- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Memalukan! Indonesia Makin Terkenal Sebagai Sarang Koruptor


TS
Madhina
Memalukan! Indonesia Makin Terkenal Sebagai Sarang Koruptor
Kalau repost ane tolong dimaafkan ya gan

Spoiler for :


Quote:
Apa yang ada di benak agan ketika melihat gambar di atas
Jawaban nya tentu saja memalukan
baru saja beberapa waktu lalu media-media asing mempublikasikan ’skandal pustun’ yang mendera Luthfi Hasan Ishaaq sebagai seorang petinggi parpol, sekarang media asing pun dihebohkan dengan berita tertangkapnya salah seorang punggawa konstitusi, Akhil Mochtar. Media-media asing seperti New York Times, Aljazeera, Washington Post, Reuters, dan kantor berita AFP ramai mem-blow up berita memalukan dari negeri ini, koruptor kelas kakap, Akil Mochtar yang ditangkap tangan dengan uang di tangan sebesar 3 miliar oleh KPK. Mau ditaruh di mana muka Indonesia ini di pentas internasional?
Namun itulah yang harus dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Makin terkenal dengan citra negara korup. Bayangkan saja, ketua Mahkamah Konstitusi saja bisa korup apalagi yang bisa diandalkan dari negeri ini. Makin terpuruklah Indonesia di mata dunia sebagai negara yang berisikan penegak hukum tanpa integritas karena mudah dibeli.
Makin ciutlah tingkat kepercayaan masyarakat dunia terhadap supremasi hukum di negeri ini, ketika para penegak hukumnya ternyata kumpulan orang-orang yang bisa menggadaikan hukum demi uang. Kian takutlah mereka yang mau berinvestasi dengan jujur di negeri ini, jika melihat mentalitas para penegak hukum sedemikian korup.
Penangkapan Ketua MK, Akil Mochtar menjadi klimaks kebobrokan supremasi hukum di negeri ini. Masyarakat pun dibuat semakin pesimis akan tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa intervensi kepentingan ketika Mahkamah Konstitusi pun ternyata tidak bebas suap. Pasca penangkapan Ketua MK harus menjadi momentum menjadikan korupsi sebagai keadaan ‘darurat nasional.’
Makin jelaslah bahwa negeri ini perlu pemimpin yang kuat dan bersih untuk membersihkan korupsi yang seolah-olah telah menjadi struktural dan sistemik. Korupsi telah mewabah dari tingkat bawah sampai ke atas, dari daerah sampai ke pusat. Jika korupsi sudah sangat struktural dan sistematik seperti ini, maka siapa pun yang masuk dalam struktur dan sistem, sebersih apa pun, jika tidak mempunyai integritas moral yang konsisten pasti akan terjebak dan sulit keluar dari kubangan suap.
Lantas, apakah Indonesia perlu pemimpin setengah dewa yang tidak mempan suap? Indonesia memang tidak perlu manusia setengah dewa jika semuanya mau bekerja sama mengatakan tidak terhadap perilaku korup. Korupsi terjadi ketika ada peluang, penawaran, dan permintaan. Pemimpinnya korup, karena masyarakat memanfaatkan kelemahan pemimpinnya untuk menyuap. Sederhana saja, ketika ditilang di jalanan, apakah masyarakat berani merelakan waktunya terbuang demi mengikuti sidang, ataukah menyodorkan uang kepada polisi agar urusannya cepat selesai? Apakah masyarakat akan rela antri untuk mengurus surat-menyurat di RT, RW, Kelurahan, Kecamatan tanpa menawarkan uang pelicin agar ada jalan pintas untuk itu?
Tertangkapnya ketua MK memang menjadi ‘tanda peringatan’ bahwa korupsi di negeri ini sudah ibarat kanker stadium ganas yang telah menggerogoti seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Apakah kanker ganas korupsi ini bisa disembuhkan hanya dengan kemoterapi saja? Saluran birokrasinya sepertinya perlu dibersihkan karena dari sistem yang dipersulitlah, maka terjadi permintaan dan penawaran suap. Lalu, siapakah yang mampu membersihkan saluran birokrasi yang telah digerogoti kanker ganas korupsi ini?
Sudah saatnya, masyarakat cerdas memilih pemimpin yang memang mau bekerja untuk Indonesia, seorang negarawan yang menjadikan konstitusi sebagai tolak ukur dalam peri hidup dan kebijakkannya. Masyarakat Indonesia harus bisa memilih pemimpin dengan sedikit kadar kepentingan diri. Pemimpin yang demikian tidak mudah untuk diperdayai karena motifnya untuk menjadi pemimpin bukanlah pertama-tama untuk mendapatkan pemenuhan kepentingan diri, tetapi untuk mengabdi kepada bangsa dan negara.
Hanya di pundak pemimpin seperti inilah, masyarakat Indonesia bisa menjadikannya sandaran untuk menyembuhkan kanker ganas korupsi yang telah merasuk ke mana-mana. Adakah politikus calon pemimpin negarawan saat ini untuk 2014 mendatang?
Jawaban nya tentu saja memalukan
baru saja beberapa waktu lalu media-media asing mempublikasikan ’skandal pustun’ yang mendera Luthfi Hasan Ishaaq sebagai seorang petinggi parpol, sekarang media asing pun dihebohkan dengan berita tertangkapnya salah seorang punggawa konstitusi, Akhil Mochtar. Media-media asing seperti New York Times, Aljazeera, Washington Post, Reuters, dan kantor berita AFP ramai mem-blow up berita memalukan dari negeri ini, koruptor kelas kakap, Akil Mochtar yang ditangkap tangan dengan uang di tangan sebesar 3 miliar oleh KPK. Mau ditaruh di mana muka Indonesia ini di pentas internasional?
Namun itulah yang harus dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Makin terkenal dengan citra negara korup. Bayangkan saja, ketua Mahkamah Konstitusi saja bisa korup apalagi yang bisa diandalkan dari negeri ini. Makin terpuruklah Indonesia di mata dunia sebagai negara yang berisikan penegak hukum tanpa integritas karena mudah dibeli.
Makin ciutlah tingkat kepercayaan masyarakat dunia terhadap supremasi hukum di negeri ini, ketika para penegak hukumnya ternyata kumpulan orang-orang yang bisa menggadaikan hukum demi uang. Kian takutlah mereka yang mau berinvestasi dengan jujur di negeri ini, jika melihat mentalitas para penegak hukum sedemikian korup.
Penangkapan Ketua MK, Akil Mochtar menjadi klimaks kebobrokan supremasi hukum di negeri ini. Masyarakat pun dibuat semakin pesimis akan tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa intervensi kepentingan ketika Mahkamah Konstitusi pun ternyata tidak bebas suap. Pasca penangkapan Ketua MK harus menjadi momentum menjadikan korupsi sebagai keadaan ‘darurat nasional.’
Makin jelaslah bahwa negeri ini perlu pemimpin yang kuat dan bersih untuk membersihkan korupsi yang seolah-olah telah menjadi struktural dan sistemik. Korupsi telah mewabah dari tingkat bawah sampai ke atas, dari daerah sampai ke pusat. Jika korupsi sudah sangat struktural dan sistematik seperti ini, maka siapa pun yang masuk dalam struktur dan sistem, sebersih apa pun, jika tidak mempunyai integritas moral yang konsisten pasti akan terjebak dan sulit keluar dari kubangan suap.
Lantas, apakah Indonesia perlu pemimpin setengah dewa yang tidak mempan suap? Indonesia memang tidak perlu manusia setengah dewa jika semuanya mau bekerja sama mengatakan tidak terhadap perilaku korup. Korupsi terjadi ketika ada peluang, penawaran, dan permintaan. Pemimpinnya korup, karena masyarakat memanfaatkan kelemahan pemimpinnya untuk menyuap. Sederhana saja, ketika ditilang di jalanan, apakah masyarakat berani merelakan waktunya terbuang demi mengikuti sidang, ataukah menyodorkan uang kepada polisi agar urusannya cepat selesai? Apakah masyarakat akan rela antri untuk mengurus surat-menyurat di RT, RW, Kelurahan, Kecamatan tanpa menawarkan uang pelicin agar ada jalan pintas untuk itu?
Tertangkapnya ketua MK memang menjadi ‘tanda peringatan’ bahwa korupsi di negeri ini sudah ibarat kanker stadium ganas yang telah menggerogoti seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Apakah kanker ganas korupsi ini bisa disembuhkan hanya dengan kemoterapi saja? Saluran birokrasinya sepertinya perlu dibersihkan karena dari sistem yang dipersulitlah, maka terjadi permintaan dan penawaran suap. Lalu, siapakah yang mampu membersihkan saluran birokrasi yang telah digerogoti kanker ganas korupsi ini?
Sudah saatnya, masyarakat cerdas memilih pemimpin yang memang mau bekerja untuk Indonesia, seorang negarawan yang menjadikan konstitusi sebagai tolak ukur dalam peri hidup dan kebijakkannya. Masyarakat Indonesia harus bisa memilih pemimpin dengan sedikit kadar kepentingan diri. Pemimpin yang demikian tidak mudah untuk diperdayai karena motifnya untuk menjadi pemimpin bukanlah pertama-tama untuk mendapatkan pemenuhan kepentingan diri, tetapi untuk mengabdi kepada bangsa dan negara.
Hanya di pundak pemimpin seperti inilah, masyarakat Indonesia bisa menjadikannya sandaran untuk menyembuhkan kanker ganas korupsi yang telah merasuk ke mana-mana. Adakah politikus calon pemimpin negarawan saat ini untuk 2014 mendatang?
Jika agan berkenan TS mengharapkan

Spoiler for Cendol Big:


TS sangat tidak mengharapkan
Spoiler for Bata:


Quote:
0
2K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan