!" teriak seorang pelari dengan nada kesal dan keluh begitu berhasil mencapai finish.
Berlari dengan jalur penuh tanjakan? Itu bukan satu-satunya tantangan bagi peserta lomba lari Mesastila Challenge 2013 yang digelar di Desa Losari, Grabak, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2013) lalu. detikTravel ikut menyaksikan lomba lari unik ini.
Lomba lari yang digelar oleh Hotel MesaStila bekerja sama dengan komunitas Berlari untuk Berbagi (BuB) itu memang berbeda dengan acara sejenisnya yang belakangan tengah ngetren. Sesuai namanya, lomba lari yang ini identik dengan tantangan. Keunikan utamanya, para peserta menyelesaikan 9 kilometer pertama dengan menyusuri jalur kereta uap Ambarawa.
"Start-nya dari stasiun kereta wisata kuno peninggalan Belanda di Ambarawa, dengan dua pilihan 13K dan 21K," ujar General Manager MesaStila M Isa Ismail Rauf. Lomba dibuka oleh pengusaha muda Sandiaga Uno yang merupakan inisiator dari BuB. Sandiaga sendiri, yang memang tak asing dengan dunia lari, tentu saja juga ikutan lomba.
Sebelum peserta mulai berlari, kereta wisata dari zaman pemerintahan Raja Willem I tahun 1873 itu berjalan lebih dulu dari Stasiun Ambarawa dengan penumpang para pengantar peserta lari, pihak sponsor dan awak media. Selang setengah jam kemudian, lomba pun dimulai. Para pelari seolah-olah beradu balap dengan kereta yang berjalan pelan dengan uap panas pembakaran kayu itu.
Jalanan yang sempit di sepanjang tepian rel, jembatan tanpa pagar yang melintang di atas sungai yang curam, pematang sawah dan jalan setapak menanjak yang membelah hutan menjadi lintasan berat yang harus dilalui para peserta, baik di kelas 13K maupun 21K. Tak jarang, para peserta yang berumur dari 12 tahun hingga kakek-kakek itu pun jatuh terperosok lumpur, atau tergelincir di tanjakan.
Di tengah lomba lari yang tak pernah sepi di Jakarta, MesaStila Challenge semakin mencuri perhatian di penyelenggaraan ketiga tahun ini. Pesertanya pun terus bertambah. "Tahun lalu 85 orang, tahun ini 205. Kita memang sengaja batasi tak lebih dari 200 karena mengingat daya tampung restauran di MesaStila juga," tambahnya. Lho, apa hubungannya dengan restauran?
Inilah, satu lagi, keunikan lomba lari MesaStila Challenge. Lomba ini dijual secara paket dengan menginap di MesaStila. Para peserta pun lebih dulu dijamu makan pagi dan makan siang. Setelah makan pagi, mereka diantar ke lokasi start lari di stasiun kereta uap Ambarawa. Tentu saja, hal itu tak lantas menutup kemungkinan bagi peserta yang hanya ingin mengikuti lomba lari, tanpa menginap.
MesaStila adalah sebuah resor berkonsep alam dan budaya. Terletak di antara gunung-gunung di sekitar Magelang, tempat ini menawarkan vila-vila dengan ketenangan dan kesunyian suasana pedesaan yang masih asli. Setiap vila merupakan bangunan joglo ala Jawa yang terbuat dari kayu, dengan bangunan utama merupakan 'mansion' asli dari zaman kolonial tahun 1920-an.
"Biasanya yang menginap peserta dari Jakarta dan kota-kota lain," terang Isa. Para peserta umumnya dari komunitas penggemar lari, juga 'rombongan' dari perusahaan, dan kaum ekspatriat hingga atlet lokal di sekitar Jawa Tengah. Mereka ikut berlomba sekalian memperkenalkan eksistensi komunitasnya masing-masing. Peserta dari Semarang Runners misalnya, menyiapkan spanduk untuk sewaktu-waktu dibentangkan ketika tengah berfoto bersama.
Pelari bernama Dwi Janarto berhasil mencapai finish tercepat di MesaStila dari kategori 21K untuk putra, dan dengan demikian berhak atas hadiah pertama. Menyusul di urutan kedua dan ketiga berturut-turut Tribuius Tauho dan A Jumardi. Ketiganya dari Indonesia. Sedangkan untuk putri, pemenangnya adalah Melly Milenia (Indonesia, Juara 1), Sheryl Gruber (USA, Juara 2) dan Lailatul Asriah (Indonesia, Juara 3).
Untuk kategori 13K, juara dari peserta putra dalah Edi Sarwono (1), Hartono (2) dan Tom Damek (Jerman, Juara 3). Ada yang menarik dari peserta putri, dimana gadis berusia 12 tahun, Nurul berhasil menyabet juara 2, di bawah Shella yang memenangkan juara pertama, dan di mengungguli Place and Blaise Trigg Smith di urutan 3. Para pemenang mendapatkan piala, sertifikat, uang tunai dan berbagai produk dari sponsor.
[URL="http://travel.detik..com/read/2013/10/09/151334/2382558/1519/5/adu-lari-unik-lawan-kereta-uap-di-magelang8800041024#menu_stop"]sumber[/URL]
Berita Lainnya
Quote:
AMBARAWA, KOMPAS.com - Waktu menunjukkan jam 05.00 pagi. Udara dingin menggigit kulit namun jika dihirup dalam-dalam, terasa menyegarkan mengisi rongga-rongga pernapasan. Melihat lepas ke depan, perkebunan kopi masih digelayuti kabut tipis. Pun matahari masih malu-malu merangkak naik di balik puncak gunung Andong yang menjadi batas pandang penglihatan.
Meski terbilang masih waktu fajar, namun suasana di Java Red Restaurant MesaStila Hotel mulai pikuk. Pelayan hotel dengan pakaian adat Jawa telah sibuk mempersiapkan sarapan untuk para tamu yang disaji secara prasmanan. Satu per satu tamu pun berdatangan mengisi bangku-bangku yang telah tersedia.
Tak seperti hari biasanya, pada hari Minggu (6/10/2013) pagi itu, sebagian besar tamu yang ada mengenakan pakaian lengkap untuk berlari. Kaus oblong nyaman, bawahan celana pendek atau panjang, plus sepatu untuk berlari.
Hari itu, sebagian besar tamu memang akan mengikuti MesaStila Challenge. Lomba lari yang digelar oleh Hotel MesaStila bekerja sama dengan Berlari Untuk Berbagi (BUB), sebuah program amal yang digagas oleh pengusaha yang juga hobi berlari, Sandiaga Uno.
KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Peserta MesaStila Challenge di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2013).
Dalam perlombaan lari kali ini, peserta sekitar 200 orang terbagi menjadi dua ketegori, 21 kilometer dan 13 kilometer. Peserta terdiri dari laki-laki dan perempuan, tak terbatas profesi dan usia, awam dan profesional, juga kebangsaan. Sebagai penggagas program lari, Sandiaga Uno juga turut serta sebagai peserta.
Lomba lari dimulai dari Stasiun Kereta Api Ambarawa yang kini telah menjadi museum kereta. Mungkin terdengar aneh, memulai berlari dari stasiun kereta. Namun memanglah demikian karena pada perlombaan kali ini, pelari seolah-olah mengejar kereta dengan menyusuri jalurnya.
Kereta uap yang sehariannya merupakan kereta wisata tersebut menarik dua gerbong yang diisi oleh panitia lomba, sponsor, media, dan kerabat para pelari. Kereta lepas terlebih dahulu meninggalkan stasiun. Setengah jam kemudian, barulah para pelari memulai start.
Rute yang dilewati para pelari merupakan rute yang dilalui kereta pula. Melewati kampung-kampung penduduk, pematang sawah dan pegunungan, sungai-sungai kecil hingga jalan raya. Sapa ramah penduduk dan anak-anak menyeruak mendekati kereta saat kereta melalui perkampungan.
KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Suasana dalam gerbong kereta uap dari Museum Kereta Api Ambarawa ke Stasiun Bedono, Jawa Tengah dalam kegiatan MesaStila Challenge, Minggu (6/10/2013).
Tak berapa lama kereta memasuki stasiun perhentian pertama, Stasiun Jambu. Di sini kereta berhenti karena lokomotif sebagai kepala kereta, berganti posisi. Mulanya lokomotif merupakan penarik gerbong, namun berawal dari sini lokomotif menjadi pendorong gerbong.
Karena setelah itu, jalur yang dilalui oleh kereta adalah menanjak. Menuju ke Stasiun Bedono, stasiun terakhir perhentian kereta. Selama menuju Stasiun Bedono, sempat melewati hutan warga hingga kemudian berhenti di pematang sawah yang dilalui aliran air.
Di sini kereta berhenti kembali pada waktu yang cukup lama untuk "minum air". Sebagai kereta uap, kereta perlu berhenti untuk mengisi air memanasi ketel uap. Malahan jika tak diisi air, kereta bisa-bisa mogok di tengah jalan berakibat tak bisa menuntaskan perjalanan.
Pada saat pengisian air, beberapa pelari sempat menyusul kereta. Satu, dua, tiga, dan semakin banyak. Penumpang di dalam kereta pun bertepuk tangan memberikan semangat kepada pelari yang melintas. Beberapa keluar dari kereta untuk mengambil gambar para pelari.
Peserta MesaStila Challenge, Minggu (6/10/2013).
Kelar mengisi air, kereta melanjutkan perjalanan. Hingga beberapa pelari yang mendahului kereta kembali tersalip. Sampai beberapa menit kemudian tibalah di perhentian akhir Stasiun Bedono. Dari sini, penumpang yang ikut di dalam gerbong kereta turun untuk menuju garis finish di Hotel MesaStila dengan menggunakan bus.
Sedangkan para pelari tetap melanjutkan rute selanjutnya menyusuri kebun kopi. Di Stasiun Bedono, juga menjadi tempat singgah para pelari. Panitia menggelar meja untuk menyediakan minum dan asupan buah pisang untuk tambahan energi. Beberapa pelari yang melintas terlihat menyambar minuman sambil berlari. Sedangkan yang lain ada pula yang meneruskan larinya.
Garis finish yaitu Stasiun Majong yang ada di MesaStila Hotel. Di sini sudah banyak para panitia yang juga merupakan karyawan hotel telah siap menyambut para pelari yang memasuki garis finish. Setiap pelari yang memasuki garis finis diberikan penghargaan dengan dikalungkan medali terbuat dari rotan.
MesaStila Challenge telah kali ketiga digelar oleh Hotel MesaStila. Kepala Daerah Operasi 4 Semarang Totok Suryono, beranggapan program ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan datang ke Ambarawa. Terutama untuk berwisata sambil menikmati naik kereta uap.
"Kebanyakan ya bule-bule itu yang suka. Tapi orang lokal juga sudah mulai banyak," kata Totok.
KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Peserta MesaStila Challenge dikalungkan medali setelah tiba di garis finis di Stasiun Mayong, MesaStila, Ambarawa, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2013).
Sementara rute lari dengan menyusuri jalur kereta, sangat dinikmati oleh para peserta. Salah satunya Dessy yang datang Jakarta.
"Memang kalau pada event ini jalurnya yang menantang. Aku sering lari, kalau lari biasa kan di aspal, kalau ini lewatin jalur kereta kan susah ya batu-batuan. Tapi aku suka sih lewatin pematang sawah gitu. Aku memang suka sawah dari dulu," ujar Dessy.
Di akhir kegiatan, sebagai acara kepedulian, Sandiaga Uno memberikan donasi kepada anak-anak berkebutuhan khusus, Sekolah Khusus Autis (SKA) Bina Anggita Magelang. Pemberian donasi dilanjutkan dengan pembacaan pemenang, dan hiburan musik akustik dan tarian tradisional.
Meski terbilang masih waktu fajar, namun suasana di Java Red Restaurant MesaStila Hotel mulai pikuk. Pelayan hotel dengan pakaian adat Jawa telah sibuk mempersiapkan sarapan untuk para tamu yang disaji secara prasmanan. Satu per satu tamu pun berdatangan mengisi bangku-bangku yang telah tersedia.
Tak seperti hari biasanya, pada hari Minggu (6/10/2013) pagi itu, sebagian besar tamu yang ada mengenakan pakaian lengkap untuk berlari. Kaus oblong nyaman, bawahan celana pendek atau panjang, plus sepatu untuk berlari.
Hari itu, sebagian besar tamu memang akan mengikuti MesaStila Challenge. Lomba lari yang digelar oleh Hotel MesaStila bekerja sama dengan Berlari Untuk Berbagi (BUB), sebuah program amal yang digagas oleh pengusaha yang juga hobi berlari, Sandiaga Uno.
KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Peserta MesaStila Challenge di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2013).
Dalam perlombaan lari kali ini, peserta sekitar 200 orang terbagi menjadi dua ketegori, 21 kilometer dan 13 kilometer. Peserta terdiri dari laki-laki dan perempuan, tak terbatas profesi dan usia, awam dan profesional, juga kebangsaan. Sebagai penggagas program lari, Sandiaga Uno juga turut serta sebagai peserta.
Lomba lari dimulai dari Stasiun Kereta Api Ambarawa yang kini telah menjadi museum kereta. Mungkin terdengar aneh, memulai berlari dari stasiun kereta. Namun memanglah demikian karena pada perlombaan kali ini, pelari seolah-olah mengejar kereta dengan menyusuri jalurnya.
Kereta uap yang sehariannya merupakan kereta wisata tersebut menarik dua gerbong yang diisi oleh panitia lomba, sponsor, media, dan kerabat para pelari. Kereta lepas terlebih dahulu meninggalkan stasiun. Setengah jam kemudian, barulah para pelari memulai start.
Rute yang dilewati para pelari merupakan rute yang dilalui kereta pula. Melewati kampung-kampung penduduk, pematang sawah dan pegunungan, sungai-sungai kecil hingga jalan raya. Sapa ramah penduduk dan anak-anak menyeruak mendekati kereta saat kereta melalui perkampungan.
KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Suasana dalam gerbong kereta uap dari Museum Kereta Api Ambarawa ke Stasiun Bedono, Jawa Tengah dalam kegiatan MesaStila Challenge, Minggu (6/10/2013).
Tak berapa lama kereta memasuki stasiun perhentian pertama, Stasiun Jambu. Di sini kereta berhenti karena lokomotif sebagai kepala kereta, berganti posisi. Mulanya lokomotif merupakan penarik gerbong, namun berawal dari sini lokomotif menjadi pendorong gerbong.
Karena setelah itu, jalur yang dilalui oleh kereta adalah menanjak. Menuju ke Stasiun Bedono, stasiun terakhir perhentian kereta. Selama menuju Stasiun Bedono, sempat melewati hutan warga hingga kemudian berhenti di pematang sawah yang dilalui aliran air.
Di sini kereta berhenti kembali pada waktu yang cukup lama untuk "minum air". Sebagai kereta uap, kereta perlu berhenti untuk mengisi air memanasi ketel uap. Malahan jika tak diisi air, kereta bisa-bisa mogok di tengah jalan berakibat tak bisa menuntaskan perjalanan.
Pada saat pengisian air, beberapa pelari sempat menyusul kereta. Satu, dua, tiga, dan semakin banyak. Penumpang di dalam kereta pun bertepuk tangan memberikan semangat kepada pelari yang melintas. Beberapa keluar dari kereta untuk mengambil gambar para pelari.
Peserta MesaStila Challenge, Minggu (6/10/2013).
Kelar mengisi air, kereta melanjutkan perjalanan. Hingga beberapa pelari yang mendahului kereta kembali tersalip. Sampai beberapa menit kemudian tibalah di perhentian akhir Stasiun Bedono. Dari sini, penumpang yang ikut di dalam gerbong kereta turun untuk menuju garis finish di Hotel MesaStila dengan menggunakan bus.
Sedangkan para pelari tetap melanjutkan rute selanjutnya menyusuri kebun kopi. Di Stasiun Bedono, juga menjadi tempat singgah para pelari. Panitia menggelar meja untuk menyediakan minum dan asupan buah pisang untuk tambahan energi. Beberapa pelari yang melintas terlihat menyambar minuman sambil berlari. Sedangkan yang lain ada pula yang meneruskan larinya.
Garis finish yaitu Stasiun Majong yang ada di MesaStila Hotel. Di sini sudah banyak para panitia yang juga merupakan karyawan hotel telah siap menyambut para pelari yang memasuki garis finish. Setiap pelari yang memasuki garis finis diberikan penghargaan dengan dikalungkan medali terbuat dari rotan.
MesaStila Challenge telah kali ketiga digelar oleh Hotel MesaStila. Kepala Daerah Operasi 4 Semarang Totok Suryono, beranggapan program ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan datang ke Ambarawa. Terutama untuk berwisata sambil menikmati naik kereta uap.
"Kebanyakan ya bule-bule itu yang suka. Tapi orang lokal juga sudah mulai banyak," kata Totok.
KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Peserta MesaStila Challenge dikalungkan medali setelah tiba di garis finis di Stasiun Mayong, MesaStila, Ambarawa, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2013).
Sementara rute lari dengan menyusuri jalur kereta, sangat dinikmati oleh para peserta. Salah satunya Dessy yang datang Jakarta.
"Memang kalau pada event ini jalurnya yang menantang. Aku sering lari, kalau lari biasa kan di aspal, kalau ini lewatin jalur kereta kan susah ya batu-batuan. Tapi aku suka sih lewatin pematang sawah gitu. Aku memang suka sawah dari dulu," ujar Dessy.
Di akhir kegiatan, sebagai acara kepedulian, Sandiaga Uno memberikan donasi kepada anak-anak berkebutuhan khusus, Sekolah Khusus Autis (SKA) Bina Anggita Magelang. Pemberian donasi dilanjutkan dengan pembacaan pemenang, dan hiburan musik akustik dan tarian tradisional.
Spoiler for galery:









Quote:
Kalau berkenan tinggalkan
atau 


Diubah oleh vista2000 09-10-2013 20:33
0
1.7K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan