Kasus korupsi yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar ternyata berkembang lebih luas. Gubernur Banten Atut Chosiyah disebut-sebut terlibat setelah adiknya Tubagus Chaeri Wardhana ditangkap dengan tuduhan mencoba menyuap Akil Rp1 miliar untuk kasus pemilihan kepala daerah di Lebak.

Wawan--nama panggilan adik Atut--ditangkap hampir bersamaan dengan penangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi. Komisi Pemberantasan Korupsi yang mencoba mencari bukti tambahan kemudian menggeledah rumah kediamanan Wawan di kawasan Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta.

Walaupun sebagian kekayaan yang dimiliki sudah dilaporkan ke KPK menyusul terpilihnya istri Wawan yakni Airin Rachmi Diany sebagai Wali Kota Tangerang Selatan, namun kita tercengang melihat mobil-mobil yang ada di garasi Wawan. Sebagian besar mobil-mobil yang dikoleksinya merupakan mobil mewah seperti Bentley, Ferrari, Maseratti, dan Lamborghini.

Berdasarkan laporan kekayaan yang disampaikan kepada KPK, total pembelanjaan yang dikeluarkan Wawan untuk mobil-mobilnya lebih dari Rp 22 miliar. Sementara total kekayaan yang dilaporkan lebih dari Rp 103 miliar.

Wawan menjadi cerminan kelompok. kelas atas orang Indonesia. Kelompok orang kaya Indonesia memang luar biasa hartanya. Itu bukan hanya bisa dilihat dari besarnya tabungan yang dimiliki, tetapi harta benda yang mereka pergunakan.

Bayangkan, Wawan memiliki sekitar 13 mobil. Sebagian besar mobil yang dimiliki harganya di atas Rp 1 miliar. Tidak usah heran apabila total uang yang telah dikeluarkan untuk membeli mobil itu di atas Rp 22 miliar.

Sepanjang harta kekayaannya didapat dari hasil kerja keras, tentu tidak ada yang salah kalau ia ingin menikmatinya. Kita boleh mengatakan bahwa 13 mobil terlalu banyak, tetapi kalau orang sudah hobi untuk mengoleksi mobil, maka ia tidak pernah akan puas untuk memiliki yang belum dipunyainya.

Persoalan baru muncul kalau kekayaan itu bukan berasal dari hasil kerja keras. Kekayaan didapat dari tindakan yang merugikan orang lain. Tanpa ada produksi yang dihasilkan, tiba-tiba orang bisa mengumpulkan harta yang banyak.

Bapak Bangsa India, Mahatma Gandhi mengingatkan soal tujuh dosa sosial. Salah satunya adalah ketika orang kaya tanpa bekerja. Artinya, menjadi kaya itu tidak dilarang, hanya saja harus melewati sebuah proses yaitu bekerja yang menghasilkan karya.

Itulah yang membuat orang, menurut Gandhi, akan mendengarkan suara hati. Ketika kita akan bersenang-senang, kita harus mau mendengarkan suara hati. Dosa sosial yang lain ketika kenikmatan dijalankan tanpa suara hati.

Oleh karena ukuran ini berkaitan dengan soal moralitas, maka sangat tergantung kepada pribadi kita masing-masing. Kita bisa merasakan bersalah memiliki harta berlimpah ruah, sementara banyak orang yang menangis kelaparan, tetapi bisa juga merasa biasa-biasa saja.

Kalau kita ingin menempatkan persoalan dalam ukuran yang berlaku umum, maka kita tinggal membandingkan dengan peraturan yang berlaku. Kita misalnya bisa melihat dari surat pemberitahuan pajak yang disampaikan, apakah jumlah pajak yang dibayarkan sesuai dengan penerimaan yang diperoleh setiap tahunnya.

Sekarang ini Wawan tidak sedang diincar soal penggelapan pajak. Ia dituduh menjadi bagian yang mengatur kasus yang disidangkan di Mahkamah Konstitusi. Keputusan Sidang Mahkamah Konstitusi yang dipimpin Akil Mochtar memerintahkan dilakukannya pemungutan ulang di Pilkada Lebak.

Kuat dugaan uang yang disiapkan Wawan untuk Akil Mochtar sebagai tanda terima kasih atas putusan tersebut. Calon bupati yang mengajukan gugatan adalah calon yang kalah dalam Pilkada Lebak. Pasangan Amir Hamzah dan Kasmin yang mengajukan gugatan diusung oleh Partai Golongan Karya.

Nama Gubernur Atut terkait bukan hanya karena ia kakak Wawan. Atut adalah pendukung pasangan Amir dan Kasman karena ia adalah Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar. Atut sendiri sudah dicegah untuk bepergian ke luar negeri karena dibutuhkan keterangan oleh KPK.

Yang menarik suara masyarakat di Banten menuntut agar Atut diusut dalam kasus korupsi. Masyarakat menilai bahwa selama ini proyek-proyek di Banten sarat dengan praktik KKN dan itu sangat merugikan rakyat.

Kita tentunya tidak bisa serta merta menuduh terjadinya korupsi. Kita beri kesempatan kepada KPK untuk mendalami juga kasus ini. Akhirnya kebenaran pasti akan terungkap dan siapa yang berbuat kejahatan akan mendapat ganjaran sesuai dengan kesalahannya.